White dominates everything in this place. Entah itu warna salju yang mulai turun, arena ice skating, atau miniatur boneka salju yang tersebar di festival itu.
Liam mengubur tangannya ke dalam mantel coklat yang ia pakai, sejujurnya ia tak terlalu menyukai musim dingin. Tumbuhan gugur, udara menusuk paru-paru, belum lagi badai salju. Entah kenapa hal itu mencerminkan kematian bagi Liam.
Summer is better, pikirnya acuh tak acuh.
Di sisi lain, Juliet justru sebaliknya. Dia sangat menyukai musim dingin. Baginya musim dingin itu seperti waktu untuk kembali ke masa kecil Juliet yang menyenangkan. Boneka salju, perang bola salju, rasanya butiran salju adalah sesuatu ajaib yang mustahil untuk terjadi.
"I love winter!" seru Juliet sambil membentangkan tangannya.
Diam-diam Liam tersenyum kecil melihat tingkah laku Juliet. Sangat menggemaskan, batinnya berbicara.
Liam melepas scarf coklat yang melingkar di lehernya dan memakaikannya pada Juliet, "Pakai ini agar kau tetap hangat."
"No, you don't have to," tolak Juliet, walaupun sebenarnya dia sangat mau memakai syal Liam itu, Juliet sangat menyukai harum khas tubuh Liam. Sangat hangat dan menyenangkan.
For Juliet, Liam smells like home.
"Tak usah sok jual mahal," decak Liam bercanda, "What do you wanna ride?" dia bertanya.
"I want to ride you," canda Juliet.
Baiklah, mungkin tidak sepenuhnya bercanda.
Liam tertawa, menunjukkan kerutan kecil disekitar matanya, "Very smooth, Miss Bennett."
"Alright, how about ice skating?" tawar Juliet.
Liam menaikkan kedua bahunya, "Not bad."
"Ayo, cepat!" Juliet tertawa seraya menarik tangan Liam seperti anak kecil yang menginginkan sebatang coklat.
Liam berhenti sebentar saat ia melihat sebuah photo box, "Get in it first," ujarnya sambil menarik pinggang Juliet.
And by that, they freeze that beautiful moment in four photos.
"Oh my God! Rambutku terlihat seperti sarang lebah," keluh Juliet dengan bibir mengerucut.
"Still adorable though," Liam tersenyum dan mencium pipi Juliet.
Juliet terkekeh geli karena rambut tipis di dagu Liam menggelitik pipinya.
Saat sampai di arena ice skating, Liam dan Juliet melihat sepasang pemain akrobatik melakukan pertunjukkan di atas hamparan es.
"It's awesome," Juliet terkesima melihat mereka.
"Temanku pernah mencoba gerakan itu bersama kekasihnya," kata Liam.
"Benarkah?" Juliet tak percaya.
Liam tertawa kecil, "Ya. And they ended up falling. Pergelangan kaki kekasihnya terkilir dan temanku mengalami patah tulang pada tangannya."
"That's terrible," nada Juliet menunjukkan simpatinya, "Siapa nama temanmu itu?"
"Harry Styles."
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
A/N
Hmm.. Gua udah mulai sibuk, jadi rada terlantar ff ini. Abis ff ini selesai kayaknya gua bakal full hiatus deh.
Maaf ya slow update banget, makasih banget kalo kalian masih mau baca apalagi ninggalin jejak juga.
Love you guyyss!
Hugs, Karen xo
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason to Stay // l. payne [A.U]
FanficSometimes you don't take forever to fall in love. Rated PG-13 Creative Commons (CC) August 2015 by plot-twister