4 · Grey

339 51 13
                                    

Grey dominates everything in this place. Entah itu warna langit di luar, kursi tunggu di koridor rumah sakit, atau tongkat besi penyangga infus yang berdiri di ruangan tempat Liam terbaring.

Juliet melakukan kebiasaan buruknya saat cemas, menggigit kukunya sambil menggoyangkan kakinya karena tidak sabar.

Karen keluar dari ruangan Liam, Juliet langsung berdiri tegap menghampirinya.

Sebelum mengucapkam sepatah kata, Karen memeluk Juliet dengan erat, "I'm sorry. Kami sekeluarga menyimpan rahasia ini atas permintaan Liam."

Telapak tangan Juliet mengusap punggung ibu Liam dengan halus, "It's okay. Apa sekarang aku bisa bertemu dengannya sekarang?"

"Kau masuk saja. Liam tadi menanyakanmu," jawabnya.

Juliet mengangguk dan langsung mengambur ke dalam ruangan itu.

"Hey," Juliet tersenyum simpul saat duduk di kursi yang berada disamping tempat Liam tidur.

"I'm sorry, Juliet," Liam memejamkam matanya, lalu menatap langit-langit putih yang membosankan.

Juliet tak mengatakan apa-apa, tetapi tetap mengangguk untuk memberikan respon.

"I think it gets weaker everytime," bisik Liam.

Rasa sakit menusuk dada Juliet. Dalam hati, dia memohon pada Tuhan untuk membuat Liam tetap bersamanya. Sudah terlalu banyak orang yang meninggalkan Juliet, Liam tidak perlu menjadi salah satu dari mereka.

Juliet tenggelam dalam diam, dia terlalu sibuk berkutat dengan kesedihannya sendiri.

Liam mulai berbicara, "Malam itu, aku melintas di jembatan yang sama denganmu... Karena aku memiliki niat yang sama denganmu."

Juliet tertegun, "Liam..," jemari Juliet menggenggam tangan Liam.

"I hate my life. Aku hanya bisa menyusahkan orang lain. Saat itu dokter memvonisku kalau hidupku tinggal tiga bulan. Aku benci jantungku karena hanya bisa bertahan untuk tiga bulan," Liam menceritakan yang selama ini ia sembunyikan dari Juliet.

"Kemudian aku berpikir, kalau aku akan mati tiga bulan ke depan lalu untuk apa aku hidup? Lebih baik aku cepat mengakhiri hidupku agar keluargaku tidak perlu mengeluarkan biaya saat aku kambuh seperti ini."

Juliet membuka mulutnya tetapi dia mengurungkan niatnya untuk berbicara. Juliet hanya ingin menjadi pendengar yang baik untuk Liam.

Karena terkadang kau hanya butuh seseorang untuk mendengarkan.

"Can you tell me a story?" Liam menatap Juliet dengan penuh harap.

"Cerita apa?"

"Anything."

Juliet diam dan berpikir, dia tidak tahu ingin bercerita apa, rasanya seluruh cerita yang pernah ia dengar di masa kecilnya menguap begitu saja.

"I do know poem, how's that sounds?" tawarnya.

Liam tersenyum lemah, "Aku hanya ingin mendengar suaramu."

Juliet hanya hafal satu buah puisi, yaitu Song oleh Christina Rosetti.

"When I am dead, my dearest,
Sing no sad songs for me.
Plant thou no roses at my head,
Nor shady cypress tree.
Be the green grass above me
With showers and dewdrops wet.
And if thou wilt, remember,
And if thou wilt, forget."

Liam memejamkam matanya, tangannya menggenggam tangan Juliet seerat yang ia mampu. Liam tidak tahu apakah dia bisa bertahan atau tidak.

Liam ingin bertahan untuk Juliet, tetapi jantungnya melawan keras keinginan Liam itu.

Sementara itu, Juliet melanjutkan puisinya,

"I shall not see the shadows,
I shall not feel the rain.
I shall not hear the nightingale
Sing on, as if in pain.
And dreaming through the twilight
That doth not rise nor set,
Haply I may remember,
And haply may forget."

Entah mengapa, di akhir puisi itu suara Juliet pecah. Bulir air mata melintasi pipinya.

Bibir Juliet bergetar, "Don't leave me, Liam. You're my reason to stay."

"You're my reason to stay too," Liam mengakuinya, "Kalau aku tidak bertemu denganmu, mungkin aku sudah tidak ada di sini."

Juliet terus menangis. Juliet tidak mau kehilangan lagi.

"Aku sudah bilang kan kalau aku membenci jantungku?" tanya Liam.

Juliet mengangguk dan menghapus air matanya.

"I think.. I think I don't hate it anymore," kata Liam seraya tersenyum.

"Even though it's not working properly, at least my heart is still able to love you, Juliet. I don't regret a thing. It's fate."

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

A/N

I don't like Carlyn Bryan. And I think Zayn needs to chill.

Love, Karen xo

A Reason to Stay // l. payne [A.U]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang