(mantan) ANGGOTA

970 131 32
                                    

(Kirana POV)

Kepala yang berdenyut dan luka yang masih terasa nyeri adalah sambutan pertama untukku yang baru terbangun dari tidur panjang ini.

Lebih tepatnya sih pingsan.

Zikri sialan! Dia pengkhianat rupanya! Kalau Ren tahu hal ini dia pasti marah besar.

Omong-omong soal Ren, aku ini partner yang payah ya? Hhh....bahkan kami bisa dibilang belum menjadi partner. Ini semua karena aku. Bukannya membantu aku malah diculik, benar-benar menyebalkan.

Aku mencoba duduk di kasur dan persetan pada semua lukaku. Duduk saja sudah membuat semua luka ini seolah ikut terbangun.

Terdengar suara ribut dari arah luar, pandangankupun beralih ke pintu kamar yang tertutup. Suara ribut itu semakin mendekat dan berakhir didepan pintu.

Pintu itu dibuka lebar secara mendadak. Menimbulkan suara berdebam setelahnya. Ren berdiri di ambang pintu dengan wajah datar.

Kau tahu? Lelaki lebih menyeramkan saat mereka berwajah datar.

÷÷÷÷÷

Dia menutup pintu dan berjalan mendekatiku lebih tepatnya mendekati kasurku. Matanya terus terpaku padaku dengan tatapan kelaparan mungkin? Oke, ini pengaruh dari membaca novel kanibal.

Aku baru menyadari keadaannya yang berantakan. Kemeja putih itu telah ternoda dengan darah.yang mengering rambutnya juga acak-acakan bahkan dasinya hampir lepas.

"Masih sakit?" 

Aku mendongak dan bertatapan langsung dengannya. Astaga, jantungku melompat-lompat didalam sana. 

"Hanya sedikit nyeri di beberapa tempat." Jawabku

"Oh ya? Di tempat mana saja?"

Wajahku pasti sudah merah sekali saat ini. Apa telingaku tadi tidak salah? 

"Di kaki, bahu dan leher." Jawabku. Sial, aku terlalu jujur.

Dia mendekatkan tangannya pada kakiku yang masih terbungkus selimut. Perlahan, tangan dinginnya itu menyentuh kakiku dan mengusapnya. Dalam sekejap, rasa sakit di kakiku menghilang seolah ditelan bumi lebih tepatnya ditelan tangan Ren.

"Apa masih sakit?" Tanyanya lagi.

"Ti. Tidak." 

Wajahnya menatapku, perlahan-lahan dia mendekatkan wajahnya padaku dan meraih leher bajuku.

"Cih!" Gerutunya saat melihat bahuku. Oh aku lupa, disana pasti lebamnya parah.

Bulu kudukku berdiri dan kulitku meremang saat merasakan benda liat dan basah menyentuh kulit di bahuku.

Astaga, Ren! Jangan menjilati bahuku!

"Ren! Hentikan!" Teriakku dengan panik. Benakku serasa terguncang bagaikan terkena gempa bumi. Ya Tuhan, jangan kilas balik lagi! Jangan saat hal itu terjadi lagi!

"KIRANA! TENANGLAH!" 

Aku membuka mata saat mendengar teriakan Ren di depanku. Dia terlihat cemas.

"A. Aku takut Ren. Se, setiap kau menyentuhku kilas balik itu selalu melintas di kepala. Aku....aku..."

Ucapanku terpotong saat aroma maskulin yang khas memasuki indera penciumanku. Dia memelukku dengan sangat kuat. Jantungku seolah berhenti berdetak. 

"Tenanglah Kirana, aku bersumpah tak akan pernah membiarkanmu mengalami hal seperti itu lagi."

Aku mendongak dan mendapati dirinya yang sedang menatapku

The Wicked Games (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang