[ five ]

25.1K 1.2K 557
                                    

Selena berlari terburu - buru menuju kamar mandi, namun sayangnya ia kalah cepat dengan Luna.

"Kau tahu, aku yang datang duluan." Ucap Luna sambil mendorong tubuh Selena, ia mengalungkan handuknya diantara leher kemudian masuk ke dalam kamar mandi, membanting pintu kamar mandi keras-keras tepat di wajah Selena.

Lebih sialnya lagi, di rumah ini hanya memiliki 4 kamar mandi dan semuanya sudah penuh.

Ia berputar balik, berjalan kembali menuju kamarnya. Selena berpikir untuk mengantri di kamar mandi lain, mungkin Edith hampir selesai mandi.

"Sampai kapan kau akan melamun seperti itu? Bukankah kau harus ke sekolah?" Luke yang tiba-tiba muncul entah darimana menginterupsi Selena, membuat Selena tersenyum malu.

"Kamar mandinya penuh, daddy." Jawab Selena, kemudian Luke menarik tangan Selena entah kemana.

Mereka sampai di kamar Luke, kamar yang diidam - idamkan para dolls untuk masuk ke dalamnya. Namun, disinilah Selena sekarang. Di kamar pribadi seorang Luke Hemmings yang tak satupun -tak terkecuali tukang listrikpun- boleh masuk ke dalamnya.

Sebenarnya, tidak banyak yang menarik di dalam kamar Luke. Hanya terdapat sebuah ranjang berukuran besar dengan lampu gantung, lalu di sisi kanan terdapat lemari baju dengan cermin di tengahnya. Hanya saja, Luke mendekorasi kamarnya dengan tema hitam dan putih seperti papan catur, dimana putih mendominasi.

"Kau bisa menggunakan kamar mandi daddy." Tukas Luke, yang sekaligus membuat Selena terkejut.

"Tapi bukankah-"

"Sudahlah, ayo sana." Potong Luke, mendorong pundak Selena lembut masuk ke dalam kamar mandi.

Selena mengangguk, namun ia terhenti di depan pintu kamar mandi sejenak dan memanggil Luke,

"Daddy? Bukankah kau juga harus pergi bekerja?.. Um, maksudku, kau juga butuh mandi—"

"No, babygirl. Kau mandi duluan saja."

"No, daddy." Sanggah Selena, " Daddy, is it okay if we both shower together?"

Selena tidak masalah kalau harus mandi di satu kamar mandi yang sama dengan Luke. Bukankah Luke sudah seperti ayahnya?

Luke menggaruk tengkuknya grogi, kemudian akhirnya mengangguk juga. "Y-yeah, why not."

"Kau akan menggunakan shower dan daddy akan menggunakan bak mandi. Tenang saja, kita akan dipisah oleh tirai jadi..."

"Jadi we are not going to see each other.. Naked." Luke tertawa kecil, membuat Selena mengangguk.

"Okay, daddy."

Selena masuk terlebih dahulu, kemudian diikuti Luke. Mereka berdiri saling memunggungi, dan mulai melepas satu persatu kain yang membalut tubuh mereka.

Namun untuk suatu alasan, Luke menoleh ke belakang dan memandangi Selena dari balik tirai berwarna putih tulang yang memisahkan mereka berdua. Tirai tersebut merefleksikan bayangan dari lekuk Selena.

Fuck, fuck. Geram Luke dalam hatinya. Ia tidak siap melihat Selena telanjang, ia tidak siap berhadapan dengan Selena telanjang, ia tidak siap melihat tubuh suci Selena. Namun di sisi lain, ia ingin melihat Selena, tubuh mungil Selena yang belum terbentuk seratus persen, tubuh yang baru saja sedikit membidang di bagian dada yang mulanya rata, tubuh yang bahkan pinggangnya masih lurus sejajar.

Luke ingin gila.

In other hand, Selena ingin Luke yang memandikannya.

Seperti Ayah memandikan anak gadisnya, bermain busa sabun bersama dan perang air keran. Ia ingin Luke yang menuang shampoo di atas kulit kepalanya, kemudian memijitnya perlahan. Ia ingin, Luke yang menggosokkan cairan sabun mandi ke punggung dan bahunya, mengusap setiap bagian tubuhnya secara perlahan dan lembut.

Baby DollsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang