Selena tidak tahu, mengapa Daddy Luke menciumnya di bibir. Karena setahunya, ayah hanya akan mencium anaknya di... kening? Atau di pipi?
Mereka berdua berciuman layaknya sepasang kekasih, bukan sebagai ayah dan anak. Yang ada dipikiran Selena sekarang hanyalah, bagaimana bisa kontak langsung antara dua bibir dapat memberinya perasaan menyenangkan dan menggebu-gebu? Jantungnya berdegup kencang, nafas keduanya memburu, serta aliran darahnya mengalir cepat.
"Selena." Luke menggumam di sela ciuman mereka, membawa jari-jarinya menelusup diantara rambut basah Selena.
"S-selena." Ulang Luke, melepas ciuman mereka.
"What, daddy?" Tanya Selena polos, tangan kecilnya meraih tengkuk Luke dan ia kembali mendekatkan wajahnya dengan Luke, berusaha menjangkau bibir Daddynya itu, sekali lagi!! batin Selena menjerit. Sementara Luke sibuk memalingkan wajahnya dari Selena, tersenyum melihat tingkah gadis tak sabarannya itu.
"K-kau harus mandi, dan ganti baju. Daddy tidak ingin kau terkena demam. Renangnya besok lagi, ya." Ujar Luke, tertawa kecil. Ia mati-matian mengalihkan wajahnya kesana-kemari, menghindari Selena yang masih berusaha menyerangnya.
"Mhm, okay. Apa aku boleh mandi di kamar mandimu lagi, Dad?" Selena kini menyerah dan melepaskan dirinya dari Luke.
"What? No," Luke tertawa, "Daddy juga harus mandi."
"Tapi kita bisa mandi bersama, daddy. Seperti waktu itu."
Waktu itu sudah berbeda Selena. Sekarang sudah berminggu-minggu dan waktu itu payudaramu belum sepenuh sekarang, pinggulmu juga belum lebar-
"Daddy ingin poop!" Dusta Luke, mengabaikan pikiran kotornya.
"Oke, baiklah" Dan dengan itu dibantunya Selena naik ke pinggiran kolam, namun Luke masih tak bergeming dari tempatnya. Ia menatap punggung gadisnya bergerak makin menjauh darinya, hingga akhirnya langkah Selena itu kembali terhenti.
"Daddy tidak naik?!" Serunya, berputar balik.
"N-nanti saja!"
Selena mengangkat bahu ringan dan meraih handuk di kursi, melingkarkannya di atas kepala sembari masuk ke dalam rumah.
Luke menghembuskan nafas lega, sambil melirik ke arah tonjolan diantara boxernya.
Sungguh luar biasa efek yang diberikan gadis lima belas tahun itu.
**
"Selena? Bisa kau antarkan kue ini ke kamar Sir Hemmings?" Edith tengah sibuk menata kue buatan para dolls di atas piring yang dibantu oleh Adeline dalam menghias kue itu dengan icing sugar dan krim kocok.
Luke suka sekali krim kocok.
Sehingga mereka pun memberikan ekstra tambahan sebotol whipped cream pada nampan.
"Ya, Selena. Kita semua tahu tidak akan pernah diberi akses masuk ke dalam bahkan dalam mimpi terliar kami." Tambah Adeline yang melempar pandangan pada Selena.
"Baiklah," Jawab Selena menyanggupi, kemudian Adeline menyerahkan kue buatan para dolls ke tangan Selena.
"Sebenernya, kau bisa saja menyuruh aku, kau tahu kan Selena tidak becus dalam melakukan pekerjaan apapun."
Suara Luna menyahuti, ia baru memasuki dapur dan sudah membuat para dolls kesal. Ia bahkan tidak ikut membantu membuat kue tadi, gadis itu selalu tidak ingin bersinggungan dengan pekerjaan rumah tangga. Pantas saja jika dolls kesal padanya.
"Tapi yang memiliki akses untuk masuk ke dalam kamar Luke hanya Selena, ingat?" balas Fiona sambil memutar bola matanya.
"Dan terakhir kali kau masuk ke kamar Luke, bukankah kau berakhir diusir oleh Luke?" tambah Edith, memperkeruh suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Dolls
Fanfiction[DISCONTINUE.] Selena baru 15 tahun, Daddy Luke sudah membawanya ke kehidupan baru yang menyenangkan. Kehidup baru tersebut adalah dunia Babydolls. Babydolls adalah sebutan Luke untuk para gadis yang ia pelihara....atau koleksi? Di dalam rumahnya. K...