[ sixteen ]

22.4K 1.1K 840
                                    

"Calum!" Selena sedikit memekik ketika melihat kekasihnya itu berdiri di ambang pintu.

"Hey, I miss you too." Calum terkekeh sambil meraih Selena ke pelukannya.

"Calum, kita kan bertemu di sekolah tempo hari.." jawab Selena sambil menjulurkan lidahnya.

"Selena, tanpamu sehari bagaikan sewindu."

"Ah, kau ini." merasakan pipinya mengeluarkan semburat merah, Selena refleks meninju lengan Calum pelan.

"Hey, let's go somewhere." ajak Calum, meraih satu tangan Selena untuk digenggamnya.

"Um, okay," Selena manggut-manggut, kemudian keduanya berjalan menuju halaman rumah tempat dimana sedan Calum terparkir.

Namun baru saja mereka hendak melangkahkan kaki untuk pergi, terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah mereka.

Selena refleks memutar tubuhnya, dan bertemu pandangan Luke yang sedingin es.

Luke hanya ingin membalut tubuh gadisnya itu dengan jaket, karena pakaian yang dipakai Selena sangatlah terbuka. Ia tidak tertarik dengan lima belas tahun Selena yang memakai tank top hitam, hotpans abu-abu dan heels warna merah. Ia lebih menyukai Selena dengan piyama tidurnya.

"S-selena," panggil Luke pelan. Tangannya meraih pundak Selena, namun Selena segera menepisnya.

"Luke." balas Selena sambil memutar bola mata. Tangannya ia eratkan pada Calum, seolah menegaskan bahwa ia milik Calum seutuhnya.

"J-jangan pulang larut malam." adalah semua yang Luke dapat katakan, sebelum Selena menjawabnya tak kalah sarkastik dari sebelumnya.

"Kalau begitu, aku akan pulang dini hari."

"Sshht, kau ini. Tidak boleh seperti itu padanya!" peringat Calum sambil menyikut Selena pelan.

"Well, well, okay. Aku tidak akan pulang larut malam, maupun dini hari. So you could use your free time to fuck all of your dolls-"

"S-selena, I will not fuck them anymore.. I swear." sanggah Luke cepat.

"Who cares?" dan dengan itu, Selena mengibaskan rambutnya dan berbalik arah, menarik lengan Calum untuk menjauh dari situ.

**

Setelah kejadian tadi, baik Selena maupun Calum belum angkat bicara sejak tadi. Keduanya lebih memilih diam ketika berada di dalam mobil. Calum yang fokus menyetir, dan Selena yang melihat ke arah luar jendela.

Semuanya terasa sangat canggung. Apalagi semenjak Luke mengucapkan sumpahnya untuk tidak menyetubuhi gadis-gadis peliharaannya di rumah.

Selena sendiri pun tidak tahu, bagaimana perasaannya terhadap Luke. Apakah ia benar benci? Apakah, ia hanya dibutakan nafsu sesaat?

"Selena, tumben sekali kau diam." Calum pun memberanikan diri untuk membuka percakapan dengan Selena.

"Huh? Tidak kok, siapa yang diam? Kau yang diam." jawab Selena sambil menaikkan kedua alisnya bersamaan.

"Entahlah, aku hanya tidak suka jika kita terus berdiam seperti ini." Calum yang semula menatap ke arah jalanan kini menoleh pada Selena, "Aku tidak suka kalau kita marahan."

"Calum, oh my god.." Selena tertawa kecil sambil menutupi mulutnya. "Aku tidak marah padamu, you know? Hanya saja.. Luke.. Kau tahu sendiri..."

"Memang, Luke sekali-kali harus diberi pelajaran." jawab Calum menyetujui.

"Ya, benar. Oh my god, kautahu ia hampir saja memerawani aku hanya karena ia marah-"

"Wait, what?"

Baby DollsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang