Cerita Masa Lalu

2.6K 166 9
                                    

Penyesalan tak berarti tanpa perbaikan

Kalvin merebahkan tubuh Avisa di kasur kamarnya, gadis ini sama sekali tidak terganggu tiduranya. Lantaran Kalvin membawanya hati-hati dengan sedikit sekali guncangan, Kalvin menahan langkah demi langkah sepelan mungkin. Alya sempat panik begitu melihat Avisa dalam gendongan Kalvin, tapi dari tatapan Kalvin dia paham gadis itu hanya tertidur.

Dilepaskan sepatu kets Avisa dan tak lupa menyelimuti gadis itu, sesaat sebelum Kalvin pergi. Sekali lagi ditatapanya wajah Avisa, guratan perih itu masih terasa diwajah tidurnya. Perlahan diusapkannya kening Avisa, layaknya seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya.

Dan tepat saat Kalvin beranjak pergi Avisa merancau dalam tidurnya, memanggil-manggil kakek serta kedua orang tuanya. Bahkan dalam tidurpun gadis ini masih juga merasa kehilangan. Kalvin kembali disisi Avisa, menggenggam lembut jemari itu yang tadi sempat mengapai-gapai udara kosong. Seperti menyadari jika dia tidak sendirian, Avisa mulai kembali tenang tapi dia juga tidak melepaskan tangan Kalvin begitu saja.

Jadilah dia menemani Avisa sepanjang hari, hingga dia lupa jika sore ini adalah hari pertamanya bekerja. Biarlah nanti Kalvin menjelaskan pada ayahnya, yang penting saat ini Avisa bisa tidur nyenyak tanpa rasa gelisah.

Ketukan pintu kamarnya membuat Kalvin berpaling dari wajah Avisa. Bundanya masuk, meneliti wajah tidur menantunya. Sama seperti yang dilakukan Kalvin, Alya mengusap-usap pelan kening Avisa dengan tatapan prihatin. Dilihatnya Kalvin yang juga tengah menatap Avisa kembali.

"Kamu makan dulu Vin, biar bunda yang nunggu Avisa" Kalvin menggeleng pelan.

"Tangan Kalvin dipegang Avisa bunda, kalau dilepas Avisa mulai mengigau lagi. Kalvin gak tega liatnya" rasa haru menyerbu batin Alya, dia bangga pada puteranya. Entah bagaimana tapi Kalvin mulai menunjukan perubahan sikapnya perlahan-lahan. Memang kehadiran Avisa merupakan kesalahan yang Kalvin lakukan, tapi ini semua memberikan pelajaran berharga bagi puteranya.

Tepat seperti dugaan Kalvin, ayahnya pasti pulang dengan keadaan ingin menerkamnya hidup-hidup. Namun sebelum amarah Kalfa keluar, istrinya dengan sigap meminta Kalfa membersihkan dirinya lebih dulu. Dan yang tidak di duga, Ayahnya datang bersama kakak perempuannya, Ashila.

Dengan penuh kelegaan yang entah darimana, Kalvin menubruk tubuh munggil Shila dan memeluk sang kakak erat sekali. Seolah mereka telah berpisah bertahun-tahun lamanya. Padahal baru bulan lalu, Shila berkunjung kesini.

Shila menyambut pelukan Kalvin, dengan usapan menenangkan dipunggung adiknya. Tau persis seperti apa perasaan Kalvin saat ini, Alya sudah menceritakan semua padanya. "Kakak kesini sendiri, bang Vindo mana?" Tanya Kalvin setelah membebaskan Shila dari pelukannya.

"Kakak kesini juga dadakan, jadi bang Vindo ada kerjaan yang gak bisa ditinggal. Tapi dia titip salam buat kamu" jawab Shila menyampaikan pesan suaminya. Kalvin mengekori Shila yang duduk di meja makan. Membaui masakan Alya yang selalu mengugah selera makannya.

"Ehmm, bunda nih emang jago banget deh bikin perut jadi laper kalo nyium masakannya" Kalvin tau itu hanya pengalihan Shila saja. Sudah pasti Shila ingin segera mengetahui masalahnya langsung dari mulut Kalvin sendiri. Tapi Shila menunggu, sampai Kalvin siap untuk menceritakannya. Kakaknya memang selalu jadi orang yang mengerti kondisi yang dialaminya.

Melihat Kalvin yang murung, Shila mendekat dan mengusap pelan kepala adiknya memberikan ketenangan yang selalu disukai Kalvin. Kalvin menoleh pada Shila yang memberikan senyum pengertian, seolah kakaknya berkata 'tidak ada yang perlu ditakutinya'.

"Shil, kamu bersih-bersih dulu sana. Sekalian tunggu ayah selesai baru kita makan malam" perintah Alya yang langsung dikerjakan Shila.

"Kamu bangunin Avisa pelan-pelan gih, Vin. Kasian dia dari tadi siang belum makan"

Magnificent DestinyWhere stories live. Discover now