Bab 13

3.9K 279 2
                                    

Setelah beberapa menit gue berpelukan dengan Fla, dia sedikit demi sedikit mulai tenang dan tangisannya mulai mereda. Gue tetap bertahan di posisi gue karena gue gak mau ganggu Fla yang masih menenangkan diri, gue juga masih terus mengusap punggung dan rambutnya selembut yang gue bisa.

Tiba-tiba Fla menjadi lemas dan pelukannya terlepas dari tubuh gue. Seketika gue mengangkat kepalanya dan saat gue megang pipinya, ternyata dia demam dan matanya tertutup. Gue kira dia tertidur karena terlalu lelah menangis, tapi demamnya membuat gue panik. Gue berusaha menepuk pipinya beberapa kali mencoba menyadarkan, tapi dia masih tak bergerak. Gue panik.

Gue bingung harus gimana. Akhirnya gue putuskan buat bawa dia ke UKS secepat yang gue bisa.

Setelah sampe di UKS, gue baringin dia di kasur dan memanggil petugas UKS. Gue panik. Bener-bener panik. Gue bahkan sempet bentak petugas UKS karena mereka lemot banget. Gue gak akan maafin diri gue sendiri kalo ada sesuatu yang buruk terjadi sama Fla.

Ini semua gara-gara gue. Coba aja kalo gue gak marah sama dia gara-gara dia bikin ribut di kantin. Coba aja gue bisa ngatur omongan gue. Coba aja kalo gue percaya sama dia kalo dia gak salah. Gue emang bego!!

Gue duduk di kursi sebelah kasur dan memegang tangannya dengan lembut. Tangannya dingin dan wajahnya pucat. Pasti karena dia kelelahan nangis dan masih menganggap bahwa dia anak pembawa sial.

Gue gak habis-habisnya menyalahkan diri gue sendiri. Gue janji kalo dia sadar, gue akan langsung nembak dia dan bikin dia bahagia. Gue gak akan biarin hal ini terjadi lagi. Gue akan selalu bikin dia tertawa apapun caranya.

Selama beberapa menit petugas UKS mengerjakan tugasnya. Mereka berubah menjadi panik dan itu bikin semakin gue khawatir.

"Kayaknya Kak Fla harus di bawa ke rumah sakit deh Kak Evan" Kata salah seorang anak anggota PMR yang bertugas di UKS yang sedang mengurus Fla.

"Kenapa? Fla nggak kenapa-napa kan?"

"Demamnya semakin tinggi dengan drastis dan kita gak bisa ngatasin ini, kita masih junior dan kita belum dapet pelatihan yang lebih detail. Kita juga belum pernah ngatasin kasus kaya gini sebelumnya, lebih baik Kak Fla di bawa ke rumah sakit aja deh kak"

"Kalian goblok banget sih!! Gini aja gak becus, mending lo keluar dari anggota PMR aja deh! Kalian semua gak ada gunanya!!"
Gue frustasi dan kehilangan kendali. Gue nggak tau harus melampiasan kekesalan gue dengan cara apa. Melihat ekspresi mereka yang ketakutan bikin gue merasa bersalah. Tapi gue bener-bener gak bisa mikir jernih saat ini.

Gue gak memperdulikan mereka yang mencoba minta maaf ke gue dan gue memutuskan menggendong Fla dan lari menuju mobil gue di parkiran. Gue gak peduli kalo bakalan ada guru yang marah gara-gara gue keluar tanpa ijin.

Gue dudukin Fla di kursi penumpang dengan hati-hati dan memasangkan sabuk pengaman dengan perlahan. Gue langsung masuk mobil dan memacu mobil gue dengan kecepatan tinggi keluar dari lingkungan sekolah. Gue bahkan bentakin semua orang yang ngehalangin gue termasuk Pak Sukirman yang tak kunjung membuka gerbang. Gue terpaksa bicara kasar dengan nada tinggi agar Pak Sukirman segera membuka gerbang. Entah karena takut atau apa, Pak Sukirman segera membuka gerbangnya setelah gue bentak.

Gue ngebut menuju rumah sakit terdekat. Hanya satu rumahsakit yang gue tahu yang jaraknya paling deket dari sini. Rumah sakit Sukma Medika.

Setelah sampai di parkiran, gue langsung keluar dari mobil, dan lari mengitari mobil dan membukakan pintu buat Fla.

Gue lepasin sabuk pengamannya, dan gue gendong dia masuk ke dalam rumahsakit.

Gue bener-bener kalap. Gue teriak-teriak kaya orang gila dan seketika beberapa petugas rumah sakit ngedatengin gue dan ngambil alih Fla dari gue.

My Lovely DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang