The Viagers

499 30 2
                                    

The Viagers adalah sebuah geng yang cukup disegani di Kampus Dirgantara. Gengnya yang terdiri dari dua orang cewek-cewek cantik tetapi macho tersebut memang tidak usah diragukan lagi dalam hal tawuran, berantem, gulat dan sebangsanya.

Sebagai preman pembela kebenaran, mereka merupakan idola baru bagi cewek-cewek di kampusnya. Visinya yang berbunyi “Cowok brengsek harus lenyap di muka bumi ini!” tersebut memberi napas lega bagi korban cowok-cowok brengsek yang sering terjadi di kampus mereka. Keren, kan?!

Dilihat dari segi fisik, mereka berdua gak sama sekali mempunyai tampang preman. Kedua anggota The Viagers itu bernama Via dan Agni.

Via, wajahnya yang baby face dan lekuk tubuhnya yang bisa dibilang montok itu jauh sekali untuk bisa masuk dalam kategori “preman”. Sedangkan Agni, walaupun postur tubuhnya memadai untuk menjadi preman, namun tetap saja wajah dan senyumnya yang manis itu belum pantas masuk kategori preman.

Apalagi bagi orang yang belum kenal dekat dengan mereka. Hanya saja yang membedakan mereka dengan cewek lainnya adalah cara berdandannya. The Viagers tidak menomorsatukan fashion. Cara berpakaian mereka sangat simple, cukup memakai kaus oblong dan dirangkap dengan kemeja kotak-kotak berlengan pendek serta celana jeans yang robek-robek dibagian lututnya. Menurut mereka, apapun yang dipakai, selama itu masih nyaman pasti nempel terus di badan.

Sore ini The Viagers sedang mengeksekusi mangsanya dibawah pohon beringin dekat kantin kampus.

Jbret!!! Satu hantaman keras mendarat mulus di hidung cowok berkulit hitam dan berambut keriting yang terduduk pasrah di akar-akar pohon beringin.

“Jangan mentang-mentang cowok, deh, loe! Loe kira cewek itu bisa dibayar pakai uang, hah?! Seenak ingus aja loe memperlakukan cewek kaya gitu!” Via meremas kerah baju cowok tersebut dengan tangan satunya yang sudah ancang-ancang untuk menghajarnya lagi.

“Ampun, Vi! Gue janji gak bakal kaya gitu, lagi. Ampun! Jangan pukul gue terus.” rintih cowok tersebut. Hidungnya mengeluarkan darah segar akibat hantaman Via. Sejenak, Via melepaskan tangannya dan melangkah mendekati sahabatnya.

“Urusin tuh kunyuk! Gue udah muak lihat mukanya!” kata Via ke Agni yang sedari tadi melipat tangan di dada sambil melihat aksi Via melibas cowok brengsek yang sudah kurang ajar sama Viagers.

“Siap, bos! Serahin sama gue!” balas Agni seraya menatap sinis ke arah cowok yang bersangkutan. Via langsung ngeloyor pergi dari tempat kejadian.

Pasalnya, Via pernah mengalami kejadian yang suram dengan yang namanya preman. Ibunya meninggal karena dibunuh dan diperkosa oleh tiga orang preman saat setelah berbelanja di Pasar bersama Via waktu ia masih kelas 3 SD.

Dan bukan itu saja, Ayahnya Via juga meninggal karena ditusuk pisau oleh seorang preman yang hendak merampok rumah dan mengambil uang simpanan milik keluarganya. Mungkin itu salah satu sebabnya kenapa Via benci banget sama yang namanya cowok brengsek dan preman-preman yang beraninya main keroyokan. Bagi Via, merekalah pengecut paling besar di dunia ini.

Beda jauh dengan Agni. Agni memang gak punya alasan tertentu kenapa sekarang ia memilih menjadi preman. Tapi, gak tau kenapa dari kecil itu Agni sering berantem sama anak cowok. Entah itu nangisin anak tetangganya, bahkan sampai merusak mainan teman sebayanya hanya demi keisengan semata bagi Agni. Mungkin itu bakat bawaan dari kecil yang dimiliki Agni, kali, ya? Hehehe...

Via menyandarkan tubuhnya didepan gerbang kampus. Mulutnya tak pernah henti menggigit batang korek api.

“Gimana? Udah beres?” tanya Via saat Agni tiba disampingnya sambil menepuk-nepuk telapak tangan.

“Beres! Udah gue sekap di gudang. Biar kapok tuh, monyet!” jawab Agni enteng. Sedetik, Via tersenyum simpul dan merangkul Agni. Mereka berjalan menelusuri trotoar.

ALVIA'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang