Athena

1.3K 129 25
                                    

Namaku Athena. Ya, kalian benar. Seperti nama dewi Yunani. Bagaimana tidak? Ibuku adalah pecinta mitos Yunani. Dia memiliki harapan kalau dia punya anak, dia ingin anaknya diberi nama dewa atau dewi Olympus. Maka, jadilah aku.

Oh, ya, mungkin tidak hanya aku. Kebetulan, ada dua tetanggaku yang juga sedang hamil muda, dan ibuku telah melakukan sesuatu kepada mereka sehingga mereka juga menamai anak mereka sesuai nama dewa atau dewi Yunani.

Yah, jadi, lahirlah Hera dan Aphrodite. Tidak jauh-jauh, mereka juga sama bodohnya seperti ibu mereka. Mereka sangat menghayati nama mereka. Aphrodite tanpa lelah bergonta-ganti pria. Hera tidak henti-hentinya cemburu dengan pacarnya, tetapi hebatnya mereka bertahan lama. Aku? Single life is a lot more better than having a boyfriend, I think.

Di umurku yang kedua puluh ini, aku memasuki universitas di daerah Jakarta--tentu saja bersama kedua sahabat idiotku.

[]

"Athena, lo tahu, nggak? Ada anak pindahan satu jurusan sama lo, cogan lagi," kata Aphy yang terlihat excited dengan berita itu. Aku, yang bahkan 'katanya' satu jurusan dengan anak pindahan itu, tidak tahu apa-apa tentang kehadirannya, atau mungkin tidak tertarik.

Aku hanya menjawabnya dengan mengangkat kedua bahu. Aku sudah biasa dengan Aphy yang mengganggu waktu istirahatku dengan pria-prianya itu. Sedangkan Hera, dia sibuk dengan ponselnya. Kalau bisa digambar, aku akan menambahkan tanduk untuknya.

"Ouch...." Tiba-tiba saja Aphy menjitakku dengan tangan kanannya.

"Lo tuh gimana sih, peduli dikit dong. Apa jangan-jangan, lo itu lesbi ya?"

Fitnah! Aku sebenarnya sudah biasa dengan ucapan Aphy yang seperti itu. Aku sudah mengatakan kalau aku hanya tidak tertarik dengan yang namanya pria, tapi dia terus-terus saja mengungkitnya.

"Bukti?" tanyaku singkat. Yah, ladenin sedikit deh, biar senang hati kawanku ini.

"Karena lo tuh jarang banget berinteraksi sama cowok, dan lo tuh setia banget sama kita, jangan-jangan lo suka sama kita? Gue mah ogah ya sama lo, cowok lebih nikmat daripada badan lo yang kerempeng itu."

Tuh kan, makin-makin aja deh, ini anak. Bagus dong kalau aku setia, daripada dua muka.

"Ya, gue juga ogah sama lu yang badannya udah dijamah banyak kaum adam," celetukku yang langsung membuat Aphy bertanduk.

"Lo tuh ya... ugh!"

"Aduh duhhh, sakit, Aphy...." Kali ini aku dijewer olehnya.

Brakk!!

Tiba-tiba, meja kantin yang sedang kami tempati dipukul oleh Hera. Wajahnya terlihat merah setelah beberapa lama berkutat dengan ponselnya. Aku dan Aphy yang sedang bertengkar kecil dibuat bengong oleh sikapnya yang spontan.

"Cowok tuh yaa! Nggak bisa setia sedikit sama cewek! Emang nyebelin!!" Racau Hera tak karuan. Melihat tingkahnya, aku hanya bisa memutar kedua bola mataku. Kalau tahu begitu, kenapa tidak single saja, sih? Seperti aku. I'm single and very happy.

"Udah cepet, abisin makanan lo sebelum bel masuk," suruhku yang melihat makanannya belum tersentuh sama sekali. "Abis ini kita ada kelas lagi kan."

Dengan kesal, dia memasukkan suapan mac n' cheese-nya ke dalam mulutnya.

Kriiiing!

Perkataanku benar, dan Hera yang mendengarnya sangat syok. Dengan cepat, dia menghabiskan mac n' cheese-nya, sedangkan aku dan Aphy mulai beranjak dengan santai dari tempat duduk dan meninggalkannya.

GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang