Chapter 2

550 66 26
                                    

Kenia Forbes

Seusai pelajaran Prof. Thompson, Tyler memintaku untuk menemaninya makan siang di kafetaria. Sekaligus dia ingin melanjutkan membahas soal binatang buas yang disangkanya adalah 'serigala' itu, yang hampir membuat nyawanya melayang semalam. Dia masih berpikiran bahwa makhluk yang telah menyerangnya itu bukanlah binatang buas biasa yang berkeliaran di hutan. Yang sebelumnya ia sebutkan bahwa ciri-ciri makhluk itu hampir sama dengan serigala tapi juga ada beberapa perbedaannya yang menurutku itu tak masuk akal. Seperti, apakah mungkin ada seekor serigala yang memiliki panjang tubuh yang hampir menyerupai manusia? Selain itu, mata makhluk itu menyala terang bewarna kuning layaknya sinar lampu laser ketika dinyalakan. Dan satu lagi, dia bilang moncong makhluk itu tak seperti moncong milik hewan berbulu hitam yang disangkanya itu pada umumnya.

Dan sekarang dia menyimpulkan, bahwa makhluk itu adalah makhluk hasil mutasi dari serigala. Well.

"Itu semua tidak masuk akal, Tyler. Dan lagi pula, aku kan sudah memperingatkanmu semalam, tapi kau tetap tak mau mendengarkan. Untung saja kau bisa kembali dengan tubuh yang masih utuh" sindirku, sebelum memasukkan kentang goreng ke dalam mulutku.

"Terus saja kau menyalahkanku, Ken" katanya dengan merengut dan menatapku sinis, kemudian ia mencubit rotinya dengan paksa sebelum memakannya. Membuatku tergelak lepas melihat ulahnya yang seperti anak kecil itu.

"-tidak ada yang lucu, Kenia Forbes" katanya masih merengut dan mengunyah makanan di dalam mulutnya.

Aku menghela nafas menyudahi tawaku dan mulai berbicara lagi, "Tapi apa kau sudah tahu, kalau mayat itu terbunuh bukan akibat serangan dari binatang buas?"

"Ya, ayahku memberitahuku. Dan itu benar seperti dugaanku, kan? Aku yakin kalau mayat itu bukan ulah binatang buas. Seperti 5 kasus sebelumnya, pembunuh itu memakai motif dengan mencabik korbannya di leher dan membiarkan darahnya mengering, kemudian dia membuang mayatnya di hutan seakan menutupi jejaknya dan seolah itu semua adalah ulah binatang buas. Dan sampai sekarang pembunuh itu belum ditemukan, dia/mereka masih berkeliaran di kota ini" jelasnya panjang lebar. Setelah itu ia menyeruput air mineral di depannya sebelum berkata lagi, "-dan kau bisa saja menjadi korban selanjutnya..." lanjutnya dengan menyipitkan matanya dan merendahkan suaranya, dibuat-buat.

Aku memutar bola mataku dan berkata, "Really Tyler? Leluconmu sama sekali tak lucu" kemudian kembali mencomot kentang gorengku lagi.

"Kota ini sudah tidak aman, Ken" katanya enteng, tapi suaranya terdengar serius.

"I know, tapi selama kita bisa berjaga diri. Aku yakin, tak ada yang perlu dikhawatirkan" kataku dengan nada yang tak kalah serius.

Tyler tak langsung menanggapiku, malah kini matanya beralih memperhatikan ke arah meja yang berada di sebelah kiri 8 langkah jauhnya dari meja kami.

"Sepertinya murid baru itu tak henti-hentinya memperhatikanmu" katanya melirik ke arah lelaki berambut ikal yang tengah berada di meja itu.

"Maksudmu Harry?" tanyaku memastikan, kemudian aku menoleh ke arah meja yang dimaksudkan Tyler.

Dan benar saja, aku masih mendapati Harry yang tengah memandangiku dari jauh, selanjutnya ia memberi senyuman singkat ke arahku kemudian mengalihkan pandangannya ke buku kecil yang tengah dibuka di depannya.

Astaga, senyuman itu lagi.

Pun aku mengalihkan pandanganku ke bawah meja menyembunyikan rona merah yang kini sudah merebak luas di pipiku.

"Termasuk di dalam kelas tadi, dia selalu memandangmu dengan tatapan yang sama. He's so rude. Itu menggelikan" kata Tyler meremehkan. Kemudian memutar bola matanya setelah melihatku tersipu.

The Original CreaturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang