2. Keputusan berat

107 9 2
                                    

Bab dua (Tak Biasa)

Pagi ini cuaca lumayan cerah, meskipun salju masih menutupi dedaunan. Tapi Eunsub sudah rapi dengan seragam sekolah dan menyiapkan sarapan.

"Yak, Eunsub-ah pagi sekali kau bangun eoh?" ucap Eunra dengan rambut acak-acakan. "Kenapa tak membangunkanku? Kau ada kencan ya? Sepagi ini sudah rapi dan wangi." celoteh Eunra, sambil mengendus-endus baju bagian pundak Eunsub, membuat Eunsub menatapnya tajam.

"Cepat mandi sana! Kau bau. Dasar jorok. Yaaak!" Eunsub sewot saat Eunra menguap di depan wajahnya. Eunra nyengir dan berlalu ke kamar mandi.

"Bagaimana mungkin Park Jungsoo-ssi akan melirik gadis jorok sepertimu?" Eunsub menggeleng.

"Yaishh, aku mendengarnya! Kau tak akan tahu apa yang akan terjadi di depan sana, bukan suatu yang mustahil jika Jungsoo oppa tergila-gila padaku nantinya!!" teriak Eunra dari dalam. Dan itu membuat Eunsub hampir tersedak makanannya, ia tertawa geli.

"Ya bermimpi saja terus." gumamnya sambil mengendikkan bahu.

* * *

Kegaduhan di kelas sudah menjadi santapan sehari hari. Semua anak saling lempar kertas dan tertawa terbahak.

Pluuk...

Satu gulungan kertas yang sudah di remas sedemikian rupa mendarat di wajah seorang gadis.

"Yak siapa yang melakukan ini padaku huh!? Kau?" dia menunjuk seorang pria tinggi kurus.

"Tidak, bu.. bu.. bukan aku Eunsub-ah tapi dia." katanya gagap.

"Oh jadi kau, Cho Kyuhyun?" Eunsub menatap emosi pada pria yang berkulit pucat dan berambut hitam dan tebal.

"Tsk, kau percaya pada si mulut besar Lee Hyukjae?" Kyuhyun menatap Eunsub balik. Membuat Eunsub memalingkan wajahnya.

"Aah sudahlah, aku tak mau berurusan dengan kalian." Eunsub berlalu keluar kelas dengan kesal. Dia melangkah mengikuti koridor yang membawanya ke kantin.

Sesampainya di kantin, Eunsub melihat Eunra yang melambai padanya dengan mulut penuh makanan. Eunsub melihat sekeliling dan menarik napas berat.

"Yak ke mana saja kau? Aku menunggumu di sini sampai kelaparan." Eunra bicara dengan mulut penuh.

"Kelaparan?" Eunsub menatap tajam si gadis Shin. "Oh, iya tentu saja, aku bisa melihatnya." lanjut Eunsub sambil mengangkat kedua alisnya. Ia menatap Eunra yang sibuk dengan makanan.

Lapar apanya? Dumal Eunsub dalam hati.

* * *

Sepulang sekolah Eunsub di kagetkan dengan sosok pria tampan di pintu tangga flat. Pria dengan tinggi badan sedang, badannya sedikit kurus, dia berpakaian rapi dengan kaca mata hitam bertengger manis di hidung mancungnya.

Eunsub melewatinya saat naik tangga, lebih baik pura-pura tak kenal, pikirnya.

"Annyeong, Choi Eunsub." sapa pria itu sambil melepas kaca matanya, membuat bibir Eunsub komat kamit sebal. Dengan terpaksa dia menoleh ke arah pria itu.

"Jongwoon-ssi." gumamnya pelan. "Tuan Kim, anda-"

"Ish jangan cemberut begitu, jangan galak pada calon suamimmhh!" dengan cepat Eunsub membekap mulut Jongwoon. Dia berharap tak akan ada yang mendengar. Mata bulatnya kini melotot.

"Jangan bicara sembarangan, lagipula belum tentu aku mau menerimanya." ucap Eunsub kesal. Bibirnya maju-maju.

Perlahan tangan Jongwoon mengenggam tangan Eunsub yang membekap mulutnya. Tangan itu pun terlepas. Sesaat mata mereka bertemu, Eunsub berpaling dan berdehem, ia merasa kerongkongannya kering setelah melihat senyuman Jongwoon.

Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang