Aku mencintaimu Kiara - Daniel Rahardian

570 10 1
                                    

Satu-satunya yang ku takutkan adalah ketika dia mulai menghidariku dan menjauh dariku. Dia tidak lagi mengandalkan ku dalam setiap langkahnya. Dia mencoba melangkah di jalannya sendiri tanpa mau menatapku. Ku akui aku mulai merindukannya. Merindukan setiap waktu yang kami lewati berdua. Aku ingin hubungan kami kembali lagi seperti dulu. Tapi apa mungkin bisa ?

"Kiara apa yang harus kulakukan untuk membuat mu kembali padaku ?" Kutundukkan kepalaku ketika aku mengingat semua perlakuanku padanya. Air mata mulai menetes tanpa bisa kucegah. Di dalam kamar ini dan untuk pertama kalinya aku menangis. Penyesalan ku sudah terlalu dalam tapi aku berharap aku masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semua.

*******
Pagi ini aku turun menggunakan kaca mata hitamku, bukan untuk gaya sebenarnya melainkan menutupi mataku yang agak bengkak karena menangis semalam.

"Pagi ma, pa , Kia" kusapa satu persatu keluargaku yang masih menatap ku heran. Mungkin mereka heran karena tidak biasanya aku menggunkan kaca mata. Tapi kaca mata ini lumayan berguna karena aku bisa menatap Kia sesuka hatiku tanpa ada yang menyadarinya.

"Kenapa kamu pakai kaca mata ?" mama satu satunya orang yang mungkin paling penasaran dengan sikapku. Secara mama paling mengenal sifat anak-anaknya.

"Tidak ada apa apa mah, biasa biar keren" aku tersenyum dan kembali memakan sarapan ku sembari sesekali kulirik Kia yang tak bereaksi apa pun melihat penampilanku.

"Ma Pa Ara berangkat dulu yah udah di jemput" Kulihat Kia berdiri dan salaman pada mama papa masih tanpa mau menatap ku.

"Kia" kulihat dia terdiam tanpa menatap ku. "Ngga bareng kakak sekalian"

"Ngga usah, aku sudah dijemput temen" Kia mulai melanjutkan langkahnya tanpa mau menatapku. Kesalahan ku mungkin bener-bener sudah fatal. Apa yang harus kulakukan sekarang?

"Ada apa Daniel ?" Mama menatapku heran.

"Apa mah ?" aku mengerutkan keningku bingung. Apa sebenarnya yang diketahui mama?

"Ma papa mau berangkat dulu, kamu juga Daniel" Papa berdiri dan mencium kening mama tak lupa menepuk bahuku dan berlalu pergi ke kantor.

"Mama belum selesai Daniel" aku kembali duduk ketika menatap mama yang terlihat serius.

"Kamu dan Ara, ada apa dengan kalian?" aku menatap mama yang masih terlihat serius.

"Ngga ada apa apa mah cuma salah paham dikit aja" aku berusaha tenang supaya tidak membuat mama curiga.

"Mama ngga bodoh Daniel. Kamu cinta Kiara?" Aku terkejut mendengar ucapan mama. Bagaimana ini? bagaimana mungkin mama bisa tau?

"hahaha., yah cinta lah mah, Kiara kan adikku yah adikku. Hehe" aku tertawa garing berusaha meyakinkan mama bahwa diantara kami tidak ada apa apa.

"Bukan cinta sebagai kakak yang mama maksud tapi cinta antara pria dan wanita. Kamu mencintainya ?" aku terdiam mendengar pertanyaan mama. Apa yang harus kujawab jika jawabannya pun sudah jelas. Jika pun berbohong mama pasti tahu. Bagaimana ini ?

"Jadi benar kamu mencintainya. Sejak kapan Daniel ? Apa Kiara juga merasakan perasaan yang sama ?" kutatap wajah mama yang terlihat terpukul mengetahui arti diamnya diriku.

"Maaf ma" kutundukkan kepala ku tanpa berani menatap mama.

"Sejak kapan Daniel ? Bagaimana bisa kamu mencintai adikmu sendiri ?" kulihat mama meneteskan air mata mendengar pengakuanku. Aku beranjak dari tempatku duduk dan bersimpuh dihadapan mama.

"Maaf ma, maaf aku telah lancang mencintainya. Aku ngga tau sejak kapan, rasa ini tumbuh tanpa aku sadari mah. Aku sudah membentengi perasaan ku tapi ngga bisa. Semakin aku menyangkalnya hatiku semakin sakit mah. Aku harus bagaimana ?" aku menangis di pangkuan mama. Entah mama akan menamparku atau bahkan akan membunuhku. Aku hanya ingin berkata jujur sebelum memperjuangkannya.

"Bagaimana dengan Ara Daniel ? Apa dia mencintaimu ?" dengan masih menangis mama bertanya dengan lembut. Mama memang orang yang sangat baik. Aku tau itu, mama tidak akan marah dengan keputusanku nanti. Apapun itu yang terbaik untukku dan Kiara.

Aku mulai menceritakan semuanya dari awal hingga Kiara membenciku. Aku bercerita tanpa ada yang kututupi lagi. Rasanya sedikit beban ku terangkat ketika aku bercerita pada mama.

"Aku ngga tau lagi harus bagaimana mah. Aku ingin memperjuangkannya tapi aku juga tidak ingin menyakitinya" aku membaringkan kepala ku dipangkuan mama dan dibalas elusan lembut tangan mama dirambutku.

"Perjuangkan jika kamu ingin memperjuangkannya, mama hanya bisa merestui kalian. Tapi kamu harus menghadapi papa kamu nanti. Kamu tau kan papamu bukan orang yang mudah, dia sangat keras kepala sama seperti mu" aku tersenyum menatap mama.

"Aku tau tapi aku akan tetap memperjuangkannya hingga aku tak sanggup lagi berjuang. Selama ada mama aku yakin semua pasti akan baik baik saja. Aku begitu mencintainya mah. Sangat mencintainya melebihi nyawaku sendiri. Aku janji dihadapan mama jika aku tidak akan pernah menyakitinya lagi" aku menatap mama dengan binar bahagia yang terlihat jelas dimataku. Rasanya aku lega ketika mama mengerti keaadaanku tanpa bertanya banyak hal lagi.

"Jaga dia, walaupun dia bukan putri kandung mama, tapi dia putri mama satu satunya. Mama menyayanginya melebihi apapun di dunia ini. Mama percaya padamu Daniel" aku tersenyum dan memeluk mama erat tak lupa ucapan terima kasih terus keluar dari bibirku tanpa lelah.

******
Aku berjalan menyusuri kampus mencari sosok yang sedang kurindukan. Aku ingin dia tau bahwa aku sangat mencintainya. Aku ingin mengatakan perasaanku padanya dan aku ingin membuktikan keseriusanku padanya. Tapi kenapa aku belum melihatnya ? Aku sudah mendatangi tempat tempat favoritnya di kampus ini tapi aku masih belum melihatnya juga.

"Daniel" aku melihat Adit berjalan menghampiriku.

"Adit, loe lihat Ara ngga ?" Aku langsung bertanya pada Adit tanpa harus menutupinya lagi. Toh Adit juga tau jika aku mencintai Kiara.

"Ngga tuh, perasaan dari pagi Ara ngga ngampus deh. Loe kan serumah sama Ara. Emang loe ngga tau" Adit balik bertanya padaku.

"Kia pagi tadi itu berangkat ngampus, gue tau dia tadi berangkat. Mungkin dia bolos sama temennya. Huft" aku menghela napas berat ketika tau Kia tidak pergi kekampusnya. Mungkin saja dia pergi dengan pria itu. Pria yang kulihat bersamanya. Pria yang membuatnya tersenyum setelah aku menyakitinya begitu dalam.

"Kenapa loe ?" Adit menatapku heran.

"Ngga papa, gue kekelas dulu yah" aku meninggalkan Adit dan berjalan menuju kelas dengab berbagai pikiran yang memenuhi kepalaku.

Apa aku harus melepaskannya disaat aku sudah mendapatkan restu mama ?

"Kia jika kamu bahagia bersamanya, maka aku akan melepaskanmu. Aku tidak ingin kamu tersakiti karenaku lagi"

Mungkin ini memang takdir kita berdua. Kita tidak mungkin bisa bersatu. Tapi disaat aku ada kesempatan untuk memilikimu maka saat itu juga aku tidak akan pernah melepaskanmu walaupun kamu memohon padaku. Aku mencintaimu Kiara. I miss you, i need you, i love you.

Tbc

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang