Bab 3

8.4K 327 0
                                    

Setelah sampai di UKS aku segera melompat ke salah satu kasur yang tersedia untuk siswa yang sedang sakit. Aku mencoba memejamkan mataku yang memang terasa berat sedari tadi, aku baru tidur jam 4 pagi tadi dan harus bangun jam enam lebih seperempat. Pertandingan sepak bola yang ku nantikan sebulan ini tak bisa kulewatkan begitu saja.

Suara kokok dalam perutku bertambah keras setiap menitnya. Aarrrgghhh... aku hanya ingin tidurr...

Kriiiiiiinngggg.... suara bel membuat mataku terpaksa terbuka, aku ingin tidur tapi aku juga lapar..

Kuputuskan untuk bangun dari kamar UKS dan keluar dari ruangan itu, dengan langkah gontai aku berjalan menuju kantin dan menyibak kerumunan para orang kelaparan yang menjerit jerit seperti korban gempa.

Bau ketek merajalela memaksa masuk kedalam hidung imutku. Aku megap-megap tak karuan karena terlalu banyak menghirup gas mematikan itu hingga tak sengaja aku menabrak seseorang dan menjatuhkan nampan yang berisi makanan yang ia bawa.

"Arrghh. Anjing!!.. siapa yang berani beraninya nyenggol gue!!" Suara melengking itu membuatku menengkok kepada sang empunya suara dan tepat di depan hidungku berdiri seorang medusa berpakaian seragam sekolah lengkap. Aku hanya bisa tersenyum kecut menanggapinya.

"Ups.. sorry gak keliatan"
"Oh, ada yang cari mati rupanya. Sekarang gue lagi stres dan pengen makan orang dari tadi dan lo secara suka rela menyerahkan diri?" Katanya sambil menyilangkan tangannya ke badan krempengnya yang bak keripik tempe itu dengan tatapan siap menerkam. Ouwh siaga tingkat satu nih.

"Kan gue uda bilang kalo gue emang gak liat kalo ada lo di belakang gue! Siapa suruh punya badan kaya triplek.. ya gak salah gue dong!" Kataku membela diri dan mengatakan sejujurnya kalo dia emang kaya triplek. Kenyataan kadang memang menyakitkan.

"Hah! Lo..?? Berani jawab gue? Hehh!! Lo punya nyawa berapa berani beraninya ngomong kurang ajar sama gue. Asal lo tau ya gue bisa nendang pantat lo keluar dari sekolah ini sekarang juga kalo gue mau!"

"Terus aja sembunyi di ketek bokap lo, kalo emang ngajak ribut ayo ribut yang punya masalah cuma lo sama gue. Kalo lo mau manggil bokap lo, gue juga bisa manggil bokap gue. Emang lo kira gue takut sama lo?? Kalo lo bisa nendang pantat gue dan ngeluarin gue. Gue bahlan bisa nendang pantat bokap lo dan mecat dia sekarang juga biar lo jadi gembel. Nah loh.. masih berani ngeluarin gue??" Kataku menantang sambil menunjuk nunjuk tepat ke wajahnya yang menor banget kaya banci pengkolan. Emang enak..

Dengan amarah yang meledak ledak, tanpa menjawab lagi perkataanku karena memang gak bisa ngomong lagi kehabisan akal buat ngejawab gue. Dia mendekat ke arahku dan dengan gerakan cepat dia meraih rambutku dan menjambaknya dengan keras yang membuatku tersentak.

Tanpa menghiraukan rasa sakit di kepalaku, aku segera mencakar leher mulusnya hingga mengeluarkan banyak darah, dia yang sadar dengan perlawananku segera melepaskan jambakannya dan memegang lehernya yang berdarah. Aku memang sengaja membuatnya semakin marah dan ingin melihat kepalanya mengeluarkan asap dari kuping seperti yang sering ku lihat di film-film

"Ah leherr guee, gue bunuh loo" ia kembali mendekat dan meraung raung seperti orang kesetanan berusaha menggapai rambutku kembali, tapi secepat kilat aku mengelak dan menjulurkan lidahku mengejek sambil berlari menuji lapangan basket.

"Catch me if you can bitch!!.."
Aku berlari secepat yang kubisa melewati kerumunan. Sesekali aku menengok ke belakang untuk memastikan bahwa ia masih jauh di belakangku. Ia berlari sambil berteriak mengucapkan sumpah serapah dengan keras hingga urat lehernya terlihat, ia berlari dengan gaya aneh yang menurutku seperti kuda lumping kesurupan. Kalo ada beling pasti lebih keren.

Aku terus berlari melewati lorong sekolah dan kembali menengok ke belakang dan

Braakk...

"Aduh!" Aku menubruk tiang dengan keras hingga terhempas kebelakang, kepalaku yang kejedot tiang langsung mengucurkan darah segar. Alexie yang melihatku terjatuh langsung menambah kecepatan larinya. Dan sekarang ia sudah berada di dekatku dan langsung menarik kerah bajuku dengan wajah merah padam siap meletus. Dia meludahiku tepat di wajahku dan terasa perih saat mengenai lukaku.

"Bangsat" aku hanya bisa mengumpat pelan karena tak memiliki tenaga untuk melawannya. Melihatku diam tak berkutik di jadikan kesempatan Alexie untuk terus memukul, mencakar, menjambak bahkan hingga aku tergeletak di lantai ia tetap menendangku tak kenal ampun. Hingga ia di tarik oleh beberapa anak laki-laki dan menjauhiku.

Dan semuanya gelap...

Ada Alexie di Mulmed

My Lovely DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang