Chapter 6 : New York City,New York

134 7 5
                                    

Setelah Dr.Walter mengobati luka Harry kami pulang sambil sekalian makan malam di sekitar Brooklyn lalu kembali ke Manhattan untuk pergi ke apartemen kami.

Sepanjang jalan di kereta Subway semua orang melontarkan pandangan heran ke Harry yang masa bodoh.

Matanya bengkak,hidungnya dan pipinya luka.Lehernya diperban dan mulutnya sobek.

Seberapa parah sih aku menghajarnya...

Kami turun lalu berjalan kaki sedikit untuk mencapai apartemen.Sesampainya,Harry langsung merebahkan badannya di sofa lalu dia menghela nafas panjang.Aku semakin tidak enak kepadanya.

"Kau mau es,Harry?"Tanyaku dari dapur.

"That...would be lovely"katanya sambil tersenyum samar.

Aku mengambil sebongkah es yang terbungkus di plastik lalu memberinya.Dia langsung mengaduh saat es yang dingin menyentuh kulitnya yang kemerahan namun tidak lama dia mendesah lega.

Scott pulang beberapa saat kemudian.Mimik wajahnya langsung berubah saat melihat Harry babak belur "Ya Tuhan"Katanya,masih di ambang pintu.

"Hai,Scotty"Sapa Harry tersenyum.

"Apa yang terjadi denganmu?"Scott memandangku dengan wajah 'Jelaskan padaku apa yang barusan terjadi pada Harry'.

"Uh,hantu di apartemenmu menghajarnya"

"A--apa?!"

Harry mengangguk sambil melototkan matanya--mempertegas ucapanku.

"B-bagaimana itu terjadi?Kau--kau dihajar bagaimana?"

Harry mengusap-ngusap wajahnya lalu melihat ke atas--seraya berpikir "Pertama dia mematahkan hidungku lalu dia menjambak rambutku--dia melemparku ke seberang ruangan lalu menghempaskanku ke jendela--jendelanya pecah by the way"

"Oh Tuhan"

"Dan kami tidak bisa menemukan laporan akhirmu,Scott"Aku menyela ucapannya sambil memasang raut wajah prihatin--aku memang prihatin.

"Fuck it"Dia akhirnya menyumpah,sambil menghempaskan tangannya ke dahinya "Aku akan pindah dari apartemen brengsek itu lalu aku akan mulai magang lagi di rumah sakit dan aku akan menyusun ulang thesis akhirku"

"Im really sorry,Scotty"Aku memegang tangannya,raut wajahnya tampak terpukul sekali.

"Kau bisa pindah ke sini kalau kau mau Scotty"Celetuk Harry,sambil tersenyum simpul.

"Benarkah?"Raut wajahnya sedikit berubah terang.

"Ya!Kamarmu itu memang kosong sejak awal kau bisa pindah ke sini kalau kau belum mencari apartemen baru--"

"Tidak,aku sama sekali belum mencari apartemen baru.Jujur,apartemenmu lumayan nyaman--dan tempatnya strategis kau tahu?Di tengah-tengah Manhattan"

"Baiklah"

"Oke--um kurasa aku akan tidur duluan"Dia melihat jamnya sejenak lalu melihat ke arah kami lagi "Aku akan pergi ke apartemen lamaku untuk mengangkut sisa-sisa barangku"

"Good night,Scotty"Kataku.

"Good night"Dia lalu masuk ke kamar.

"Hei Robin"Aku mendongak saat Harry memanggilku,dia berdiri dari kursinya lalu duduk 2 meter disebelahku "Aku punya beberapa hal yang harus kuberitahu"

"Oke"Kataku singkat,aku duduk menghadapnya--memasang ekspresi sangat-ingin-tahu-ku.

"Um..aku baru saja menghapus perjanjian kita"

"..perjanjian kita..?"Ulangku,kebingungan.

Dia mengeluarkan helaan nafas lalu memperbaiki posisi duduknya--dia duduk bersila menghadapku sekarang "Lihat,sangat aku mengontrakmu untuk menjadi asistenku aku menjebakmu kan?Aku merasa itu bukan hal yang baik untuk dilakukan.Kupikir kau tidak akan mau menjadi asistenku--"

Aku masih menatapnya dengan kebingungan.

"Jadi aku menghapus perjanjian darahnya--dan kau tidak akan mati kalau kau mau berhenti menjadi asistenku"Dia menekankan suaranya di kata 'mati'.

"Benarkah?"

Harry mengangguk pelan "Kau baik dan sangat membantu kau tahu?Jadi..kalau kau mau menjadi asistenku atau tidak itu terserahmu"Dia tersenyum simpul--jujur,biarpun wajahnya babak belur tapi dia masih terlihat menawan dengan senyumannya "tapi aku akan sangat senang kalau kau masih mau menjadi asistenku"

"Oh,Harry"Aku mengenggam tangannya "Aku akan tetap jadi asistenmu--biarpun belakangan ini semua kelihatan menakutkan dan gila tapi ini adalah pengalaman terbaik sepanjang hidupku kau tahu?"

Raut wajahnya semakin berbinar,senyumannya melebar--wajahnya kelihatan merah diterangi dengan bintik-bintik wajahnya.Dia memelukku lalu aku balas memeluknya.Aku melepaskan pelukan itu lalu berkata aku sedikit merasa ngantuk.

Dia berkata "Good night,Robbie"

Aku membalasnya balik lalu pergi ke kamarku.

Kurasa aku makin menyukai si misterius Harry Parker ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

22th Avenue Street Paranormal InvestigatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang