AWAL PERMAINAN

3.2K 209 56
                                    

SATU KESEMPATAN LAGI DAN Budi menyelesaikan undiannya. Dia sudah mengambil dua kesempatan dan hanya tersisa satu. Pelayan toko yang menjaga counter pun ikut tegang saat Budi mengambil kesempatan terakhirnya.

Diputarnya tabung berisi kelereng-kelereng itu. Dengan hati-hati dia memasukkan tangannya ke dalam tabung dan mengambil satu kelereng.

Saat tangannya diangkat ke udara dan memperlihatkan kelereng yang didapatkannya, si pelayan toko langsung bersorak

"Selamat!! Kau mendapatkan hadiah pertama!!"

÷÷÷÷÷

Ren duduk di sofa ruangan tengah sedangkan Kirana sedang asik nonton televisi yang menayangkan berita. Yang lain pergi ke luar untuk menyelesaikan kasus.

Setelah masa liburan yang berakhir minggu lalu (yang disambut dengan sumpah serapahan Roni dan Eko), mereka kembali menangani kasus-kasus di permukaan.

"Apa ada kasus, Kirana?"

Kirana menoleh lalu menggelengkan kepalanya "tidak ada," dan melihat ke sekeliling "mana Budi?"

"Tadi dia pergi ke supermarket." Sahut Ren, tangannya sibuk membongkar sebuah grenade launcher.

"Oohh" ucap Kirana sambil tetap memencet tombol-tombol remote.

BRAAKKK!!!

Ren langsung memasang kuda-kuda tinju saat mendengar suara pintu markas yang berdebum kencang. Bahkan Kirana sampai melemparkan remote tv saking kagetnya.

Kirana berlindung di balik punggung Ren sambil berjalan menuju pintu markas. Tapi saat melihat orang yang berdiri di ambang pintu, keduanya langsung menyumpah

"BUDIIII!!!"

÷÷÷÷÷

Budi hanya bisa cengar-cengir tak karuan saat Ren dan Kirana menatapnya galak.

"Budi, sudah kubilang ratusan kali kalau nutup pintu markas harus pelan! Susah nyari gantinya tau!" Seru Kirana

"Lagipula anggaran kita sedang sekarat setelah liburan kemarin." Ucap Kirana, lagi.

Budi melengos lalu merogoh kantong celananya. Diambilnya dua buah kertas dan menunjukkannya pada Kirana dan Ren.

"Kemarin kalian tidak ikut liburan kan? Bagaimana kalau sekarang kalian yang liburan?" Tanya Budi sambil menyeringai

÷÷÷÷÷

Kedua mata Kirana bagaikan bohlam menyala saat Budi memperlihatkan 4 lembar tiket pesawat padanya.

"Itu tiket kemana?" Tanya Ren
"Ke Banjarmasin, tiket ini untuk dua orang. Pulang dan pergi." Jawab Budi

"Berapa hari?" Tanya Kirana dengan nada antusias

"Tiga hari." Balas Budi

Kirana langsung bersorak senang, membuat Ren dan Budi menutup telinganya. Lengkingan Kirana bagaikan penyanyi sopran, membuat siapapun yang mendengarnya bakal kesakitan.

Ren mengambil tiket itu dan menatap Budi "kau tidak pergi?"

Budi hanya tersenyum tipis "pergilah! Kalian yang pantas bersenang-senang."

Sementara itu, Kirana berjalan menuju kamarnya sambil tersenyum lebar. Sudah terbayang di benaknya kegiatan apa saja yang akan dilakukannya di kota kecil di ujung pulau Kalimantan itu.

÷÷÷÷÷

Suara deru pesawat membuat Ren terbangun. Kirana yang duduk disebelahnya asik membaca majalah katalog. Ren melirik sedikit dan langsung menghela nafas.

"Katalog toko buku ya?" Tanya Ren

Kirana mengangguk tanpa menatap Ren "aku ketinggalan beberapa seri komik favoritku. Kata orang-orang di salah satu sosmedku, Banjarmasin adalah salah satu kota yang stok bukunya agak lambat datang, jadi yah....minimal bukunya masih nyisa. Kalau di Jakarta sih, udah habis tuh komik kayak kacang rebus."

Ren tertawa "omong-omong, kita udah sampai loh."

Kirana melotot, matanya seolah akan tumpah ke lantai "eh? Sudah sampai?!"

Ren menunjuk jam tangannya "kita berangkat jam tujuh malam waktu Jakarta, dan ini sudah jam setengah sepuluh waktu Banjarmasin."

"Jadi sudah dua setengah jam kita di udara?!"

Ren menggelengkan kepala "waktu Banjarmasin lebih cepat satu jam dibandingkan Jakarta."

"Oh iya ya!"

Ren menoyor kepala Kirana membuat gadis itu menjulurkan lidahnya "omong-omong....kamu udah pesan hotel?"

Ren menyeringai licik "tenang saja, semua aman terkendali."

÷÷÷÷÷

(Kirana POV)

Oke, sekarang aku paham kenapa Ren menyeringai seperti itu.

Makhluk keparat! Dia hanya memesan satu kamar dengan satu ranjang!! Habis sudah martabak eh martabatku, mana aku tidur ileran lagi! Pasti dia bakalan mengejekku habis-habisan waktu liat jigongku mengalir dengan indahnya dari mulutku.

"Kamu kenapa?"

Aku melirik Ren yang bertanya, tangannya memegang kunci kamar yang berbentuk kartu tipis. Aku mengalihkan pandanganku

"Tidak apa-apa."

Ren membuka kamar dengan kartu itu tanpa bicara apa-apa lagi. Dia menaruh tas dan kopernya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Aku melengos lalu melompat ke atas kasur, tak terasa entah karena kasurnya yang memang enak atau akunya yang kelelahan akhirnya aku tertidur pulas.

÷÷÷÷÷

(Author POV)

Kirana terbangun dari tidurnya saat merasakan sebuah papan kayu di balik punggungnya. Anehnya, papan itu bergerak.

Kirana berbalik dan sontak hampir menjerit. Untungnya, Ren sempat menghentikan gadis itu dengan membekap mulutnya. Membuat Kirana menutup wajahnya yang memerah.

Ren yang telanjang tidur dibalik punggungnya sepanjang malam!

"Kau mau jalan-jalan?"

Kirana melepas tangan Ren dari mulutnya dan tersenyum

"Kemana?"

"Taman kota."

"Kalau itu sih, di Jakarta juga ada Ren."

Ren terlihat tak peduli dengan tanggapan Kirana dan malah menggenggam tangan gadis itu.

"Percayalah Kirana, kau pasti suka!!"

÷÷÷÷÷

Seorang wanita duduk di pojok ruangan sebuah gedung terbengkalai. Seperangkat laptop dan layar monitor terpampang dihadapannya. Bibir yang berlapis lipstik merah terang itu menyeringai lebar, menampakkan deretan gigi putih tak bernoda.

"Kali ini....dendamku akan terbalaskan, pasti!!"

Di balik punggungnya ada lima buah kotak kayu besar dengan tulisan C-4 yang tertulis besar-besar di permukaan kotak itu.

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....

Haleoo!!

Saya gak menyangka seri Underground Bullet akan berlanjut sampai seri ke tiga! Horee!! XD. Btw, ada yang nyangka gak kalau couplenya bakalan Ren sama Kirana?

Ucapan terimakasih saya berikan pada:

@Kenixkimberly
@DillaShezza
@Shireishou
@MeTrollGirl
@Annisa2605

Dan pembaca lainnya! Terima kasih sekali lagi :)

Salam,
Hunyu a.ka Hamon





The Wicked Games (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang