Bab 7

4.7K 272 3
                                    

PLEASE BANGET VOTE DAN KOMENTNYA 

"Nih papa tadi bawain bubur ayam kesukaan kamu, sambelnya banyak, kecapnya banyak, kerupuknya banyak dan porsinya dobel. Papa heran ya sama kamu, anak cewe kok makannya kaya kuli, kadang papa malu lho bawa kamu ke restoran mahal, orang-orang itu liatnya kaya prihatin banget, kesannya papa itu nggak ngasih kamu makan setahun tau gak?"

"Papa tega amat sih, masa aku disamain kaya kuli. Kalo aku jadi kuli, bakal banyak kontraktor yang nyewa aku buat jadi kuli, tapi bukan disuruh kerja tapi diliatin aja, kan aku cantik"

"Iya iya terserah kamu, jadi mau makan gak nih?"

"Iya lah, tapi gak usah di suapin ya. Aku makan sendiri aja, kalo papa yang nyuapin pasti dikit-dikit terus bakal lama banget. Sini buburnya"

"Papa jadi agak sedikit khawatir sama masa depan kamu, pantes gak ada cowok yang berani deketin, udah gayanya kaya preman, makannya sekarung, gak ada feminim-feminimya lagi"

"Iya tuh Fla, dengerin papa kamu, kamu kan uda gede harusnya kamu uda harus jaga penampilan, jangan kaya anak kecil gitu nanti kalo gak laku jangan nyalahin papa sama mama ya"

"Ihh... ini apaan sih? Kalo mau ceramah sono noh di mesjid atau di TV gantiin ustad siapa itu yang jamaaahh.. oh.. jamaahh... itu jangan di sini. Fla mau makan hushh..hushh."

Papa mamaku mendengus dan memilih untuk mengabaikan ucapanku dan lebih memilih menyalakan TV dan sesekali mengomentari acara TV yang di lihat. Sedangkan aku dengan semangat melahap bubur ayamku sampe ke bungkus-bungkusnya dalam waktu kurang dari 7 menit dan membuang bungkusnya di bawah tempat tidur dan mengambil jus alpukat yang juga di bawa papa dan mama.

"Astaghfirullah ini anak gak ada bener-benernya, uda di servis di rumah sakit masih nggak bener aja itu otak, masa kebiasaan di rumah dibawa-bawa. Itu bungkus di buang di tempatnya ngapa neng?? Rasanya berat amat buang gitu doang."  Mama kembali menceramahiku dengan rumus panjang kali lebar kali tinggi di tambah seratus.

"Aku disini kan bayar kali mah, kalo aku gak kaya gitu, kasihan tukang bersih-bersihnya nanti gak ada kerjaan terus kalo dipecat mama mau tanggung hidupnya? Sama anaknya? Sama suami atau istrinya? Sama nenek kakeknya?"

"Ngeles aja kamu kaya bajaj. Kamu sakit beneran gak sih Fla? Mama jadi agak ragu, jangan-jangan kamu pura-pura sakit biar gak sekolah ya?"

"Pura-pura dari HongKong? Orang jelas-jelas aku bonyok babak belur sampe gupil-gupil gini masih di bilang pura-pura? Emang ini apaan ma? Efek make-up?"

"Kali aja"

"Ishh" aku memutar mataku dan kembali membongkar bawaan papa dan mama. Ohh.. mari kita lihat ada apa disini, coklat ada, snack ada, susu ada, jus ada, buah ada, roti ada dan hey apa ini?. Aku melihat sebuah kotak berwarna merah yang terbungkus rapi dengan hiasan berbentuk hati. Aku penasaran, tapi malas untuk membukanya, akhirnya aku menyimpannya dan lebih tertarik dengan semua makanan yang seperti melambai-lambai padaku. Sialan. Aku tak kuasa membiarkan mereka tak tersentuh dan merana seperti itu. Akhirnya aku memilih untuk mengambil snack berukuran sebesar bantal, susu coklat sebotol dan coklat sebesar buku cetak berisi 1000 halaman. Oh ini benar-benar surga dunia.

Mamaku melihatku meraih semua makanan itu dan melotot ke arahku, aku hanya menjilatkan lidahku tanda tak perduli sedangkan papaku hanya geleng-geleng kepala. Aku memang bisa dibilang beruntung, karena sebanyak apapun aku makan, berat dan bentuk badanku tak berubah sedikitpun walaupun aku tak pernah melakukan diet ketat atau olahraga apapun.

Aku bergabung dengan mama papaku di sofa dan mulai membuka snackku dan memakannya dengan tenang sambil memperhatikan acara televisi. Acara apa ini? Pergulatan politik dan ekonomi dunia? Naik turunnya harga saham? Apa apaan ini?. Kenapa acara ini menampilkan hal-hal yang tak ku mengerti? Dasar payah!! Masyarakat awam sepertiku mana bisa menikmati acara semacam ini? Benar-benar tidak menarik.

Karena bosan dengan acara TV yang tak ku mengerti, akhirnya aku memutuskan meninggalkan papa mamaku yang tenggelam dalam dunianya sendiri dan mengabaikanku.

Aku sudah sehat, bahkan sangat sehat. Aku bahkan tak terlihat seperti orang sakit. Aku keluar kamar dan berjalan menuju taman di dekat kamarku sambil terus mengunyah snack yang kubawa. Taman disini tak terlalu besar, namun cukup berhasil membuatku melongo saat melihatnya, bagaimana tidak? Taman sekecil ini dapat di bentuk sedemikian rupa dengan perpaduan bunga dan tanaman hias lainnya membentuk kata "RS. Sukma Medika" benar-benar keren. Tanaman hias dan bunga-bunga berbagai warna di padukan dan di bentuk sedemikian rupa menyerupai lukisan di atas kanvas tanah dan bunga-bunga serta tanaman hias dan batu-batu kali yang mengelilinginnya bagaikan pewarna alami. Akan kuberi seluruh jempolku bagi siapapun yang membuatnya.

Sentilan di pundakku membuatku menoleh dan mendapati kak shawn sedang tersenyum dengan imutnya, oohh... lucunya anak siapa sihh... jadi pengen makan ni orang. Akupun membalas senyumannya dengan cengiran mautku yang dapat membuatnya muntah darah. Niatnya biar kelihatan cute, eh malah keliatan kaya tokek.

"Kok di luar?"

"Iya kak, lagi bosen, pengen pulang"

"Nanti sore juga udah boleh pulang kok"

"Iya sih, tapi masih pengen di sini"

"Lho, tadi katanya pengen pulang?"

"Iya, itu kan tadi pas masih di kamar, sekarang pas ketemu kak shawn, tiba-tiba jadi betah"

"Ada-ada saja kamu ini, kamu sudah makan?"

"Belum kak, aku laper.. makan bareng yuk"

"Kan sudah di sediakan di kamar kamu"

"Nggak enak, aku pengen makan yang lain bareng kakak, mau ya.. kalo nggak mau entar aku nggak sembuh sembuh loh, entar aku makin parah loh, nanti aku makin kurus loh, nanti aku nggak pulang pulang loh, nanti aku.."

"Iya.. iya ayo, kamu ini manja ya, kaya anak kecil"

"Aku kan emang masih kecil, tapi aku lucu kan? Aku imut kan?"

"Iya.. iya tapi kamu harus ijin papa mam kamu dulu, papa mama kamu sudah kesini kan?"

"Biarin, dari tadi aku nggak di peduliin, aku lagi sakit, mereka malah asik nonton TV, akunya di cuekin terus. Ayo ah!, Nggak usah peduliin mereka, yang penting kita happy."

Sebelum kak Shawn menjawab, aku langsung menarik lengannya menuju parkiran rumah sakit. Saat ini yang ada di pikiranku adalah pizza ukuran jumbo dengan topping yang banyaakk dan ekstra mozarella cheese. Aku tak tahu apa yang salah dengan perutku, aku tak pernah bisa berhenti makan, bahkan saat ini aku masih membawa snack besarku tadi yang hampir habis.
Aku melirik sekilas kak shawn yang masih ku seret menuju area parkir, ekspresinya lucu sekali, aku jadi tak tega menyeretnya seperti ini. Tapi memang hanya ini jurus yang kupunya untuk membuat seseorang memenuhi permintaanku. Seperti yang sering ku lakukan pada papa dan mama. Dan yang lebih kerennya lagi, aku juga di karuniai wajah melas dengan pipi merah dan puppy eyes. Bisa bayangkan betapa imutnya aku kalo lagi maksa orang? Yah,, mau gimana lagi, aku sih sebenarnya gak pengen punya wajah cantik nan imut bak boneka barbie, tapi karena sudah ditakdirkan seperti ini, mau gimana lagi? Aku memang beruntung. Apalagi ditambah dengan body bohai bak model tanpa harus susah susah diet. Bagi kalian yang kurang cantik atau kurang imut, sini deket deket aku biar tambah minder haha (ketawa setan)

My Lovely DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang