7

61 7 0
                                    

5 bulan kemudian

Tak ada lagi komunikasi dengan Calum. aku tak pernah mau tahu lagi kabarnya. telingaku tak ingin lagi mendengar namanya.

Aku menjalani hari-hari seperti biasa. aku bahkan akan diwisuda sebentar lagi, tak peduli pada masa lalu yang sempat membayangiku selama ini. tapi, aku memang tak mampu menyangkal, wajah Calum masih saja hadir dalam malam-malam sepi ketika aku sedang mendengar lagu favorite kita dulu. All About You, McFly yang dicoverkan oleh Calum dulu selalu pandai membawakan lagu ini dengan suara yang mendayu-dayu namun menggemaskan. memang benar, sebuah lagu mampu melempar seseorang kembali ke masa lalunya, dan aku selalu mengalami hal itu, lagi dan lagi.

Entah mengapa, hari-hariku memang terasa lebih sepi. aku sering iri melihat teman-temanku berjalan dengan kekasihnya, dan aku hanya berjalan sendirian. yaaah, belajar mandiri, itulah dua kata yang membuatku bertahan sampai saat ini. Calum, dulu adalah pria yang baik, namun setelah mengenal wanita jalang itu, dia berubah drastis. aku membencinya dan sepertinya perasaanku padanya berangsur-angsur mulai hilang.

Siang ini, aku sudah bersiap-siap ke toko buku. belum sempat membuka pintu kamar, ponselku berdering nyaring.

Mamanya calum. mau apa dia menghubungiku, sungguh aku sudah malas dengan apapun yang berkaitan sama calum.

"uh.. hai tante?"

"Halo, camila. Tante sangat merindukanmu! Bagaimana kabarmu sayang?"

"Lebih baik setelah aku putus bersama calum." jawabku ketus. Oh aku tau ini sangat tidak sopan, tapi ya aku sudah malas sungguh.

dia hanya diam. aku bisa menebak bahwa dia sedikit sedih atas perkataanku itu.

"Ada apa, tante?"

"Hmm tidak ada. ngomong-ngomong soal calum, tante ingin membawamu kesuatu tempat."

"Kemana?"

"Nanti akan tante kasih tau, mungkin kau akan terkejut"

"Tapi tante jika kau ingin mempertemukanku pada calum dan menyuruhku untuk bersama calum lagi, aku tak akan bisa. karena aku tak bisa menerimanya lagi, maaf tan"

"Eh ti-tidak camila. sudahlah kau ikut saja ya dengan tante, please?"

"Uh ya baiklah"

"Tante akan menjemputmu jam 2 siang, see you sayang"

"See you too"

Akupun memutuskan sambungan telfonnya, ah ada apa ini? kenapa ia tak memberi tahuku saja? semoga saja aku tak bertemu calum karena aku sudah malas untuk bertemu dengannya.

*****

"Tante, kita mau kemana?"

"Sssh diamlah camila, sebentar lagi kita sampe kok"

Akupun hanya diam dan terus menerka kemana kami akan pergi.

Tak lama kami pun sampai, eh... pemakaman? Kenapa ia membawaku kesini? Oh mungkin ia ingin memintaku untuk menemaninya melihat nisan Papanya calum sebentar dan melanjutkan ketempat tujuan kami.

"Sudah sampai, yuk turun sayang"

"Hm tante, kenapa kau mengajakku kesini?"

"Ikut saja denganku"

Akupun mengikutinya, dan akhirnya kami pun terhenti di sebuah makam yang bersih, penuh bunga, ya wajar saja mungkin karna ini makamnya papa calum, makanya ia terus merawatnya.

Dia pun sedikit jongkok lalu menghadap nisan itu, akupun juga ikut jongkok namun tak melihat nisan itu.

"Sudah lama sekali tante ingin memberitahumu soal ini,"

Memberitahu soal apa? aku tak mengerti apa yang dibicarakannya.

"Sudah 3 bulan, camila"

Aku masih diam, dan mendengarkan, karena mungkin saja mendengarkan bisa memberiku jawaban.

"Dia pergi sesuai permintaanmu"

Dia siapa? Aku tak mengerti, aku masih menyimak perkataan wanita ini dengan santun dan tegas.

"Calum sakit, dia selalu sembunyikan penyakitnya darimu."

Oh jadi calum sakit, dirawat dimana dia sekarang? baguslah. itu karma untuknya karna telah menyakitiku. lagi pula aku juga tak peduli lagi padanya

"Dan calum berhasil merencanakan semua ini, dan membuatmu benci kepadanya? see? ketika aku memberitahumu dia sakit saja kau keliatannya tak peduli lagi padanya padahal dulu jika dia demam saja kau sangat khawatir padanya haha dunia ini berputar sangat cepat ya"

"Ya terus sekarang apa tante? dan juga ini semua salah Calum yang membuatku seperti ini"

"Sebenarnya, yang kejadian calum bercumbu bersama wanita lain diclub itu, Itu hanyalah rencana calum dan dia pun sungguh tak ingin melakukan itu, tapi dia ingin membuatmu membencinya, karena jika saat ia tak ada kau merasa tak kehilangannya dan baik baik saja"

Apa? Ini tidak mungkin! Pintar sekali calum, bahkan mamanya saja berhasil dibohonginya.

"-dan kau tau mil, calum sengaja menyakitimu agar kamu tak pernah menyesal ketika dia pergi. itulah wujud yang sebenarnya, bahwa dia tak ingin melihatmu terluka. dia masih mencintaimu. dia tak mau kehilanganmu. dia sangat mencintaimu"

Omong kosong! Teriakku dalam hati.

"Dia baik sekali, Camila. dan kau tak menyadari bahwa pertemuan terakhir kalian adalah saat kau memakinya."

Jutaan panah seperti melesat ke jantungku. aku tak bisa bernapas.

Aku menatap nisan itu. Ada namanya. Nama pria yang sedari tadi kukira papanya calum. Tapi ternyata pria yang sempat memutar balikkan duniaku, Calum Hood.

"Perjuangannya memang tidak sia-sia, kau tidak terlihat terluka dan menyesal. Calum berhasil menahan air matamu, Camila. Lihatlah, kamu tidak menangis."

Aku terdiam, tak bisa berkomentar banyak. bibirku terlalu kelu, aku tak menyangka perjuangan Calum begitu besar untukku.

Napasku masih tercekat, dan sekarang pipiku mulai basah.

Air mata.

bohong.//c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang