SEORANG PRIA BERJUBAH menendang bocah lelaki didepannya, tak ada rasa kasihan dalam benaknya. Bocah itu meringis kesakitan sambil menahan tendangan pria itu. Dari matanya mengalir setetes embun bening.
"Kakak..." bisik bocah itu sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri
Si pria malah tertawa lebar menampakkan deretan giginya yang berwarna kuning dan berbau busuk "Kakakmu itu tak akan datang! Sayang sekali, tapi tiga hari lagi kau akan jadi bongkahan daging."
Pria itu kembali tertawa lalu berbalik dan keluar dari ruangan itu. Meninggalkan si bocah yang masih menangis tersedu-sedu.
÷÷÷÷÷
Rinka terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa pening dan matanya berkunang-kunang.
"Kau kenapa?"
Rinka menghela nafas "aku merasakan sebuah firasat buruk"
"Ohh begitu"
Rinka membelalak dan menatap si asal suara "kenapa kau ada disini?!"
Eko melirik sedikit dan kembali meminum minumannya "ini hanya kewajiban"
"Kewajiban apanya?!"
"Melihatmu terlihat bahagia meskipun hanya di saat tidur, itu sudah cukup bagiku."
"Apa maksudmu? Kau hanya bergurau kan?" Ucap Rinka walau begitu dia merasa sangat senang
Eko beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu lalu dia menoleh "tapi meski kau bahagia tetap saja sifat pemarahmu gak hilang-hilang"
Dia langsung berlari keluar tepat disaat Rinka melempar Eko dengan lampu meja.
÷÷÷÷÷
"Jadi....si pembunuh itu punya anak?" Tanya Rinka
Eko menganggukkan kepalanya "sebelum jadi pembunuh, dia menikah dengan seorang wanita sesama penjahat. Kode namanya 'White Rose' dan menghasilkan seorang anak dari pernikahan itu"
"Anaknya laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki. Tapi keberadaannya sampai sekarang belum diketahui"
Rinka menghela nafas dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dengan rasa frustasi.
"Jadi....bagaimana cara kita mencari adikku?"
Eko menyeringai "kita mulai dari panti asuhan adikmu"
÷÷÷÷÷
Rose Mary adalah ibu asuh dari anak-anak di panti asuhan itu. Wanita tua berumur setengah abad ini menceritakan kronologis kejadian lima hari yang lalu sambil menangis tersedu-sedu.
Bahunya bergetar dan matanya terus-menerus mengalirkan air, meski begitu dia tetap memaksa untuk bercerita
"Lima hari yang lalu....aku menyuruh Rian pergi ke supermarket dekat sini untuk membeli susu" dia mengambil nafas sejenak dan kembali melanjutkan "Tapi dia tak pernah kembali"
Rinka tak kuasa menahan kesedihannya. Air mata perlahan mengalir keluar membuat Rose semakin merasa bersalah.
"Ini semua salahku! Seandainya aku sendiri yang pergi, setidaknya Rian tidak akan...."
Eko memotong dengan cepat "Nek Rose, kami akan menemukan Rian secepatnya. Anda tak perlu khawatir"
"Terima kasih anak muda, omong-omong siapa namamu?"
Eko tersenyum kecil "panggil saja Riko"
÷÷÷÷÷
Rinka berjalan di samping Eko sambil menatap tajam lelaki itu.
"Hei"
Eko menoleh sambil terus berjalan "apa?"
"Kenapa kau memakai nama samaran lagi?"
Eko tersenyum kecil "nenek tua itu benar-benar bajingan ya?"
Rinka langsung mencekal lengan Eko hingga lelaki itu tersentak. Pandangannya bersirobok dengan pandangan Rinka yang menatapnya dengan murka
"Bodoh! Ulangi lagi perkataanmu tadi dan aku akan mematahkan lehermu!"
Eko mendengus dan menatap balik dengan percaya diri "seperti biasa Rinka, kau tak pernah mendengar penjelasanku terlebih dahulu"
Rinka melepas cekalannya "kalau begitu cepat jelaskan"
"Nenek tua itu penjahatnya"
Rinka merasa matanya seolah bergulir ke tanah
"Apa?!"
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Demon (END)
Acción(Underground Bullet Case:02) Sebuah kotak kayu berisi potongan tubuh akan menjadi awal dari petualangan Eko dan Rinka. Petualangan yang akan dipenuhi dengan darah, keringat, dan air mata... (Novel seri Underground Bullet) Cover By: Wattpad Cover Mak...