15

12.9K 708 3
                                    

15

Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Vivian masuk ke sebuah ruangan yang terlihat dirancang dengan sempurna dan mewah.

Andros yang melihat kedatangan Vivian, segera menghentikan pembicaraan dengan pria yang sedang duduk berhadapan dengannya di dekat meja kerjanya.

“Maaf, Vin,” ujar Andros pada Gavin, sahabat merangkap rekan bisnisnya.

Gavin hanya tersenyum tipis dan menoleh pada sosok yang baru saja masuk ke ruangan Andros.

“Budayakan mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk, Nona Vivian,” sindir Andros pada Vivian.

Vivian yang disindir kakaknya hanya bisa menyengir dengan wajah memanas saat mendapati ada sosok lain di ruangan itu.

“Maaf bila mengganggu, silakan dilanjut, Pak Andros, saya akan menunggu Anda,” kata Vivian sok formal dengan senyum menggoda. Ia berjalan menuju sofa yang ada di ruang kantor kakaknya yang luas.

Gavin menatap Vivian sambil mengerut kening. Vivian begitu memesona dengan tubuh langsing dan ideal. Wajahnya yang cantik dan dandanan yang modis membuat penampilannya terlihat sangat berkelas.

“Adikku, Vin,” kata Andros pelan saat menyadari tatapan penuh tanya di mata Gavin.

Gavin berdehem pelan, lalu kembali menatap Andros. “Kenapa aku tidak pernah melihatnya sebelumnya?” tanya Gavin heran. Sekian lama ia berteman dan bekerja sama dengan Andros, baru kali ini ia melihat Vivian. Sesekali, ia melirik Vivian yang terlihat duduk santai sambil memainkan ponselnya.

“Dia kuliah di Korea, baru pulang seminggu ini,” jelas Andros ringan. “Sudah, biarkan dia di situ, jadi bagaimana dengan proyek ini?” tanya Andros serius pada Gavin.

Gavin menatap kertas-kertas yang berserakan di meja Andros. Lalu mulailah mereka membicarakan bisnis. Namun begitu, pikiran Gavin sudah tidak seratus persen memikirkan pekerjaan, sebagian dari otaknya sudah memikirkan Vivian, adik perempuan sahabatnya yang begitu memesona.

Sepuluh menit kemudian, Gavin dan Andros sudah

mencapai kata sepakat. Diskusi mereka selesai.

“Ya sudah, aku temui adikku dulu,” kata Andros pada Gavin.

“Ehm! Tidak mau mengenalkannya padaku?” tanya Gavin sambil melirik Vivian.

Andros mengerut kening, tapi kemudian mengulum senyum. “Boleh-boleh saja,” jawab Andros ringan.

Dari cara Gavin, Andros tahu bahwa sahabatnya yang satu ini mulai tertarik pada adiknya.

Meskipun Vivian sudah dijodohkan dengan Samuel, selama janur kuning belum melengkung, bukankah kesempatan masih terbuka?

***

Bersambung...

Evathink
IG : evathink

Heart is Never Wrong [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang