Sebentuk Kata 'Maaf'

1.7K 149 17
                                    

Waktu tidak bisa berputar, maaf untuk luka ini

Avisa berdiri mematung didepan Jeep kanvas milik Kalvin. Pagi ini Kalfa menyuruhnya untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda, dan Kalvin yang bertugas untuk mengantar Avisa kekampus yang kebetulan juga merupakan kampusnya. Namun saat ini Kalvin masih menunggu Avisa yang terdiam.

Kalvin berdeham pelan, berharap gadis itu sadar dari lamunannya. "Ehhmmm" Avisa tidak merespon, tapi dari bahasa tubuhnya Kalvin tau gadis ini mendengar.

"Sudah hampir terlambat, kamu masih mau diam disitu ?" tanya Kalvin dari balik kemudinya.

"Aku tidak mau naik mobil ini!" Avisa lalu berlalu meninggalkan Kalvin yang terkaget dengan ucapannya. Avisa berniat untuk berangkat sendiri ke kampus, tidak peduli dengan Kalvin yang akan mendapat amukan ayahnya jika mengetahui hal ini.

Namun langkah kaki Kalvin jauh lebih lebar dari milik Avisa. Hingga baru beberapa meter dari kediaman Mahesa, Kalvin telah berhasil menyusulnya. "Kenapa tiba-tiba pergi ? Aku bertugas untuk mengantarmu, lagipula kampus kita kan sama"

"Aku tidak mau menaiki mobil yang telah menabrak kakekku hingga tewas" ucap Avisa penuh dengan penekanan disetiap kalimatnya. Kali ini Kalvin yang mematung, ucapan itu seperti bom atom yang meledak ditempatnya. Meluluh lantahkan batin dan jiwanya seketika itu juga.

Avisa menghentikan angkutan umum yang melewati mereka, dengan kesadaran cepat Kalvin segera menyusulnya. Biarlah jika memang gadis itu tidak mau menaiki mobilnya, yang terpenting Kalvin mengantar Avisa sampai kampus dengan selamat, tak jadi soal apapun kendaraan yang mengantar mereka sampai sana. Sedangkan Avisa tak mengira jika Kalvin ikut menaiki angkutan umum ini, dirinya berani bertaruh jika seumur hidup laki-laki itu. Ini adalah kali pertamanya Kalvin naik kendaraan umum.

Sesuatu yang sama sekali tidak pernah terbayangkan, jika kini dirinya tengah berdiri terhimpit oleh banyaknya penumpang yang ikut menaiki mini bus ini. Seorang Kalvino Alaric Mahesa, menaiki mini bus untuk sampai ke kampusnya, demi seorang gadis yang duduk tak jauh darinya. Apapun akan dilakukan Kalvin untuk menjamin keselamatan Avisa, dari pada memperdulikan kenyamanan dirinya sendiri.

Ditengah kesibukan Kalvin yang sejak tadi menghapus butiran-butiran keringatnya. Dia dikagetkan dengan keberadaan Avisa yang kini berdiri disampingnya. Rupanya gadis itu memberikan tempat duduknya untuk seorang ibu hamil. Perbuatan mulia memang, namun kali ini Kalvin semakin merasa sesak dan membuat dirinya mau tidak mau harus merapat pada Avisa.

"Sorry, aku gak bermaksud. Tapi ini udah rapet banget" ujarnya pelan sambil berbisik ditelinga gadis itu. Avisa seolah tidak peduli, memang begini keadaannya naik kendaraan umum. Tapi tidak dipungkiri juga, jika Avisa merasa canggung dengan deru napas Kalvin yang menerpa tengkuk lehernya.

Dua puluh menit setelahnya mereka sampai. Padahal jika menaiki Jeep kanvasnya, Kalvin yakin mereka tidak akan membutuhkan waktu selama itu untuk sampai dikampus. Mini bus tadi terlalu banyak berputar-putar yang memperpanjang jarak kampus dari rumahnya.

"Kamu gak perlu mengantar sampai kekelas, jurusan kita berbeda" ucap Avisa tepat saat mereka memasuki gerbang kampus.

"Tidak masalah, lagipula jam kuliahku masih lama dimulainya"

"Tidak perlu, apa kata mereka semua jika tau kamu mengantar seorang gadis miskin seperti aku. Mereka pasti akan menertawakanmu" sebelum Kalvin bisa membalasnya. Avisa sudah berjalan cepat meninggalkan Kalvin. Helaan napas kembali dikeluarkannya, sulit sekali berdamai dengan gadis itu. Tawaran baiknya selalu ditolak.

Kalvin berjalan gontai menuju kantin kampusnya, badannya terasa lelah sekali jika terus memikirkan Avisa dengan semua kebencian gadis itu padanya. Belum lagi ditambah hari ini dia harus bekerja, astaga rasanya Kalvin merindukan kasurnya.

Magnificent DestinyWhere stories live. Discover now