Hospitalized

327 47 4
                                    

"OMG!! Baby Zeus!" jerit Athena ketika memasuki kamarku, diikuti oleh Hera. Mereka dengan heboh memeluk badanku yang remuk ini.

"Damn it! Sakit, Bangsat!" omelku pada teman-teman tak tahu diri itu. Mereka hanya membalas dengan senyuman tanpa dosa. Kemudian, Hera mengeluarkan buket yang berisi buah kesukaanku.

"Kita khawatir banget, The, sama lo. Ibu udah jalan ke sini," ucap Hera sambil meletakkan buketnya di atas meja. Mereka berdua menatapku dengan tatapan seolah-olah, aku adalah orang lumpuh yang patut dikasihani. Aku benci terlihat lemah di hadapan mereka.

"Kalau tujuan kalian ke sini cuma untuk bikin gue naik darah, pintu neraka terbuka lebar untuk kalian," kataku datar. Mereka saling bertatapan sebentar, lalu kembali menatapku dengan senyuman iblis mereka.

"Baby Zeus, lo tuh kalau lagi sakit nggak usah banyak omong, deh. Masih untung mau kita jenguk," kata Aphy, seolah aku membutuhkan jengukannya. Ditambah lagi, sekarang dia memanggilku Baby Zeus.

"Maksud lo apa coba, manggil gue Baby Zeus," ucapku tak terima.

"Barusan gue cari di Wikipedia, kalau lo itu anaknya Zeus. Jadi, gue panggil lo Baby Zeus. Lucu, kan," jelas Aphy makin tak karuan. Ya Tuhan, ampunilah dosaku.

"Enak aja! Gue anaknya Bapak Adi Setiawan, ya! Lo harus inget, tuh."

"Aduh, kalian tuh ribut melulu, ya," omel Hera, yang ternyata sudah mengupaskan buah untukku. Aphy malah menatapnya heran. Yah, aku juga, sih.

"Lo enggak seru banget sih, Her," omel Aphy balik. Wajah Hera yang datar menandakan dia sudah kesal dan bersiap-siap mengeluarkan cabai dari mulutnya.

"Lo jadi temen berguna dikit kek, masa kerjaannya cuma ngajak ribut doang," ucap Hera sambil menyuapkanku potongan pir. Aku mengunyah buah itu pelan dan memprediksi apa yang akan terjadi setelah ini. Sebentar lagi akan ada perang di kamar ini. Ryan yang sedang duduk di sofa--sibuk dengan ponselnya, kini ikut memperhatikan.

"Lo berasa paling berguna banget, sih. Thena kan gue ajak ribut biar semangat, enggak ngebosenin kayak lo," balas Aphy tak kalah pedas.

"Jaga omongan lo!" bentak Hera.

"Eh... permisi, saya dokternya Athena." Tiba-tiba, pria berseragam putih diikuti oleh dua perawat datang untuk memeriksa keadaanku. Hera seketika terdiam dan kembali menyuapiku buah, begitu juga dengan Aphy.

"Bagaimana keadaannya, dok?" Ryan langsung bangkit dari duduknya dan mendekati dokter yang sedang memeriksaku.

"Setelah tangannya digips, sudah boleh pulang. Beruntung kecelakaan ini hanya memberi sedikit retakan di tangannya, tidak sampai patah," jelas dokter itu pada Ryan. Dia hanya membalas dengan anggukan antusias. "Sekarang Anda harus banyak istirahat dalam keadaan tenang. Apa perlu saya melarang tamu untuk menjenguk?" lanjut dokter itu, yang sepertinya menyindir Hera dan Aphy.

"Enggak apa-apa, Dok, mereka lumayan berguna kok," jawabku yang membuat Hera dan Aphy langsung memelotot ke arahku.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi."

Setelah dokter itu keluar dari ruangan, mereka berdua menatapku semakin kesal. Hera langsung menyumpal banyak potongan buah di mulutku, sedangkan Aphy mengubah posisi kasurku menjadi posisi duduk.

GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang