Rhea terbangun dari tidurnya saat Carlos mengatakan kalau kapal yang mereka tumpangi sudah sampai di pelabuhan. Setelah mengumpulkan nyawanya akhirnya Rhea sadar kalau ini bukan di Gili atau Lombok lagi. Ini sudah di Bali.
Suasanya budaya yang kental sangat terasa. Dan bau-bau menyan tercium dimana-mana. Carlos sudah menyewa sebuah mobil sedan biasa yang dipakainya untuk ke villanya di Bali.
"Kau tidak keberatan jika kita naik mobil kumuh ini dulu kan?" Tanya Carlos merendah. "Aku tidak bisa menemukan mobil yang lebih baik di tempat sewa. Jadi hanya ini yang kutemukan."
"Tentu saja. Memangnya aku punya alasan untuk tidak naik ke dalam mobil ini?"
"Kau selalu naik mobil mewah, ayahmu juga tidak pernah membiarkanmu naik kendaraan umum. Bahkan kau memohon pada Leo untuk pulang bersamanya agar bisa naik kendaraan umum. Dan saat ayahmu tahu, malah kami yang kena omelannya."
"Astaga, itu cerita lama sekali."
"Aku yakin Rapide juga selalu memberikan mobil yang terbaru dengan desain interior maupun eksterior yang futuristik untukmu bukan?"
"Approximately yes. Dan sampai kapan kira-kira kita mau berada di pelabuhan yang panas dan menyengat ini?" Tegur Rhea, "Ayolah kita jalan!"
"Masuklah. Kita berangkat."
-----
Paginya, Rhea bangun setelah Carlos. Saat keluar kamarnya, Rhea melihat Carlos sedang menelepon seseorang.
"Oh ya? Mm... baiklah aku mengerti. Tenang saja. Baiklah."
Rhea mendekatinya. Lalu tersenyum, rambut indahnya terurai, dan Carlos yang melihat pemandangan di depannya itu pun langsung mendekati Rhea dan mencium keningnya. "Bonjour, Mademoiselle!"
"Bonjour. Kau menelepon siapa? Apa itu dari Jakarta?"
"Bukan apa-apa. Kau tidak perlu khawatir, Cantik." Rhea mengangguk. "Mandilah, kita akan memiliki hari yang panas hari ini."
"Kita mau ke pantai? Kuta? Atau pantai Pandawa?"
Carlos menggeleng. Tujuannya mengajak Rhea ke Bali bukanlah untuk liburan seperti waktu ke Gili. "Kau akan tahu setelah ini oke?"
Rhea menurut dan pergi mandi. Begitu pula dengan Carlos yang mandi di kamar mandi lain. Sesudah itu, mereka menaiki mobil Porsche milik Carlos. Mobil tua sewaan Carlos itu sudah dikembalikan kemarin malam.
Carlos senang melihat gadis di sampingnya ini dapat tertawa riang dan senyum yang dari hatinya itu menandakan bahwa Rhea memang benar-benar senang saat ini.
Tiba-tiba, mereka berhenti di sebuah restoran bernuansa jadul, dan dari luar restorannya saja Rhea dapat melihat kalau disana, ada sesosok orang yang sudah membuat hatinya sakit selama beberapa bulan.
"Untuk apa kita kesini?" Tanya Rhea dingin. "Aku tidak mau bertemu dengannya!"
Carlos menggenggam tangan Rhea. "Aku yakin kau masih sakit hati dengan perlakuannya. Tapi Rhe, setidaknya kau bisa menemuinya dan membicarakannya terang-terangan kan? Setidaknya dengan begitu, kau akan merasa lebih baik."
Rhea menahan air matanya agar tidak jatuh, dengan menarik napas dalam-dalam. "Baiklah. Aku akan menemuinya. Tapi aku mohon, apapun yang terjadi jangan hentikan aku. Oke?"
"Baiklah. Aku tidak akan menghentikanmu."
Rhea mengumpulkan semua tenaganya. Untunglah dia sudah sarapan terlebih dulu di rumah Carlos. Well, walaupun hanya segelas susu coklat, tapi setidaknya itu cukup untuk membentak lelaki brengsek di depannya ini.
Rhea yakin berita yang dibacanya itu adalah benar. Seharusnya dia bisa menemui Dennis dengan Claire. Tapi sayang, sepertinya Dennis hanya sendirian saja kali ini. Padahal, Rhea sudah menyiapkan sumpah serapahnya untuk Dennis dan Claire.
Tapi tidak masalah, karena tujuannya adalah untuk membalas dendamnya pada Dennis terlebih dulu.
Rhea masuk ke dalam restoran itu, dan matanya berapi-api melihat Dennis, yang tak sadar dengan kehadirannya.
"Es-tu content maintenant?!--apa kau senang sekarang?!" Serunya dalam bahasa Perancis. "Mencampakkanku, meninggalkanku, dan berselingkuh sewaktu kita masih bersama dulu? Dan hebatnya lagi kau berselingkuh dengan temanku?!"
Dennis membelalakan matanya saat melihat Rhea. Dia bangkit dari tempat duduknya. "Kau... kenapa kau bisa ada disini?" Tanyanya dalam bahasa Rusia.
"Kau lupa? Atau kau pura-pura bodoh? Aku, perempuan Indonesia yang kau campakkan. Beritamu dengan Claire sudah menyebar di internet. Dan bukan hal sulit bagiku untuk menemukanmu!" Serunya balik dalam bahasa yang sama dengan Dennis. "Apa kau benar-benar sudah melamarnya?! Melamar Claire?"
Dennis diam. Kemudian dia mengangguk pelan. Sementara Carlos terus mengawasi tindakan Rhea, dia tahu saat Rhea sudah melewati batasnya dia bisa saja menggebrak meja dengan tangan kecilnya yang kokoh.
"Berengsek kau!!! Beraninya kau mempermainkanku? Dan kau memanfaatkan aku selama ini?!"
"Aku selalu berusaha dan berusaha. Aku sudah bilang aku akan melamarmu asal kau memenuhi satu syarat yang aku mau--"
"Tidur? Tidur bersamamu?! Kau pikir aku gila mau tidur dengan orang yang bahkan bukan suamiku?!"
"Kau yang gila, Rhea! Kau bisa lihat saja Claire yang akhirnya menjadi pilihanku."
Rhea mengepalkan tangannya, siap untuk menghadiahkan sebuah pukulan panas dan membekas kepada lelaki berengsek ini, kalau saja tangan Carlos dengan cepat tidak menahannya.
"Lepas!!!" Serunya dalam bahasa Indonesia kali ini. "Aku harus menghajar lelaki keparat ini!!"
Carlos mengangguk, tapi dia sudah merencanakan sesuatu yang lebih baik di bandingkan Rhea hanya memukulnya disini, yang ada malah nama baiknya yang tercoreng.
"Je vois que tu as déjà eu un nouveau petit ami ici--aku melihat kau sudah memiliki kekasih baru juga sekarang," sindir Dennis.
"Regarder votre bouche! Vous regretterez ce que vous avez dit tout à l'heure--jaga mulutmu! Kau akan menyesali apa yang kau katakan barusan." Carlos menatap sinis Dennis tanpa rasa takut sedikitpun.
Bahkan dia menarik tangan Rhea yang masih mempertahankan dirinya untuk berada di depan Dennis dan ingin memakinya lebih dari tadi.Di luar restoran, Rhea kesal. "Hei! Aku sudah bilang untuk diam dan jangan menghiraukan apa yang aku mau lakukan. Kenapa kau malah menahanku?!"
"Kau akan membuat dirimu sendiri malu, Rhe. Aku tidak mau media menulis berita buruk tentang dirimu." Carlos menenangkannya, sambil mengelus pundak Rhea. Lalu detik berikutnya dia menatap Rhea lekat-lekat. "Aku punya rencana, dan hal ini jauh lebih baik dibandingkan kau melabraknya terang-terangan seperti tadi."
"Tapi Los..."
"Sudah, ikuti saja Rhe. Kau ini juga terkenal, aku yakin orang-orang di dalam sana tadi juga sebagian mengenalmu."
Rhea mengembuskan nafas berat. "Apa rencanamu?"
"Hmm.. dia akan mengadakan sebuah konferensi pers di Seminyak hari Sabtu ini. Dan kita punya waktu tiga hari sebelum hari Sabtu."
"Lalu?"
"Kita harus..." Carlos memutar-mutar tubuh Rhea. "Kita ke salon, lalu ke mall. Kita harus melakukan metamorfosis kilat padamu."
"Ta--"
Carlos membuka pintu mobilnya untuk Rhea. "Cepat masuk dan duduklah yang manis."
"Tapi Los--"
Carlos mendorongnya masuk dan menutup pintunya. Lalu dia ke kursi pengemudi, menyalakan mesin mobil. "Be ready dear!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Drama and The Racer Girl
General FictionCarlos Takamasa, a succesful script writer which had dated so many celebrities and actress. Hates his father very much and does not had any interest in marriage until he met Rhea Andrina, the racer girl, which was famous for her achievement in the c...