Perjuangan Kiara

571 15 2
                                    

Setelah pengakuan cinta yang mendebarkan kemarin dan berakhir di tolaknya cintaku tak akan pernah membuatku patah semangat. Selagi janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan untuk mendapatkan cintaku. Tapi bagaimana caranya yah....

Hari pertama yang harus kulakukan adalah menyiapkan sarapan pagi untuknya. Mumpung mama lagi tidak ada dirumah hal ini bisa aku jadikan kesempatan untuk merebut hatinya. Bukankah meluluhkan hati orang itu dari hal kecil. Misal kenyangkan perutnya maka orang itu perlahan akan melihat kita.

Setelah menyiapkan sarapannya, aku harus membangunkan dia. walaupun tanpa dibangunin dia pasti sudah bangun. Secara dia lebih rajin dari aku.

Tokk... Tokk... Tokk

"Kak, udah bangun belum? Ayo bangun nanti telat loh ke kampusnya" aku mengetuk pelan pintunya.

Ceklekk...

"Apaan ? Tumben banget jam segini sudah bangun?" Dia berjalan melewati ku tanpa mau repot-repot melirikku.

"Kan mama lagi ngga ada jadi aku pengen nyiapin sarapan buat kakak jadinya yah harus bangun pagi. Itung-itung belajar jadi istri yang baik lah. Hihihihi" kataku cekikikan ketika mengingat apa yang aku ucapkan.

"Kakak ngga laper dan udah telat jadi kakak duluan" tanpa melihatku dia berjalan keluar rumah. Aku hanya bisa menghela napas ku. Apa segitu ngga cintanya dia sama aku sampai makan sama aku pun dia ngga mau. Huft... ngga papa lah masih banyak waktu untuk meluluhkannya.

*****
Malam harinya masih di hari pertama, aku sengaja menunggunya pulang hanya untuk melihatnya. Sehari tak melihatnya sudah membuatku kangen berat. Tapi kok tumben dia jam segini belum pulang. Biasanya dia udah nangkring dirumah.

Drt.. Drt... Drt...

Kurasakan hp ku begetar dan kulihat sms darinya. Dengan senyum mengembang kubuka sms dari kak Daniel.

"Maaf kakak ngga pulang malam ini. Kakak ngerjain tugas dirumah temen"

Senyumku hilang seketika. Kenapa kak Daniel seperti menghindariku. Bahkan bertatap muka denganku saja dia enggan.

"Semangat Ara kamu pasti bisa" kataku menyemangati diriku sendiri.

******
Hari kedua, aku sengaja menunggu kak Daniel di kampus, hanya ingin melihatnya. Tapi kenapa dia belum muncul juga.

"Kiara" aku melihat pria yang sampai saat ini jadi sahabatku.

"Adit" aku tersenyum menatapnya

"Kamu ngapain disini? Nunggu Daniel?"

Aku cengengesan menatap dia. Tau aja Adit kalau aku nunggu kak Daniel.

"Heemb.. kak Daniel kemana yah ?" Aku mengangguk dan bertanya keberadaan kak Daniel. Karena yang aku tau Adit juga deket banget sama kak Daniel.

"Sorry yah Ra, bukan maksud gue untuk ngadu tapi apa ngga sebaiknya loe lupain Daniel" ucapnya dengan hati-hati.

"Kenapa kamu jadi ngatur aku Adit. Aku cinta sama kak Daniel. Bukannya cinta harus diperjuangkan" aku menatap tajam matanya dan menahan kesal dihatiku.

"Bukannya gitu Ra, tapi Daniel itu bukan yang terbaik buat loe. Buktinya Daniel ngga nerima perasaan loe kan. Dan juga Daniel sebenernya udah punya cewek Ra. Bahkan semalem dia tidur dirumah ceweknya"

"Adit kamu itu apa-apaan sih. Kak Daniel ngga mungkin kayak gitu. Semalem kak Daniel tidur dirumah temennya. Kak Daniel juga ngga mungkin punya cewek. Kamu ngga usah deh jelek-jelekin kak Daniel kayak gitu" aku tambah marah mendengar ucapannya. Kak Daniel itu pria yang baik lagipula kalau kak Daniel punya cewek pasti udah di ajak main kerumah.

"Tapi itu kenyataannya Ra"

"Cukup Adit aku ngga mau denger lagi. Aku kecewa sama kamu" aku meninggalkannya sendiri. Kata-katanya tentang kak Daniel membuat mood ku turun. Tau apa dia tentang kak Daniel. Yang lebih tau kak Daniel itu aku bukan dia. Aku kan yang tinggal serumah dengannya.

****
Sampai malam aku menunggunya pulang tapi kenapa dia belum pulang jam segini. Kulirik jam didinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Apa kak Daniel ngga pulang lagi malam ini? Apa perkataan Adit tadi benar?

Perlahan aku berdiri dan berjalan masuk kedalam kamarku dengan perasaan kecewa. Kak Daniel sepertinya mulai menghindariku.

***
Hari-hari kulalui seperti biasa. Hanya bedanya kak Daniel sekarang jarang pulang kerumah. Dan ketika pulang pun jarang menyapaku. Kak Daniel memang tidak akan pernah punya perasaan lebih terhadapku. Apa aku harus menyerah? Ngga Kiara. Jangan menyerah, ini sudah setengah jalan. Luluhkan hati Kak Daniel. Berkali-kali aku menyemangati diriku sendiri.

Aku menunggu kak Daniel di taman depan fakultasnya. Tidak pernah sedikitpun ada perasaan lelah walaupun dia tidak pernah mau menghampiriku dikala aku menunggunya. Aku yakin suatu saat hatinya pasti akan luluh.

"Kak Daniel" ucapku lirih ketika melihatnya jalan dengan wanita lain. Bahkan dia terlihat sangat bahagia dengan wanita itu.

Perlahan air mataku turun membasahi pipi. Betapa serasinya mereka. Bisa kulihat tatapan dan perhatian kak Daniel terhadap wanita itu. Aku yakin kak Daniel sangat mencintainya. Apa aku harus mundur dan berhenti mendekati kak Daniel. Tuhan apa yang harus kulakukan ?

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang