Hari ini ada parade di kota, sangat disayangkan jika aku hanya memetik buah di kebun peninggalan ayah untuk dijadikan selai roti di Apple Bakery milik Bibi Nighel.
Kebetulan hari ini jadwal belanja bulanan Bibi Nighel. Mungkin aku akan ikut ke kota untuk membantunya membeli bahan untuk roti.
Oh ya, aku bekerja di toko roti milik Tn. dan Ny. Nighel. Mereka adalah sahabat orang tua ku.
Sejak kedua orang tua ku meninggal karena sesuatu hal yang aneh 2 tahun lalu, aku hanya hidup seorang diri.
Orang tuaku tidak pernah menceritakan tentang keluarga besarnya. Sejak itu juga aku menjual buah-buah yang ada di kebun milik ayah. Hasilnya tentu saja untuk aku makan dan kebutuhan lainnya.
Tapi, 6 bulan lalu, saat aku berkunjung ke toko roti milik Paman Nighel, Paman menawarkan kerja sama.
Ia akan menjadi langganan buah kebunku untuk selai rotinya. Agar selainya terasa segar karena di petik langsung dari kebun.
Selain itu ia juga menawarkan pekerjaan padaku. Aku menjadi cashier di toko roti itu, namun kadang-kadang juga menjadi pelayan jika sedang banyak pengunjung.
Aku sangat berterima kasih pada mereka atas kebaikan dan kasih sayang yang mereka berikan kepadaku, dan aku sudah menganggap mereka seperti orang tua ku sendiri.
***
Aku, Bibi Nighel, dan Devan sampai di kota, suasananya lebih ramai dari biasanya.
Apa aku sudah mengatakan jika Tn. dan Ny. Nighel mempunyai seorang anak laki-laki? Devan Elmond Nighel, berusia 20 tahun, 2 tahun lebih tua dariku, walaupun sebentar lagi aku akan berusia 19 tahun tetapi tetap saja kan aku masih 18 tahun.
Kami sangat akrab, aku sudah menganggapnya kakakku sendiri dan begitu pula sebaliknya ia menganggapku seperti adiknya.
"Ma, sementara kau berbelanja bolehkah aku dan Oly pergi melihat parade?" Tanya Devan pada Bibi Nighel.
"Bolehkan Bibi, aku sangat ingin melihat parade itu" tambahku.
"Ooh, ternyata ini yang kalian inginkan sehingga ingin sekali membantuku berbelanja?" tanya Bibi Nighel atau lebih tepatnya seperti pernyataan.
"Tolong izinkan ma, aku ingin mengajak Oly melihat parade itu. Kasihan dia tidak pernah melihatnya" kata Devan memelas kemudian menyeringai jahil.
"Hey! Devan! Kata siapa aku tidak pernah melihat parade. Aku dan orang tuaku selalu melihatnya jika mereka ada waktu" kataku cemberut. "Tapi bolehkan Bibi?" tambahku ikut menunjukkan wajah memelasku.
"Baiklah, tapi hanya 2 jam setelah itu langsung kesini dan bantu aku membawa belanjaan" kata Bibi Nighel. Aku langsung meloncat gembira dan memeluk Bibi Nighel.
"Terima kasih Bibi" kataku.
"Ayo Oly, kita pergi" ajak Devan menarik tanganku.
Aku melambaikan tangan pada Bibi Nighel.
"Hati-hati ya" kata Bibi Nighel.
"Oke" jawabku dan Devan.
♥♥♥
Ini fantasy pertama yang aku terbitkan.
Semoga readers suka dan menghibur yaa
Vote+Comment love
Kritik saran boleh#No copas no plagiat
Love,
GL
3/9/15
![](https://img.wattpad.com/cover/48878671-288-k275087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairest [ON-HOLD]
FantasyIni bukanlah mimpi tapi kenyataan yang tak bisa disangkal. Kupu-kupu tak lagi terbang indah. Awan terus berarak. Sebelum tawa terperai dan masa depan kelabu. Dengan nafas keabadian ku yakini dunia ini hanya delusi. Api membara dihatiku. Akankah tera...