Chapter 2 : Harry Parker the Investigator

208 16 1
                                    

Aku bersembunyi di balik selimut,sementara Harry menggaruk pipinya dengan canggung di sisi tempat tidurku.

"Ayolah Rob,kan kau sendiri yang setuju?"Ia membujukku,tapi aku masih sedikit kesal--sebenarnya tidak.

"Uhm"Gumamku.

"Gajinya lumayan lho,kalo gak kutraktir deh kau makan--"

"I'M IN"

Kami berdua pergi keluar untuk makan malam,padahal ini sudah hampir jam 11 malam.Masih banyak sih toko yang buka,diluar dugaan Harry orang yang suka bicara,kupikir dia tipe orang yang pemalu.Ia suka nonton film atau baca buku kalau waktunya luang.

"Hei,Harry.Kau...serius tentang..um,pekerjaanmu?"Tanyaku,aku masih sedikit ragu.

"Oh,ayolah.Untuk apa aku harus bohong?Kau masih keberatan jadi asistenku?Gak bisa dibatalkan lho"Jawabnya,Ia membetulkan letak kacamatanya.

"Aku gak keberatan sih sebenarnya,dan kelihatannya seru.."Aku menggaruk pipiku sambil menyeruput minumanku.

"Memang seru..tapi yah tergantung orangnya juga sih.Hei habiskan dulu makananmu tuh"

Setelah perutku kenyang,dia mengajakku pergi.Kami berada di downtown Newyork sekarang,betul-betul kumuh.Lampu jalan yang berkedap-kedip menambah kesan bak film horor menstrim.

"Hei..Harry?"

"Ya?"

"Kita mau kemana?"

"Aku ada urusan dengan seseorang,sekalian memperkenalkanmu"Ia membalikkan badannya ke hadapanku,ia berjalan mundur "kau masih ragu ya tentang pekerjaanku?"

"Hm begitulah"Kataku,aku merapikan syalku yang melilit.Tanganku bergetar.

Harry berhenti di sebuah bangunan berwarna putih yang kumuh,tulisannya bertuliskan 'klinik'.

"Ayo"Harry menarik tanganku untuk masuk.

Saat aku mau masuk sebuah tikus lewat--hampir copot jantungku.Aku melihat ke sekeliling--tempat tidur untuk pemeriksaan,obat-obatan,rak buku,dan..sungguh..klinik ini sungguh berantakan.Siapa yang mau kesini?
"Dr.Walter!"Sahut Harry,sepertinya nama dokter klinik itu.

Tiba tiba sebuah kepala menongol dari tirai disebelahku,lagi-lagi jantungku dibuat hampir copot.Orang itu tertawa dan kemudian keluar dari tirai itu.Laki-laki yang mungkin berumur 40 an itu mempunyai rambut coklat pendek yang berantakan,iris biru ditambah bulu-bulu tipis di sekitar dagunya.Perawakannya tegap biarpun badannya sedikit kurus.

"Harry ya?"katanya setelah melihat Harry,ia kemudian meraih kursi dan duduk secara terbalik "Apa yang bisa kubantu untukmu dan..nona muda ini?"Ia tersenyum ke arahku.

"Barang yang kupesan sudah sampai gak?"

"Oh...kalau itu sih belum sampai.Tenanglah,nanti kukabari"Dokter itu mengibaskan tangannya di udara.

"Yasudahlah..by the way ini asisten baruku,Robin.Dan Robin dokter ini adalah Lee Walter,pemilik klinik ini"

"Serius?Kukira tak ada yang mau menjadi asistenmu.Sayang sekali Nina sedang pergi,dia suka sekali kawan baru"

"Nina?"Aku menatap Harry dengan tatapan bingung.

"Putri Dr.Walter,dia bekerja disini juga.Dan siapa yang bilang tidak ada lagi yang mau jadi asistenku,huh?"Harry mendengus sembari melipat tangannya,ia berpose menantang.

"Just kidding!"Dr.Lee mengangkat tangan--seakan-akan dia adalah seorang pelaku kejahatan yang sedang ditodong oleh senjata.

Aku tersenyum,setelah berpamitan kami berdua kembali ke flat.Kami bicara banyak hal selama di perjalanan.

22th Avenue Street Paranormal InvestigatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang