Chapter 12

70 4 0
                                    

Navyne POV

Satu hari setelah acara perpisahan itu, Max nelfon gue. Dia bilang dia ingin bertemu, ingin membicarakan sesuatu sebelum ia kembali ke negara asal nya.

kami sudah berjanji untuk bertemu di Roward Cafe pukul 10.

Setelah sampai di cafe tersebut, gue menemukan sosok Max yang sedang duduk dengan santainya seraya meneguk minumannya.

"Woy bro" sapa gue,

"she hurts, you broke her! Minta maaf, sebelum semua nya terlambat. Kesempatan terakhir, jam 7 di tempat yang sama," setelah mengucapkan itu, Max pergi keluar.

Gue rasa dia udah gila, gue pun gak ngerti apa maksud dia. Siapa yang gue hancurin? siapa yang terluka? minta maaf kenapa? gue ga ngerti.

Sepulangnya dari Roward Cafe, kalimat yang tadi di ucapkan Max masih terngiang di kepala gue. Apa sebenernya maksud dia? Jam tujuh di tempat yang sama? di tempat mana maksudnya? Apa di roward cafe? Gue rasa gue mesti dateng. Gue penasaran.

Ashley POV

Hari ini, pukul 7, Roward Cafe

begitulah isi pesan Max.

ada yang penting Max?

balasku, satu menit kemudian Max sudah membalasnya

dateng aja, perpisahan kedua sama tementemen yang lain. Kata mereka, hp mu gak bisa dihubungi. see you at seven!

"ck...." aku memutar bola mata kesal. Aku tak ingin ada perpisahan lagi, rasanya perpisahan kemarin sudah cukup. Aku tidak pergi jauh kok. Hanya kembali ke negara ku, kapankapan kami juga bisa bertemu.

Dengan langkah gontai, aku memakai kaos putih dengan rok hitam pendek. Aku melangkahkan kaki untuk mencapai Lobby. Sesampainya di lobby, aku melihat tempat duduk yang waktu itu pernah diduduki Navyne. Ah ya, kenapa harus dia lagi? Aku membenci nya! Aku rasa aku egois, tapi bodo amat lah! Aku tersakiti!

Sesampainya disana, aku melihat banyak temanteman ku yang sudah berkumpul. "ASHLEY! COME HERE!!" suara itu pasti suara Noah. Dia gadis manis asal Brazil, badannya lebih tinggi dariku dengan paduan badan yang bagus bak model. Aku menghampiri mereka, dan tak lupa memesan minuman ku. Aku hanya memesan oreo frapp, sesungguhnya aku tak berniat kesini, tapi daripada bosan di hotel.

"Kau tau? kemaren dia menangis hanya karena menonton Titanic! pathetic!" Mereka tertawa geli mendengar berita itu, aku pun ikut tertawa.

Temanteman yang lain mulai saling melontarkan candaan mereka masing-masing, aku tak hentihentinya tertawa. Aku tak memperhatikan lingkungan sekitar, sampai ada sebuah suara yang mengagetkan ku.

"Ash," suara itu......

aku mendongak untuk memastikan apakah orang itu adalah Navyne atau bukan.

Tawa ku hilang begitu saja, rasanya seperti terhisap oleh penghisap debu, tak ada lagi senyum, hanya ada mata dengan sorotan tajam, dan suara jantung yang berdetak cukup kecang.....

She or SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang