Like an Angel

792 38 2
                                    

Sepasang merpati putih bertengger manis di atas jendela yang lebar terbuka. Seakan sedang berinteraksi layaknya dua orang manusia, mereka berkicau berbalas kata-kata yang terdengar sangat merdu. Kemudian bernyanyi memecah keheningan. Indah. Sayap-sayapnya yang putih itu sangat sinkron dengan ruangan yang mereka hinggapi. Ruangan yang mungkin untuk sebagian orang merasa enggan memasukinya, apalagi untuk menempatinya, entah sehari atau dua hari. Bau obat-obatannya yang khas serta peralatan-peralatan medis yang selalu tertata rapi di pinggiran tempat tidur. Sudah jelas, ini sebuah rumah sakit.

Sepasang burung itu terbang saat sang penghuni ruangan berangsur mendekat ke jendela. Raut wajahnya masih terlihat pucat pasi, matanya sayu, dan ada sedikit guratan hitam di bawah kelopak matanya. Itu mungkin karena ia jarang tidur setelah selama seminggu berbaring di tempat ini. Pikirannya selalu terbayang pada kecelakaan yang menimpanya. Kecelakaan motor yang sudah menghancurkan segalanya; cita-cita, hobi, bahkan bakatnya yang memang jago dalam bidang akademik maupun non akademik. Anak yang maniak basket tersebut terpaksa vakum dan mungkin harus mengubur dalam-dalam hobinya itu. Kenapa bisa begitu? Ya, karena dia lumpuh! Apakah dengan lumpuh ia masih bisa bermain basket seperti sediakala? Entahlah...

Belum selesai ia meratapi nasibnya, ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunan seorang Alvino Luidera?sang penghuni kamar tersebut. Cowok yang akrab dipanggil Alvin itu langsung mengarahkan kursi rodanya ke dekat tempat tidur.

"Hai, Vin! Gimana keadaan loe?" sapa Ify?teman dekatnya.

"Sudah agak mendingan, Fy. Thanks ya sudah mau menjenguk." jawab Alvin santai, "Loe sama siapa ke sini? Sendirian?" lanjutnya.

"Enggak. Gue ke sini sama..." jawab Ify gantung, matanya melirik ke ambang pintu, "Gue sama Via!" Alvin mendengus kesal pas Via?teman Ify sekaligus bisa dibilang musuh Alvin itu muncul di daun pintu.

"Jangan bilang loe datang ke sini buat meledek atau menghina gue?!" cerca Alvin tanpa komando. Sedangkan Via yang baru datang dan langsung ditembak mati oleh Alvin itu mendadak naik darah.

"Loe tuh, ya! Masih untung gue tengok, bilang makasih kek sama gue! Malah nuduh yang enggak-enggak." celoteh Via kesal.

"Gue gak minta loe tengok, ya!"

"Sebenarnya gue juga ogah nengok loe kalau gak dipaksa Ify!" timpal Via tak mau kalah.

"Perang Dunia Keempat sudah dimulai!" ucap Ify sedikit kesal.

"Berisik!!!" bentak Alvin dan Via kompak.

"Sudah, deh! Pusing gue lihat kalian berdua berantem terus. Sekali-kali akur, kenapa?! Apa kalian gak bosan, hah?! Kita ke sini bukan mau berantem, ngerti?!" oceh Ify tak kalah heboh. Tapi percuma, ocehannya tak dianggap. Mereka tetap sibuk dengan adu kata-katanya. Ify menggeleng pasrah.

Berantem. Mungkin kegiatan itulah yang sangat rutin dilakukan Alvin dan Via acapkali mereka bertemu di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun. Mereka itu bisa dibilang Tom and Jerrynya SMA 1 Nosztaholic, dari masalah sepele bisa jadi masalah besar, dari masalah besar bisa jadi masalah yang lebih besar. Entah apa yang mendasari mereka berdua. Yang jelas, sudah hampir tiga tahun ini mereka sekelas, predikat peringkat satu yang sering diraih Via itu sudah berpindah tangan ke Alvin. Oke, mungkin itu salah satunya penyebab mereka selalu berantem. Who knows?

Di mata Via, Alvin itu merupakan sosok yang sombong, egois, sok pintar, sok jagoan, dan yang sok-sok lainnya. Padahal di mata orang lain, Alvin itu adalah sosok orang yang baik hati, murah senyum, tampan, gesit, dan tentunya pintar. Entah mana yang benar? Via, atau orang lain?

***

Pantulan bola basket menggema di sekitar lapangan. Beberapa anak sibuk mengoper, mendribble, merebut, dan memasukan bola ke keranjang. Sedangkan di sisi lain, Alvin yang baru dua hari ini berangkat ke sekolah, ia sudah ikut berpartisipasi menonton rekan-rekannya latihan basket. Entah karena ia ingin memberi semangat atau karena ia sudah kangen untuk bermain basket? Yang jelas, Alvin masih dalam bantuan kursi roda.

ALVIA'S STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang