REN MENCENGKERAM LENGAN KIRINYA YANG TERKENA SABETAN ROSE. Darah segar mengucur deras dari lukanya. Wajahnya mengernyit menahan rasa sakit dari luka tersebut.
Rose yang melihatnya, terkekeh senang dan menatap Ren dengan tatapan merendahkan.
"Sayang sekali, tapi aku tidak akan menyiksamu," ucapnya "kurang dari sekali." Lanjutnya.
SRAATTTT!!!
SRAATTTT!!
SRAATTTT!!
Bahu kiri, tangan kanan, dan kaki kiri Ren terkena cambukan Rose. Tapi pemuda itu hanya diam bagaikan patung.
Rose berhenti mencambuk dan mengambil sebilah pisau dari balik punggungnya.
DORR!!
Ren menembakkan sebutir timah panas yang tepat mengenai bahu kanan Rose. Wanita itu menjerit kesakitan sambil memegangi bahunya yang terluka. Ren mengambil kesempatan itu dan berlari menuju tangga.
Matanya melihat ke sekeliling dan mendapati Kirana yang dibaringkan di kursi penonton paling pojok.
Gadis itu terlihat luar biasa kacau. Beberapa luka cambuk terlihat di kaki dan lengannya. Darah kering dan noda darah membekas di kaos dan jaketnya. Ren menggertakkan giginya saat melihat luka lebam di kepala Kirana.
Wanita keparat itu sudah benar-benar keterlaluan.
Koper yang sedari tadi dicangklongkan di bahu langsung diturunkan dan Ren mengambil isinya.
Pemuda itu memegang Spas-12 itu dengan penuh keyakinan.
Rose muncul di ambang tangga dengan wajah murka. Kedua alis wanita itu saling bertaut dan wajahnya memerah marah.
Dia berlari ke arah Ren yang dengan sigap menembakkan senjatanya.
BLAARR!!
BRUAAKKK!!
Shotgun yang dipegang Ren menyemburkan bubuk mesiu dan disertai asap. Sementara itu Rose terpental ke belakang saat peluru shotgun menghantam tubuhnya.
Wanita itu terkapar di lantai dalam keadaan tak sadarkan diri. Ren berbalik dan mengangkat Kirana di punggungnya.
BRAAKKK!!
Ren menoleh ke arah pintu depan, mendapati Erick yang berdiri di sana. Wajah pria itu pucat pasi membuat Ren kebingungan.
Erick berlari menaiki tangga dan mendekati Ren.
"Ren, ini gawat!!" Teriaknya
"Apanya yang gawat?" Ren balik bertanya
"Bom itu tidak bisa dinonaktifkan!!"
"Sialan." Gerutu Ren
÷÷÷÷÷
Erick menunjukkan empat kotak kayu berisi bom C-4 di mobilnya. Kotak-kotak itu kecil tapi cukup untuk menghancurkan sebuah gedung.
"Bagaimana kau bisa membawanya?!" Teriak Ren tak percaya
"Aku memutus salah satu kabel pemicunya. Kupikir itu akan membuat bomnya berhenti. Tapi bom itu tidak nonaktif, hanya jamnya yang melambat." Ucap Erick menjelaskan. "Omong-omong bagaimana partnermu?" Tanyanya
"Dia terluka, aku ingin mengantarnya ke rumah sakit tapi bagaimana dengan bom ini?" Jawab Ren.
"Biar aku saja yang membawanya!" Seru Erick
"Jangan!" Sergah Ren "mobil agak lambat, aku saja yang bawa. Lagipula aku tahu tempat yang tepat."
"Kau terluka! Lagipula bagaimana dengan partnermu?"
"Bisakah kau mengantarkan Kirana ke rumah sakit? Tenang saja, aku janji bakal balik hidup-hidup."
Erick menghela napas lalu menatap Ren dengan tajam.
"Aku gak mau partnermu sampai menangis gara-gara kamu mati konyol, paham?" Ucapnya.
Ren mengacungkan jempol, "tenang saja! Aku janji!"
÷÷÷÷÷
WAKTU BOM TERSISA 1 JAM LAGI.
Ren memasukkan kotak-kotak bom itu di bagasi motor Rio. Sedangkan Erick mengantar Kirana ke rumah sakit dengan mobilnya.
Rose? Wanita itu juga diantar Erick. Dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke bagasi, wanita itu akan diantar ke kantor polisi.
Ren menginjak pedal gas dan meluncur dari lapangan gedung itu.
Dengan kecepatan tinggi, Ren melajukan motornya di jalan raya. Tangannya mengeratkan topi yang melekat di kepala. Mencegah agar angin tidak membawanya pergi.
Beberapa polisi yang melihatnya mengebut di jalanan langsung mengejarnya dengan mobil patroli. Suara sirene menggaung di belakang punggung Ren.
Teriakan para polisi itu tak lagi dihiraukannya, tujuannya hanya satu: Jembatan Merdeka.
÷÷÷÷÷
WAKTU BOM TERSISA 30 MENIT LAGI
Jembatan merdeka sudah di depan mata, tapi blokade polisi menghalanginya. Ren dengan cekatan berbelok ke kanan dan melewati jalan kecil di belakang bank BCA.
Angin menghantam permukaan wajahnya yang tak tertutup topi. Dengan kecepatan tertinggi, Ren melompat dari motor dan membiarkan benda malang itu terus berjalan dan tercebur di sungai yang ada dibawah jembatan.
BYUUURR!!!
Ren mendarat dengan keras di aspal. Punggungnya menghantam aspal hingga udara keluar dari paru-paru. Membuat dirinya nyaris lupa bernapas.
BLAAAAAAAARRRRRRRR!!!!
Suara ledakan menggaung ke udara disertai dengan semburan air yang menyembur keluar sungai. Ren yang berada cukup dekat dengan sumur, terlempar karena efek ledakan. Kepalanya menghantam aspal membuat dirinya kehilangan kesadaran.
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
Ps: maaf pendek
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wicked Games (END)
Ação(Underground Bullet Case:03) Berawal dari liburan gratis yang didapatkan Budi dari undian, Ren dan Kirana terjebak dalam permainan yang melibatkan nyawa seluruh warga kota Banjarmasin. Permainan yang akan diawali dengan lemparan sebuah dadu.... (Nov...