Aku kembali berangkat ke kampus seperti biasa, tapi kali ini dengan mobilku yang sedikit remuk. Sungguh memalukan, tapi aku akan mendatangi Ryan nanti sore setelah pulang.
Di kampus, selama perjalanan menuju kelasku banyak mahasiswa yang membicarakan Yoga--menurut pembacaan gerak bibirku-- atau bahkan menunjuk ke arah kelas ku. Begitu memasuki kelas, aku melihat dengan Yoga yang sudah mulai berbaur dengan beberapa pria yang bisa di bilang tampan di kelasku.
"Hei, Athena."
Seketika, aku mau duduk di kursiku terhenti mendengar ucapannya. Bagaimana dia bisa mengetahui namaku? Padahal aku tidak memberi tahunya, dan aku yakin teman-teman sekelasku tidak akan berani menyebut namaku.
"Kok... lo tau nama gue?" tanyaku heran sambil menatapnya tajam. Dia hanya tersenyum 'sok' manis kepadaku.
"Karena lo itu terkenal, The," jawabnya dengan senyuman mengejek. 'The'?? SKSD banget dia. I don't like him. "Lo itu cantik, mahal dan bersih dari sentuhan cowok-cowok."
"Jaga omongan lo!!"
Baru saja aku mau menamparnya, ada yang menahan tanganku. Aku mengenal tangan halus itu. Meski begitu, cengkramannya kuat menahan tanganku yang berusaha untuk lepas.
"No baby, don't hurt this boy or you will get a trouble." Terdengar suara centil khas Aphy. Aku menatapnya tak percaya.
"Kenalin, gue Yoga Winata, anak dari pemilik kampus ini, Richard Winata." Ucapnya, yang mampu membuat mulutku terbuka lebar.
"Gimana gue nggak mau nampar cowok ini? Dia itu lancang, Aphy!" aduku pada Aphy. Kulihat, Yoga kembali tersenyum melihat tingkah ku.
"I think he is fine. Now, you only need to follow me," kata Aphy sambil menarikku keluar dari kelas menuju taman. Di sana sudah terdapat Hera yang terlihat sedang menunggu kami. Kenapa Aphy malah membela cowo sialan itu dibanding aku? Dipelet kali, ya.
"Lo mau pada ngapain, sih? Bentar lagi masuk," kataku yang kesal pada mereka. Terlebih lagi pada Aphy yang jelas-jelas mengutamakan Yoga.
"Operation Conquer Yoga for you," kata Hera, menjawab semua pertanyaan yang ada di otakku. Jadi maksud mereka, aku disuruh PDKT sama Yoga. And of course, I don't fucking want that. Gue nggak level, disuruh naklukin cowok kayak Yoga.
"Apaan sih, nggak mau! Ogah gue sama cowok nyebelin kayak dia," tolakku mentah-mentah.
"Oke fine, gue tinggal bilang ke ibu lo kalo lo itu lesbi mutlak," ancam Aphy. Ugh! Bisa tidak sih, sehari saja mereka tidak menyebutku lesbian?
"Ibu nggak akan percaya lah.... Wee," kataku sambil menjulurkan lidah ke arah mereka.
"Pasti percaya lah, sama Hera kesayangannya. Lagian, lo kan nggak pernah punya riwayat pacaran sama cowok, suka sama cowok, bahkan sahabatan sama cowok," jelas Aphy dengan senyum penuh kemenangan.
"Fine."
Aku memilih untuk menyerah, daripada mendapat kicauan ibu dan ayah lagi. Pas di saat bel masuk berbunyi.
Kriing...!
Sebelum aku pergi, mereka menjelaskankan apa saja yang harus kulakukan agar mendapatkan hati Yoga. Aku yang mendengarnya hanya mengangguk tidak bersemangat, lalu masuk ke dalam kelas.
[]
"Yoga, gue nggak ngerti yang ini. Bantu jelasin, dong," kataku saat mengerjakan tugas dari dosen sialan itu. Sungguh, dalam hati aku membenci hal ini. Aku lebih memilih menyilet pria di depanku ini habis-habisan, kalau saja aku ingin masuk penjara menjadi pelaku mutilasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess
Teen FictionAthena, Aphrodite, dan Hera. Tiga gadis biasa yang sangat menghayati nama mereka sebagai dewi Yunani. Athena, yang ateis terhadap semua pria. Aphrodite, yang sangat suka memainkan pria. Hera, yang pencemburu dan pendendam. Setelah terjadi sebuah per...