Chapter 11

81 4 1
                                    

Ashley POV

Hari ini hari perpisahan ku dengan rekan-rekan organisasi Hongard Howard. Besok aku dan Max akan kembali ke negara asal kami. ohya, Max itu teman satu organisasi ku. Kami datang dari negara yang berbeda, tapi kami saling mengenal. Dan selama di Indonesia aku jarang berpergian dengan nya, maka dari itu aku lupa memperkenalkan nya dengan kalian. Dia dari Mesir, wajah nya tampan, postur badan yang tinggi, dan kulit kecoklatan.

lagi-lagi aku menatap diri ku di depan cermin. Aku ragu, apakah aku sudah terlihat cantik? Aku ingin membuat Navyne terpesona, tapi....... pesona ku tak pernah bisa menandingi Anna. mungkin. oh, bahkan aku belum pernah bertemu dengan perempuan itu.

Aku menggunakan long dress tanpa lengan, dan berwarna gelap. Ku oleskan sedikit lipbalm di bibir sexy ku ini, hehe aku bercanda. Rambut indah ku, ku biarkan tergerai. Sekarang aku siap pergi.

Sekarang aku sudah sampai di sebuah gedung yang cukup besar. Gedung yang terletak di pusat kota, entah lah aku tak begitu tau tentang letak nya.

Aku memasuki gedung tersebut dengan percaya diri, aku berjalan dengan dagu yang sedikit terangkat menunjukan bahwa aku tidak ragu. Begitu sampai di pintu masuk, aku di sapa oleh para penerima tamu. "good evening ms.Watson. Kau tampak sangat cantik" sapa mereka dengan senyum hangat nya. Aku hanya tersenyum menanggapi nya.

Mata ku mencari-cari sosok yang selama ini selalu mengusik pikiran ku, mengisi hari-hari ku, dan menetap di hati ku. hahaha dramatis, right?

"Ashley?" sapa seseorang, aku menoleh ke asal suara. Betapa terkejut nya aku ketika mengetahui siapa orang itu. Dia Navyne! Navyne Pramodyo!

"Kau cantik hari ini"

"everyday" kata ku membetulkan kalimat nya. eits tunggu...... tadi dia bilang apa? dia bilang aku cantik? ku ulangi, NAVYNE PRAMODYO MEMUJI KU?! ASTAGA INI MIMPI!!!! "hey, ada apa dengan mu? pipi mu merah sekali, kau tau?" ah tidak, aku semakin malu.

"mau makan?" tanya ku, sekedar untuk mengalihkan pembicaraan. dia mengangguk dan segera menarik ku.

"kau mau berdansa?" ini yang aku impikan! aku mau! aku mau! Navyne melambai-lambaikan tangan nya di depan wajah ku, "apa kau tidak mau? apa harus berfikir hingga beriburibu kali untuk menerima tawaran ku?" aku menggeleng mantap, "tentu aku mau"

Jarak kami begitu dekat sekarang, tangan kanan ku memegang bahu nya, sementara tangan yang satu lagi digenggam oleh nya. Jangan biarkan ini berlalu, ku mohon....

"hmm" Navyne berdeham, "sampai kapan mau bengong terus?". aku hanya terkekeh, "hmmm boleh aku bertanya?" tanya ku dengan polos nya.

"kau sudah bertanya Ashley" kata nya seraya menaik kan salah satu alis nya.

"bukan itu maksud nya!" aku menjewer kuping nya, membuat dia mengaduh, "aduh, iyaiya boleh. oh ayolah, kita sudah berteman baik. jadi kalau mau bertanya ya bertanya aja"

"hmmmm, jika aku pulang ke negara ku apa kau akan merindukan ku?"

hening, tak ada jawaban.

"oh, bukan itu maksud ku. Apakah kita akan tetap menjadi teman? Apakah kau akan menghubungi ku?" aku ragu untuk bertanya sebenarnya, tapi ku harap ia mau menjawab nya

"Ashley, we are friends, aku akan tetap menghubungi mu kalau kau tidak merasa terganggu dan juga kalau," ia memberi jeda pada kalimat nya. Aku menggigit bibir ku, aku tidak siap mendengar nya. Apakah dia akan bilang kalau, ah sudahlah. "kalau aku memerlukan bantuan mu" kata nya seraya menjulurkan lidah nya. Aku dikerjai! Lagi-lagi aku menjewer telinga nya, sehingga meninggalkan bekas kemerahan. "aku serius, vyne" aku menundukkan kepala ku dalam, aku malu sudah bertanya seperti ini.

"aku ingin bertanya," dia mulai mengalihkan topik

"aku akan menjawab nya"

"apakah kau....." dia tampak ragu, "apakah kau ingin aku merindukan mu?" lanjut nya. ohtidak, apa yang harus ku katakan? apa aku harus berkata jujur? aku belum siap.

"yaa, mungkin. Kau teman baik ku, meskipun kita baru mengenal tapi aku merasa nyaman di dekat mu. ummm maksud ku, aku senang bersama mu, kau orang yang asik"

aku menggigit bibir ku, resah menunggu respon nya.

"hahaha aku memang orang yang asik, Anna sering bilang itu" menurut mu, reaksi apa yang harus aku tunjukan sekarang? Aku benci ini, sungguh. Aku tak tau harus menjawab apa.

Alunan musik berhenti, artinya aku harus menyudahi acara berdansa ini. syukurlah, lebih baik begini.

"mau minum?" aku hanya mengangguk, "tunggu disini, I'll be back!" aku menatap punggung nya yang menjauh.

"Ashley!" aku menoleh ke sumber suara, itu Max.

"hay, sendirian?" tanya nya dengan senyuman mengembang

"enggak, tadi sama Navyne. dia lagi ngambil minum," jawab ku seadanya

"hmmmm, kalian cocok" apa maksudnya? bagaimana dia bisa berpikir seperti itu?

seperti bisa membaca pikiran, dia berkata lagi "ayolah Ashley, jangan purapura tidak mengerti. The way you look at him, itu udah ketara banget kalau kau memiliki perasaan pada nya"

"lusa naik pesawat jam berapa?" tanyaku, berusaha mengalihkan pembicaraan

"hmmm jam 4, bukan kah kita memang sudah berencana menaiki pesawat di jam yang sama?"

aku hanya tersenyum canggung, dia mengerti bahwa aku mengalihkan pembicaraan.

Acara sudah sampai di puncak nya, dimana saling bersalaman dan mengucapkan kalimat perpisahan. Aku tak sabar, aku benarbenar ingin tau apa yang sudah disiapkan oleh Navyne untuk ku. Aku tak sabar mendengar kalimat perpisahan dari nya, aku sungguh tak sabar.

Aku menyalami beberapa teman ku yang lain selagi menunggu Navyne yang masih bercengkrama dengan teman-teman yang lain. Ketika dia sudah selesai, dia menghampiri ku dan tersenyum hangat "selamat tinggal, Ash" dia menyalami ku, lalu berlalu pergi.

Deg!

Bisabisanya aku berharap dia akan memberikan ku sebuah hadiah, atau mengucapkan kalimat perpisahan yang panjang. Apakah harapan itu terlalu tinggi? Apa aku tak pantas mendapat kalimat perpisahan yang lebih layak? oh Ashley, apa yang kau pikirkan? memang kau siapa?

Aku tak kuasa menahan air mata ku, air mata sialan. Kenapa harus sekarang?! Aku berlari kencang keluar dari gedung, dan mendapati Max yang sedang menatapku dengan penuh tanya.

Untunglah Max adalah sahabat ku, aku benarbenar membutuhkan seseorang untuk meluapkan semua keluh kesah ku. Aku memeluk nya dan menangis sesenggukan di dada nya. Dia balas memeluk ku. "ada apa?" tanya nya lembut seraya mengusap rambut ku.

"he just........ he broke my heart, he left" kata ku lirih, masih mencoba meredakan tangis ku. Max menunggu kalimat ku dengan sabar, "calm down, tenangkan dirimu ms.Watson"

Setelah cukup tenang, aku menceritakan semua nya kepada Max. Aku tau aku terlihat lemah, tapi coba bayangkan bagaimana rasanya berharap seseorang yang kalian cintai sepenuh hati mengucapkan kalimat perpisahan seperti "hati-hati ya, aku pasti sangat merindukan mu. Jangan melupakan ku" atau apa lah, dan kenyataan nya adalah orang tersebut hanya berkata "selamat tinggal"

Apa aku terlalu cengeng? Bahkan Max pun memahami perasaan ku, dan untung nya dia mau mendengarkan curhatan ku tanpa memberi ku saran atau semacam nya. Kalau sedang sedih, aku lebih membutuhkan seorang pendengar daripada seorang penasihat.

Max mengantar ku pulang, dia dengan senang hati menemani ku.

"Tidurlah Ash, hari esok menanti mu. Goodnight" dia menyelimuti ku, dan mematikan lampu. Lalu ia keluar dan kembali ke hotel nya.

"harapan sangat jauh berbeda dengan kenyataan, tapi aku tetap mencintai mu Vyne, apa aku harus melupakan mu dan merelakan mu bahagia bersama Anna? atau kah aku harus membenci mu karena hal sepele seperti tadi?"

SUDAHH?! GMANA? BAGUS GAK? VOTE NYAAAA PLISSS, BIAR SEMANGAT NIH LANJUTIN NYAA. MAKASIH YA BUAT YANG UDAH NGE VOTE, MAAF KALO GAJELAS. BOLEH KOK KASIH SARAN KALO MAU. hihii lafyuuu:-----*

She or SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang