"S-six..."
Selena merasakan air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Dan ketika ia merasakan tangan besar Luke kembali menyentuh area pantatnya, tangisnya meledak.
"S-sev... Hiks,"
Mendengar gadis imutnya itu mulai menangis, Luke khawatir dan segera berhenti. Ia segera mengusap halus pantat Selena yang sudah memerah.
Luke sudah sangat keras dan turn on karena awalnya Selena merintih kesakitan, namun setelah mendengar Selena menangis, kejantannya tidak lagi mengeras...
"Shhh, it's okay. You're done, we're done.." Luke mengangkat tubuh gadis kecilnya yang semula menungging, memposisikannya untuk duduk dengan benar.
Selena masih sesenggukan, ia menarik celananya kembali ke atas, kemudian merapikan roknya. "Are we?" tanyanya memastikan. Matanya sembab, hidungnya memerah.
"Yes, y-you can go back to your room." Luke menghela nafas panjang dan menurunkan Selena dari pangkuannya.
"Okay." Selena mengusap air matanya yang telah mengering di pipinya, kemudian berjalan keluar. Ketika ia hendak membuka pintu, tangannya kembali mengusap pantatnya dari luar roknya, kemudian ia meringis kesakitan.
Luke yang memerhatikan Selena sedari tadi pun merasa bersalah lebih dari apapun. segera menghampiri Selena dan memeluknya dari belakang, "I'm sorry, baby."
"Tidak, Daddy. It's okay. Bad girl deserve a punishment."
"Daddy is sorry." Luke berulang mengucapkan permintaan maaf, sebelum akhirnya Selena membalas pelukan Luke dengan erat.
***
Pagi harinya, Selena bangun dengan rasa nyeri di area pantatnya.
Tak dipungkiri, hukuman semacam itu membuat Selena cukup jera namun ia tak juga keberatan jika Luke ingin menghukumnya....lagi. Ada sensasi tersendiri ketika pukulan demi pukulan itu mendarat kepadanya. Seperti, kau ingin menjerit tetapi jika kau melakukannya, ia akan menggandakan pukulannya, sehingga kau menahan rasa sakit itu sementara nyeri sudah menjalar di bagian tubuhmu tersebut, hingga sampai ke pukulan terakhir kau tak merasakan sakit kembali, hingga akhirnya tangismu akhirnya pecah.
Dengan langkah diseret, Selena keluar dari kamarnya dan bertemu Danielle di depan pintu kamarnya. Nampaknya Danielle sudah menunggu Selena keluar kamar sejak tadi. Ia memandang Selena bersimpati, Selena pun tersenyum kecil.
"Selena, aku tahu apa yang terjadi padamu. Aku tahu Luna yang melakukan ini padamu!! Sehingga kau harus menerima hukuman dari Luke. Mengapa kau tidak jujur saja pada Luke?"
Selena tertawa kecil, "Good morning to you too."
Menanti respon Selena, kedua alis Danielle terangkat.
"Aku tidak ingin membuat hubunganku dengan Luna semakin meretak, Dani. Aku pun menyayangi Luna seperti aku menyayangi dolls yang lain- dan, hei.. bagaimana kautahu?"
"Aku mendengar Luna sedang berbicara di telepon dengan temannya. Ia sudah merencanakan semua ini, aku hanya bisa berpesan padamu.. Hati-hati dengan Luna. Ia akan melakukan apapun sekalipun itu dengan cara licik." Danielle sedikit membungkuk dan meraih tubuh Selena untuk dipeluknya.
"Terimakasih, Dani."
Ketika keduanya saling melepas pelukan, Fiona sudah ada di hadapan mereka, mendengar percakapan mereka sedari tadi.
"Hey, Sele. How it feels? I heard you, babe. I heard you. He spanked you so hard.. I can't even imagine." Fiona mendekat ke arah Selena dan tersenyum menyeringai. "Aku juga ingin dipukul pantatku oleh Luke. Ikkeh.. Ikkeh.. Luke.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Dolls
Fiksi Penggemar[DISCONTINUE.] Selena baru 15 tahun, Daddy Luke sudah membawanya ke kehidupan baru yang menyenangkan. Kehidup baru tersebut adalah dunia Babydolls. Babydolls adalah sebutan Luke untuk para gadis yang ia pelihara....atau koleksi? Di dalam rumahnya. K...