Dengan pertemuan ini, entah harus berterima kasih atau menyalahkan takdir
Tubuhnya berdiri kaku di depan ruang serba putih dengan pintu kaca yang bertuliskan UGD. Menanti dengan cemas berita yang akan di kabarkan para medis didalam sana, sambil dalam hati berdoa semoga kakek tua itu baik-baik saja. Dirinya memang bodoh, mau saja menuruti bujukan teman-temannya untuk menyicipi wine. Konyol memang, hanya demi sebuah gengsi. Kalvin rela menegak alcohol itu, hingga mengakibatkan mobil Jeepnya menabrak seorang kakek yang akan menyeberang jalan.
Kalvin meremas-remas rambutnya, berharap dengan melakukan itu pikirannya bisa jernih. Terdengar derap langkah memburu menghampirinya. Saat melihat siapa yang datang, tatapan amarah itulah yang menyambutnya. Kalvin tau, sang ayah tidak akan memaafkannya kali ini. Sudah terlalu banyak kesalahan yang Kalvin lakukan, dan selalu diberikan maaf oleh pria yang masih terlihat gagah diumurnya yang sudah sangat matang, yang kini menghampirinya. Namun ia yakin sekali, kali ini akan sulit untuknya mendapatkan kata maaf.
Kalfaro Mahesa, tepat berdiri dihadapannya. Namun sang bundalah yang lebih dulu menggapainya dan memastikan tidak ada luka parah pada tubuh Kalvin."Vin, kamu gak papa kan? Ada yang sakit?" Tanya Alya, sang bunda sambil memeluk erat putranya.
Kalvin membalas dengan mengusap pelan punggung bundanya, menenangkan. "Vino baik bunda" setelah bundanya yakin tidak ada yang terluka pada tubuh puteranya. Alya melangkah mundur. Dan saat itulah pandangan Kalvin bertemu dengan sang Ayah."Kalvino Alaric Mahesa! kamu menguji kesabaran ayah lagi?" suara datar itu mampu membuat tubuh Kalvin menegang hebat. Ayahnya memanggil dengan nama panjangannya, itu bertanda tidak akan ada ampunan.
"Maaf yah, Kalvin ceroboh" Dengusan kasar menyambut kalimat maafnya.
Sudah lelah rasanya Kalfa mendidik anak lelakinya ini. Berbagai hukuman telah diterima Kalvin sebagai balasan atas kesalahan yang di perbuatnya. "Kamu pikir semua selesai dengan maaf ? ini tentang nyawa seseorang Kalvin!" Alya segera menghampiri suaminya begitu mendengar suara Kalfa yang mulai meninggi.
"Kalvin akan bertanggungjawab, Yah"
"Sudah pasti! Kita lihat seberapa parah korban yang kamu tabrak. Dan ayah sama sekali tidak berniat untuk membantu" ancaman sang ayah lagi-lagi membuat Kalvin menahan napasnya.
"Jangan terlalu keras Fa, ini rumah sakit" Alya berusaha meredakan amarah sang suami.
"Dan jangan terus membelanya, sayang. Dia selalu memiliki perlidungan jika kamu terus mengampuninya"
Perdebatan mereka berhenti saat, dokter keluar dari ruangan itu. Kalvin merasa udara disekelilingnya menipis seketika, sulit sekali baginya untuk bernapas. Dokter menghampiri mereka semua dengan tenangnya.
"Apa ada yang mengetahui jika bapak Wanto memiliki penyakit kanker paru-paru?" Kalfa, Alya dan Kalvin saling berpandangan. Saat Kalfa akan menjawab, langkah kaki memburu dan teriakan khawatir menghentikannya.
"Dokter, bagaimana keadaan kakek saya? Dia baik-baik saja kan?" terlihat seorang gadis sebaya Kalvin, dengan wajah berkeringat dan baju yang tak bisa dibilang rapi.
"Bapak Wanto adalah keluarga anda?" Tanya dokter yang di balas anggukan cepat gadis itu.
"Begini, terjadi benturan keras akibat kecelakaan yang menimpa bapak Wanto. Hingga hal itu menyebabkan penyakit yang diderita korban semakin mengkhawatirkan" penjelasan dokter membuat tubuh gadis tadi limbung. Kalvin yang tepat berada dibelakang segera menangkapnya.
Saat itulah pandangan mereka bertemu. Dibalik wajahnya yang kusut, ternyata gadis ini manis juga jika dilihat dari dekat. Pikiran konyol itu segera hilang bersamaan dengan sang gadis yang mendadak mengangkat bendera perang padanya.
YOU ARE READING
Magnificent Destiny
RomancePart 1-5 PUBLIC Part 6-end PRIVATE Karena kecelakaan itu, akhirnya Kalvino Alaric Mahesa harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Dirinya tidak bisa menolak, saat kakek tua yang ditabraknya meminta agar Kalvin menjaga cucu perempuan semata way...