Bab tiga (Tak Biasa)Mungkin karena lelah menangis, Eunsub tertidur di sofa putih milik Jongwoon. Ia berbaring dengan posisi terlentang. Perlahan suara langkah kaki Jongwoon terdengar.
"Dia sudah tidur rupanya?" gumamnya sambil berjalan mendekati gadis itu, alih-alih membangunkan Eunsub supaya pindah ke kamar, Jongwoon malah berjongkok dan memperhatikan wajah gadis itu.
"Aku tahu kau lelah dan menderita, tapi aku janji ini tak akan lama. Maaf hanya cara busuk ini yang bisa kulakukan untuk bisa bersamamu. Aku menyayangimu Choi Eunsub," Jongwoon mulai meneteskan air matanya.
"Ini memang tak biasa, aku juga merasa demikian, tapi aku harap kau akan terbiasa denganku kelak setelah kita menikah. Maaf, aku benar-benar minta maaf. Eunsub-a saranghae." Jongwon mengecup dahi Eunsub lama dan beralih mengecup pipi gadis itu dengan hati-hati. Setelah merasa cukup lega dengan pengakuan cinta sepihaknya, Jongwoon bangkit dan menyelimuti gadis itu lalu ia pergi ke kamarnya. Ia tak tahu jika gadis itu perlahan membuka mata.
Eunsub menelan ludah dan menghembuskan napas panjang. Ia menatap pintu kayu itu dengan tatapan aneh, tak percaya, bingung, marah semua campur aduk menjadi sebuah perasaan aneh yang membuat matanya basah.
"Kenapa dia menangis, apa ia benar benar mencintaiku? Apa aku salah dengar?" Eunsub mengeratkan selimut yang dipakaikan Jongwoon. Ia merasa lelah, lebih baik ia tidur dan melupakan kejadian hari ini bersama Jongwoon, apalagi dengan kecupan tadi, tck.
Eunsub bergelung pada selimutnya, ia tak ingin terlihat konyol jika barusaja ia memikirkan ciuman Jongwoon.
Jongwoon tak bisa mengatupkan mata walaupun dia sudah lama berbaring dan membuat dirinya senyaman mungkin.
"Assh jinjja! Kenapa jadi aku yang merasa tidur di sofa?" rutuknya sambil menyingkap selimutnya dengan kasar.
Dia melangkah ke arah pintu, ia menatap pintu kamarnya seperti ada tontonan menarik di sana. Lalu ia berbalik lagi dan duduk di tepi ranjang king size-nya.
"Tidurlah Kim Jongwoon, besok pagi sekali kau ada meeting penting dengan klien. Yah tidur."
Jongwon berkata tegas pada diri sendiri seperti perintah seorang boss yang angkuh. Ia pun berbaring, menutup mata. Tak lama kemudian mata sipit itu pun terbuka lagi. Jongwoon menggersah kesal.
"Aaaargh sial!"
Sambil berkacak pinggang ia berjalan lagi ke arah pintu dan menyentuh gagangnya dengan kuat. Satu tangan mengacak rambutnya prustasi, akhirnya pintu pun dibukanya dan menghampiri sofa yang tak jauh dari kamarnya.
"Yak, bangunlah," suara serak Jongwoon setengah berbisik. Eunsub langsung membuka selimutnya dan duduk.
"Ada apa?" Eunsub mendongak menatap wajah Jongwoon. Ia mengucek matanya yang agak bengkak.
"Dorowa! (Ikutlah)" kata Jongwoon sambil menggamit tangan si gadis. Eunsub menurut dan mengikuti langkah Kim Jongwoon.
"Cah, tidurlah di kamar." Jongwoon membuka pintu kamar yang kemarin malam Eunsub tempati. Gadis itu masuk dan berbalik melihat Jongwoon di balik pintu.
"Besok pagi sekali aku antar kau ke flat Eunra-ssi. Aku tidak bisa mengantarmu sekolah, aku ada urusan." Eunsub hanya mengangguk. "Tidurlah, tutup pintunya." titah Jongwoon.
Gadis itu sedikit membungkuk dan menyunggingkan senyuman yang pertama kalinya ia perlihatkan di hadapan pria itu. Lalu menutup pintu dengan perlahan karena di sana masih ada Jongwoon berdiri kaku.
Pria tampan itu masih di depan pintu walaupun pintu itu sudah tertutup rapat. Ia masih mengingat-ingat senyuman gadisnya yang membuat hatinya jadi tak karuan. Seperti anak usia belasan yang baru mengenal rasa suka kepada lawan jenis. Ia menahan tawa bahagianya sampai wajah seputih susu itu berubah warna menjadi kemerahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Biasa
FanfictionTentang seorang gadis remaja yang terpaksa memutuskan menikah diusia yang masih sangat muda dengan pria yang tak ia kenal dengan baik.