Hyde *

1.2K 65 0
                                    

Aku terbangun dengan kepala yang terasa pening. Eomma membangunkanku dengan cara yang sangat brutal (?) Masa iya dia ngebangunin dengan cara menggedor-gedor pintu dengan keras layaknya baru saja kemalingan.

Hari ini aku harus berangkat ke sekolah lebih pagi untuk melaksanakan upacara dan juga pembagian kelas. Iya, kelasnya dirolling.

"Ahn Nara ! Kamu masuk kelas 9-2" seru salah seorang guru dengan lantangnya sambil menunjuk barisan yang akan aku tempati.

Aku tak masalah dengan pembagian kelas ini, lagipula hanya tinggal menunggu satu tahun bukan? Banyak yang mengeluh tentang peraturan yang memang sudah sekolah lakukan sedari dulu ini. Kebanyakan yang memprotes tentu kaum wanita, mereka sangat enggan untuk berpisah dengan sahabat tentunya. Aku juga pernah merasakannya.

Aku tidak terlalu memperdulikan suasana kelas ini yang cenderung dingin. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada yang berusaha berkenalan terlebih dahulu, sama seperti apa yang aku lakukan.

"Nara-ya! Apa yang kamu lakukan?" Teman dudukku, Jaein bertanya tepat ditelingaku.

"Yak! Apa kau ingin dibunuh?" Ancamku sambil tersenyum dingin.

Kami mulai bercanda, tidak memperdulikan apa yang dipikirkan oleh orang lain karena kebisingan yang kami hasilkan secara tiba-tiba. Karena lelah tertawa, Jaein jadi pamit ke toilet.

Dug !

Seseorang menendang kursiku. Spontan aku membalikan badan, menatap namja yang sama sekali tidak menghiraukan tatapan sinisku.

Argh! Bwoya?! Dwaesso!

~ ~ ~

"Selamat Siang ! Perkenalkan nama saya Kim Dong Wook. Mari kita mulai pelajaran hari ini" guru Kim memulai pelajaran IPA disaat aku mulai merasakan kantuk.

Aku hanya mendengarkan perkataannya tanpa menyimak satupun. Hari sudah mulai siang, ini adalah pelajaran terakhir. Tiba-tiba aku merasakan kakiku bersentuhan dengan sesuatu.

'Oh!'

Kakiku bersentuhan dengan kaki jenjang yang tentu saja milik seorang namja disebelahku. Aku menatapnya dengan bingung.

'Oh! Bukankah dia yang duduk menendang kakiku tadi? Kenapa dia tidak menarik kakinya?'

Aku tau betul dia tinggi. Semuanya juga sudah pasti melihat itu. Akan tetapi bukankah seharusnya dia menarik kembali kakinya? Itu yang biasa orang lakukan bukan?Walaupun hanya sentuhan kecil, tetap saja terasa. Dia tak kunjung menarik kakinya, akupun tetap membiarkannya. Mungkin dia tidak merasakannya?

Teng .. Teng .. Teng ..

Akhirnya waktunya untuk meninggalkan tempat ini. Aku berjalan keluar dengan langkah panjang tanpa menyadari dia berada tepat disebelahku. Aku melihatnya dengn tatapan 'Ah, kamu yang tadi duduk disebelah' dia menatapku dengan alis terangkat sebelah.

Tuk ...

Sebuah buku tulis entah kenapa berada tepat wajahku, menutupi penglihatanku. Aku bersiap hendak menceramahinya ketika mataku mulai kembali bekerja, namun aku sudah berada di bibir tangga. Aku harus cepat melangkah turun jika tidak ingin terdorong secara paksa.

Aku menoleh sejenak kebelakang. Sekilas aku melihat badannya yang tinggi tepat dibelakangku. Dengan cepat, dia mencengkeram bahuku hingga membuatku kembali menghadap tangga. Dia lalu mendorongku secara paksa agar menuruni tangga.

Aku mendengar suara anak-anak lainnya mulai ikut menuruni tangga. Entah itu reflek atau apa, dia melepaskan cengkeramannya ketika mendengar Jaein memanggil namaku. Aku menunggunya turun menghampiri ku. Sekarang namja itu berada tepat didepanku.

Perlahan namun pasti, tanganku menarik ransel nya kebawah. Aku melihat gerak-geriknya yang terkejut. Dia tidak protes atau mengucapkan satu patah katapun. Kami hanya menuruni tangga dengan suara bising seperti tidak terjadi apa-apa.

"Jaein-ah, apakah dia selalu melakukan itu dengan orang asing sekalipun?"

"Dia? Dia siapa?" Jaein menatapku bingung. Aku kira dia melihat kejadian tadi, ternyata tidak.

"Dwaesso!"

Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku selalu memikirkan hal tidak penting ini. Kita baru saja bertemu, kenal namanyapun tidak. Bukankah hal yang aneh jika melakukan skinship dengan orang asing? Tidakkah dia canggung?

~ ~ ~

Aku melangkah gontai memasuki ruang kelas, hal yang pertama aku lihat adalah mata itu. Mata seorang namja yang duduk tepat di belakang bangkuku. Aku duduk dalam keheningan. Masih ada sebagian orang yang belum datang, termasuk teman dudukku.

"Hei !" Seseorang menepuk pelan bahuku, membuatku spotan berbalik "Lee Hongbin imnida" dia mengulurkan tangannya demi kesopanan

"Ah, Ahn Nara imnida" balasku sambil menyambut uluran tangannya. Jujur saja, aku sempat terkejut dengan pengenalan diri yang tiba-tiba ini. Terlebih lagi dia terlihat lebih ramah dari sebelumnya.

Kami mulai mengobrol. Sekarang aku percaya dengan perkataan Jaein, dia adalah orang yang baik dan juga asik. Aku tidak mudah untuk mencari topik yang seru, apalagi dengan orang asing seperti dia. Entah kenapa aku berfikir dia adalah orang yang asik dan pintar mencari teman baru.

"Yak! Nara-ya" aku menoleh ke arah suara tengik itu.

"Bwoya?" Jaein memelukku secara tiba-tiba.

"Oh! Hongbin-ya anyeong !" Jaein melepas pelukan nya ketika melihat Hongbin yang tersenyum ramah kearah kami.

"Anyeong, Jaein-ah" balas Hongbin



TBC

VIXXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang