Rasa Yang Aneh

1.7K 56 0
                                    

Hujan yang turun membasahi bumi sekitar dua jam yang lalu kini mulai mereda. Bahkan mungkin sudah benar-benar reda. Hanya saja ada beberapa tetes air yang jatuh dari deretan genteng dan rimbun daun yang sedikit tertiup angin. Menyebabkan siswa-siswi yang tadinya hanya berdiam diri menunggu hujan di dalam kelas atau di pinggiran koridor, kini sedikit demi sedikit mulai berhamburan keluar. Menyebar ke beberapa sudut sekolah untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.

Dan seketika saja, di salah satu kelas, seorang siswi tiba-tiba terpeleset dengan posisi pantat yang menyentuh lantai terlebih dahulu. Entah apa yang membuat siswi itu terpeleset, yang jelas saat ini ia hanya bisa menahan rasa malu karena siswa-siswi di kelas tersebut hampir semuanya tertawa. Tertawa untuk musibah lucu yang dialami siswi tadi tentunya.

"Kalau jalan ati-ati bisa kali, Vi?" ujar seseorang seraya mengangkat tubuh berat siswi tersebut.

"Gue udah ati-ati tau! Tapi tetep aja gue jatuh. Sial banget sih gue," ocehnya setelah berhasil dibangunkan oleh seseorang tersebut yang tiada lain adalah sahabat baiknya.

"Mending kita keluar dulu deh, malu tuh ditertawain sama mereka. Ayo!"

Sekilas, setelah melihat suasana sekitar, seseorang itu langsung menarik tangan siswi tadi keluar kelas. Lebih tepatnya berusaha untuk menghindar dari ejekan semua teman-teman kelas mereka. Lantas kemudian mereka dengan cepat melangkahkan kaki menuju tempat yang memang sebelumnya akan mereka tuju. Ke mana lagi kalau bukan ke tempat yang biasanya para siswa-siswi datangi saat jam istirahat tiba? Kantin.

"Bisa gak sih pelan-pelan aja jalannya? Masih perih nih pantat gue ah." cibir siswi itu cukup sinis.

Genggaman dan tarikan tangan yang dilakukan sahabatnya tersebut dirasa cukup sadis. Sampai ia tidak bisa menstabilkan apalagi mensejajarkan langkah kakinya dengan sahabatnya itu.

"Ya derita loe itu mah. Lagian loe tadi pakai acara kepleset segala, mau punya adik lagi?" ledek orang yang kini masih menggenggam tangan siswi itu asal. Bahkan dibarengi dengan tawa meledeknya juga.

Membuat gadis cantik berpakaian putih abu-abu itu mendengus. "Apa hubungannya coba?" ujarnya sembari memberi tekanan nada di setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Pasti ada lah! Orang tua zaman dulu sering ngomong gitu kok."

Siswi itu pun menyeringai sinis mendengarnya. Terkadang sahabatnya yang satu ini suka berbicara asal. "Itu mitos doang. Payah loe ah, gitu aja dipercaya. Udah lepasin tangan gue! Udah nyampe kan?" pintanya begitu langkah mereka terhenti di salah satu penjual mie ayam langganan mereka.

Siswi itu bernama Sivia. Siswi cantik yang tidak begitu populer di SMA Padma yang kini menjadi tempatnya mencari ilmu. Dan orang yang tadi menarik tangannya adalah Alvin, sahabat baik Sivia setelah hampir lima tahun ia mengenalnya semenjak kelas satu SMP. Cukup lama mereka berdua bersahabat, ditambah lagi mereka yang dari kelas satu SMP sampai sekarang kelas tiga SMA selalu ditempatkan dalam satu kelas itulah yang membuat persahabatan mereka semakin erat.

Bahkan saking eratnya, mereka sampai pernah bertukar tempat tinggal dalam dua hari. Untuk mengalami bagaimana rasanya Alvin hidup di rumah Sivia dan Sivia hidup di rumah Alvin dalam dua hari tersebut. Lucu bukan?

Dan dalam hitungan detik saja, Alvin seketika menyeringai polos. Tentu saja sembari memandang sekilas tangannya yang masih menggenggam tangan Sivia. Lalu melepaskannya pelan-pelan bersamaan dengan keluarnya satu kata dari mulut Alvin. "Sori,"

"Huh, dasar!" timpal Sivia dengan memutar mata.

Sementara Alvin hanya terkekeh kecil membalasnya. "Mau pesen apa, Vi? Kali ini gue traktir deh." tawar Alvin mantap.

ALVIA'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang