Kasih Sayang

1.4K 144 12
                                    



Ketulusan cinta dan kasih sayang, tidak dapat dilihat oleh mata ataupun didengar oleh telinga. Tetapi hanya bisa dirasakan dengan hati


Dan untuk kedua kalinya, Kalvin memandangi wajh tidur Avisa. Betapa dia memuji kepolosan gadis itu saat tidur, dan Kalvin menyukai saat-saat dia memandang Avisa seperti ini. Karena saat Avisa terjaga, sudah bisa dipastikan jika Kalvin akan diusir menjauh dari gadis itu. Malam ini seperti apa yang Avisa katakan tadi, mereka harus berada satu kamar, atau orang tuanya akna mengetahui jika selama ini hubungan mereka masih begitu rengang.

Kalvin duduk dilantai dan menopangkan tubuh atasnya dikasur yang ditiduri Avisa, hingga dengan jarak sedekat ini dia bisa dengan leluasa memandang wajah gadis itu. Disingkirkan sedikit rambut Avisa yang menutupi permukaan wajahnya. Perlahan dan hati-hati Kalvin mengambil jemari Avisa untuk digenggamnya.

"Aku berusaha untuk selalu bersamamu, sekuat apapun kamu mendorongku pergi maka sekuat itupula aku akan tetap disampingmu" Ucapnya lirih sambil mengusap pelan kening Avisa.

"Kamu akan bahagia bersamaku, Avi. Kita wujudkan mimpimu memiliki keluarga utuh, keluarga yang tidak akan meninggalkanmu, keluarga yang akan selalu menemanimu sampai kamu menua nanti" Dikecupnya tangan Avisa yang sedari tadi digenggamnya.

Kalvin berniat untuk beranjak dari sana, namun gerakannya terhenti saat tangan Avisa membebat kuat lengan Kalvin yang tadi menggenggamnya. Kalvin mencoba melepaskan tangan Avisa, namun yang dilakukan gadis itu justru memeluk erat lengan Kalvin. Dilema menderanya, bagaimana caranya dia tidur jika Avisa memeluk tangannya seperti ini ? tidur didekat Avisa juga bukan hal yang bagus, Kalvin bisa membanyangkan bagaimana reaksi gadis itu saat tau dia tidur dekat dengannya. Dan sudah dipastikan jika Avisa, akan kembali mejauh darinya, sungguh itu adalah hal terakhir yang Kalvin mau.

Akhirnya dia mengalah, dibiarkannya Avisa memeluk tanggannya. Kalvin tidak tega jika harus membangunkan gadis itu dari tidurnya, apalagi jika tidur Avisa yang semakin terlihat pulas. Karena dia tau, hanya dalam tidur sajalah Avisa bisa merasa tenang. Dan untuk alasan itulah, Kalvin tidak ingin mengusiknya.


Sinar matahari yang perlahan mulai merambat masuk melalu ventilasi udara, membangunkan Avisa dari tidurnya. Dia memandang sekeliling sambil mengenali dimana dia berada saat ini. Kamar Kalvin, disanalah dia berada. Avisa terpaku dalam pikirannya hingga terdengar deruan napas teratur didekatnya. Betapa terkejutnya dia menemukan Kalvin yang tidur terduduk disebelahnya. Dan yang lebih membuatnya tak percaya adalah, dia yang memeluk erat tangan Kalvin dalam tidurnya.

Sontak Avisa terbangun dan melepaskan cepat tangan Kalvin yang semalaman disanderanya. Merasakan hempasaan kuat ditangannya membuat Kalvin terbangun dan menemukan wajah Avisa yang terlihat kaku dihadapannya. Kalvin langsung menghembuskan napasnya, sambil berpikir apa yang harus dikatakannya pada Avisa.

"Itu... ehmm.. semalam..."

"Maaf" Kalimat Kalvin terhenti begitu mendengar seruan kecil itu dari Avisa. Kalvin memandang Avisa tak percaya.

"Itu kebiasaanku saat tidur, dulu aku sering begitu pada kakek" jawabnya tanpa mau melihat Kalvin yang menatapnya takjub.

Dalam hati Avisa meruntuki kebodohannya sendiri, kenapa bisa dia melakukan itu. Setelah kakeknya meninggal, selama beberapa bulan ini dia sudah terbiasa tidak lagi melakukan itu. Tapi kenapa sekarang-tiba-tiba kebiasaannya itu kembali lagi.

"Tidak apa-apa" Melihat Avisa yang tampak begitu bersalah membuat Kalvin tidak tega juga.

"Harusnya kamu bisakan melepasnya, kenapa dibiarkan saja ? Sampai harus tidur dengan posisi seperti itu" Avisa menatap Kalvin dengan sebal. Benar harusnya Kalvin bisa melepaskannya. Tapi Kalvin tersenyum seraya mengelus pelan rambut panjang Avisa, refleks gadis itu menegang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Magnificent DestinyWhere stories live. Discover now