One Special

822 29 0
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk adik sekaligus sahabat terbaikku, Raydha Vhizcha Dyoreza Utama. Tenang ya di surga sana, Edha.. i miss you so much..


Sudah hampir berjam-jam Sivia berkutat dengan aktivitas yang sudah digelutinya sejak siang tadi. Entah apa yang Sivia kerjakan di dalam kamarnya tersebut. Yang jelas, di sana banyak berserakan benda-benda seperti gunting, lakban, kertas warna-warni dan satu kotak lumayan besar yang entah ada sesuatu apa di dalamnya.

Sesekali ia mengernyitkan dahi ketika otaknya sudah kehilangan ide untuk menyelesaikan aksi rahasianya tersebut.

"Duh, gimana ya? Bingung nih," gumamnya seraya menggigit kuku pada jari telunjuknya. Baru saja Sivia akan menemukan ide cemerlangnya, tiba-tiba sebuah ketukan pintu mengusik dua gendang telinganya dan itu berhasil membuyarkan ide cemerlang yang didapat Sivia sebelumnya. Ia mendecak kesal.

"Siapa?" teriak Sivia malas.

"Edha, Kak. Aku boleh masuk gak?" pinta seseorang yang mengaku bernama Edha tersebut. Sivia membuang napas.

"Masuk aja, Dha. Gak dikunci kok," jawabnya langsung. Sedetik, pintu kamar Sivia terbuka dan muncul seorang cowok bertubuh tinggi, berkulit putih, mata sipit ditambah dengan rambut hitam pekat yang menutupi kening cowok tersebut. Ia adalah adik dari Sivia, Raydha Airlangga atau lebih sering dipanggil Edha.

Usia Raydha sama Sivia itu hanya beda satu tahun. Tapi mereka berdua sangat mirip, bahkan banyak yang bilang kalau mereka berdua itu kembar. Dan bagi yang belum mengetahui kalau mereka saudaraan, banyak juga yang menganggap Sivia dan Raydha itu pacaran. Karena mereka lumayan sering banget jalan berdua di sekolah dan itu membuat semua cewek atau cowok yang mengaggumi mereka itu patah hati.

Ya, tapi itu dulu. Sebelum Sivia mempunyai pacar. Sekitar setahun yang lalu.

"Lho? Ini kamarnya kenapa, Kak? Kok berantakan gini sih?" syok Raydha begitu matanya tertuju pada benda-benda yang berserakan di sekitar tubuh Sivia. Seketika, Sivia nyengir dan mengangkat kedua jarinya.

"Kakak lagi gak stres kan?" tanya Raydha memastikan sambil menyentuh lembut kening kakaknya tersebut. Sivia mendengus dan melepaskan tangan Raydha seketika.

"Kamu ngira Kakak stres? Kurang ajar!" kini giliran Raydha yang memamerkan deretan gigi putihnya. Tiba-tiba Sivia tersenyum.

"Tuh kan stres? Tadi marah, sekarang malah senyum-senyum gak jelas." kata Raydha heran. Ia sedikit menjauh dari Sivia.

"Enak aja! Kakak senyum karena lihat mata kamu yang tenggelem kalau lagi nyengir. Hahaha lucu tau," Sivia terkekeh. Untuk sejenak, Raydha menghela napas kesalnya.

"Emang situ kagak?!" sinis Raydha. Sivia tergelak.

"Kakak? Kakak sih mendingan kali, ya setidaknya kelihatan dikit." Sivia memeletkan lidahnya.

"Yayaya." kata Raydha malas.

"Lagi bikin apa sih, Kak?" tanyanya kemudian.

"Pengen tau aja ih."

"Emang gak boleh?"

"Enggak!"

"Sejak kapan Kak Via pelit?" Raydha mengembungkan pipinya.

"Untuk yang ini beda. Maaf-maaf aja," Sivia mengacak pelan poni adiknya tersebut.

"Oh gitu ya sekarang? Oke!"

"Daripada kamu diem di sini, mending kamu bantu Kakak bikin ini." pinta Sivia ramah. Tangannya kembali berkutat dengan kegiatan yang sudah digelutinya sejak tadi. Raydha menyeringai jahil.

ALVIA'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang