2 · Orange

327 59 8
                                    

Orange dominates everything in this place. Entah itu warna jingga dari matahari terbenam, lampu yang mulai menyala, atau labu halloween yang ada di setiap sudut kota London.

Sementara itu, Liam dan Juliet sedang tenggelam di bawah selimut, semangkuk popcorn menemani mereka melakukan maraton film horror.

Sebuah hantu muncul ke layar laptop Liam, membuat Juliet menjerit histeris.

Kemudian, mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

"Hantunya jelek sekali! Aku kaget," komentar Juliet dengan polos.

"Bilang saja kau takut," cibir Liam bercanda.

Juliet mendengus, "Mana mungkin aku takut dengan hal bodoh seperti ini?"

"Kalau bodoh, kenapa kau masih menontonnya?"

"Hmm... Untuk merayakan halloween?" jawab Juliet ragu.

"Hmm... Atau mungkin sebagai alasan agar kau bisa memelukku saat takut?" goda Liam terlalu percaya diri.

"Oops, rencanaku ketahuan," Juliet mengedikkan bahunya.

Liam menyingkirkan laptopnya dari tempat tidur Juliet, kini perhatian penuhnya teralih pada Juliet.

Liam merentangkah tangannya dan menyerang Juliet dengan pelukan besar sehingga punggung Juliet menghantam kasur.

"Kau ini berat, Liam!" protesnya setengah tertawa geli.

"Aku sangat menyayangimu, Juliet. I'm gonna be your Romeo, I swear," Juliet merasakan senyuman Liam di lehernya.

Juliet bergidik geli dan tertawa lepas karena rambut halus di dagu Liam mulai menggelitiknya, "Stop it."

Inilah bagian favorit Liam saat bersama Juliet, mereka berdua tidak terhalangi oleh sesentipun jarak diantaranya. Liam melumat bibir Juliet dengan lembut, tapi semua itu terhenti ketika tangan Liam menelusuri pergelangan tangan Juliet.

Garis-garis putih menghiasi pergelangan tangan Juliet yang sangat kurus. Hal itu cukup untuk membuat Liam terduduk dan menatapnya dengan sedih.

Juliet menyentuh pipi Liam, "Hey, I already stopped, alright? It's fine."

"Baby, it's not fine."

Juliet tertunduk malu pada dirinya sendiri, "Aku tahu."

"Kau masih belum memberitahuku apa alasanmu untuk loncat dari jembatan itu," Liam membuka topik yang paling dibenci oleh Juliet, yaitu insiden tiga bulan yang lalu itu.

Juliet menggeleng pelan, membenci dirinya sendiri untuk tidak berani membuka dirinya pada orang yang ia sayangi.

"Apa kau mencintaiku?" gumam Liam dengan menatap lurus mata Juliet.

"Apa kau bersedia untuk berjanji kalau kau tidak akan meninggalkanku?" Juliet berbalik bertanya.

Liam membuka mulutnya, sangat siap untuk menjawab kalau dia akan terus ada untuk Juliet.

Tapi dia teringat dengan satu hal.

Bibir Liam terkatup rapat, dengan berat hati dia menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu," ucap Juliet dengan segelintir kekecewaan.

Mungkin rasa sayang tanpa cinta sudah cukup, pikir Juliet.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

A/N

ASTAGA TAU GA SIH GUA LUPA KALO GUA BELOM UPDATE CERITA INI HAHAHA SO STUPID OMF MAAFKAN

Makasih banget kalo ada yang masih baca ya ampun lope lope lope yang banyak!

Love, Karen xo

A Reason to Stay // l. payne [A.U]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang