PART 1
Vivian menginjakkan kaki di lantai gedung bandara internasional dengan perasaan lega luar biasa. Sudah lima tahun ini ia menuntut ilmu di Korea dan hanya pulang sebentar saat liburan. Rasa rindu untuk bertemu keluarga dan sahabat, juga mencicipi kuliner khas tanah air, begitu kuat menggelitik hatinya.
Vivian melangkah keluar dari gedung bandara sambil membawa koper, berdiri di antara orang-orang yang menunggu jemputan. Dari jauh, ia melihat sahabatnya, Karin, berjalan ke arahnya bersama seorang pria yang sangat tampan, yang spontan membuat dadanya berdebar halus.
"Vivian!" Karin langsung memeluk Vivian dengan wajah ceria.
Vivian menerima pelukan Karin, lalu cipika-cipiki dengannya.
"Kangen banget, Vi," kata Karin sambil melepas pelukan dan menggenggam erat kedua jemari tangan Vivian.
Vivian tersenyum pada Karin. Ia juga rindu luar biasa pada sahabatnya yang satu ini. Selama ia di Korea, mereka memang jarang berkomunikasi. "Kamu makin cantik, Rin," puji Vivian sungguh-sungguh.
Karin terlihat lebih dewasa dibandingkan lima tahun lalu, wajahnya masih secantik dulu dengan rambut lurus sebahu berwarna hitam gelap.
"Kamu yang makin cantik. Sudah mirip artis Korea," puji Karin ceria.
Vivian tersenyum tipis menanggapi pujian Karin. Ya. Korea memang sudah mengubahnya. Penampilannya sekarang berubah seratus delapan puluh derajat. Dandanannya cenderung mirip artis Korea, dengan rambut panjang berwarna cokelat kemerahan yang bagian bawahnya berbentuk ikal. Dan yang lebih mendukung adalah, wajahnya yang oriental.
Vivian melirik pria yang berdiri di samping Karin.
Karin yang melihat itu, segera menggamit lengan tunangannya.
"Kenalkan, Vi, ini tunanganku, Freddy."
Vivian tersenyum dengan dada berdebar menyambut uluran tangan Freddy.
"Freddy."
"Vivian."
Hati Vivian bergetar lembut saat Freddy tersenyum padanya.
Freddy bertubuh tinggi atletis dengan wajah yang sangat tampan. Mata cokelatnya bersinar hangat saat ia tersenyum. Sepasang alis yang tebal dan sempurna, juga rambut cokelat kemerahan yang tersisir rapi membuat ia begitu memesona.
"Ayo."
Suara Karin membuyarkan keterpesonaan Vivian. Ia segera menarik tangannya dari jabatan Freddy. Dengan wajah memerah, ia tersenyum pada Karin.
Freddy mengambil koper Vivian dan menyimpannya di bagasi mobil mewahnya.
Vivian dan Karin masuk ke dalam mobil. Karin duduk di kursi bagian depan di samping Freddy, sedangkan Vivian mengambil tempat persis di belakang Karin. Tidak lama kemudian, mobil mulai bergerak meninggalkan bandara. Sesekali mata Vivian dan Freddy bertemu lewat kaca spion yang terdapat di atas dashboard mobil dan membuat dada Vivian kembali berdebar halus.
"Sudah jam satu siang, Vi, kita makan dulu, ya?" tanya Karin sambil menoleh pada Vivian di belakangnya.
"Boleh juga, Rin. Siang begini masih ada nasi lemak?"
"Nasi lemak jam segini sudah kurang segar, Vi. Bagaimana kalau kita makan otak-otak cumi-cumi?"
"Boleh. Mau benget," sambut Vivian sambil tersenyum ceria. Teringat otak-otak cumi-cumi dan ikan tenggiri yang sangat ia sukai. Sudah lima tahun berlalu, Karin masih saja ingat makanan kesukaannya.
Vivian menatap ke depan, Sekilas masih bisa ia lihat Freddy yang tersenyum sambil menatapnya lewat kaca spion di dalam mobil. Vivian kembali terpesona oleh senyum hangat itu. Dan sekali lagi dadanya berdebar lembut.
***
Bersambung...
please vote dan komen, teman2. thanks.
Evathink
IG : evathink
10 april 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart is Never Wrong [Tamat]
Romance●Masuk katagori "populer" pada 23 nov 2019 [Cerita di PRIVATE, FOLLOW untuk membaca!] Vivian dijodohkan oleh orangtuanya dengan Samuel, seorang pengusaha muda tampan yang dingin. Sika p dingin Samuel bukan tanpa alasan, ia pernah disakit...