"Iya Nu, iya. Ini sudah hampir selesai, Nurulku tersayang!!" Serunya. "Hanya tinggal endingnya Nu!!"
"Ku tunggu naskahmu di mejaku akhir minggu depan paling lambat! Tanpa alasan tambahan dan perpanjangan waktu lagi!"
"Kau sudah mengatakan hal yang sama dari kemarin astaga!"
"Kau selalu saja bisa meminta perpanjangan waktu yang tak kira-kira masalahnya Tuan Takamasa!"
"Hahaha.. tapi kau selalu memberikannya bukan?" Seru Carlos, "Tenanglah, aku berikan tepat waktu sebelum akhir minggu oke? Iya, baiklah."
Setelah mematikan ponselnya, Carlos mandi, dan bergegas menuju klub malam, untuk memberikan penghargaan atas dirinya sendiri. Sudah hampir seminggu lebih dia tidak dekat dengan wanita yang biasa menyentuhnya. Maksudnya, dia belum sempat menemui para wanita-wanitanya di klub.
Carlos sendiri tidak menyangka kalau Rhea benar-benar menjauhinya.
Sempat beberapa kali Carlos ingin meneleponnya hanya sekedar untuk menanyakan kabar dan ingin mendengar suaranya yang selalu membuat debar jantungnya berdegup tak keruan.
Bahkan dia lupa bagaimana cara yang sudah dilakukannya untuk mencium Rhea. Bibir lembutnya dan seulas senyum yang mengembang setelah dicium oleh Carlos benar-benar selalu terbayang dalam pikirannya.
Rhea sendiri juga mengatakan tidak keberatan bahwa Carlos bukanlah seorang perjaka. Padahal Carlos hanya mengarang saja, dan dia belum pernah melakukan hal terlarang semacam itu. Karena dia tidak mau disamakan dengan ayahnya.
Masuk ke dalam klub favoritnya, Carlos bertemu dengan wanita-wanita yang selalu menjadi langganannya. Ya maksudnya adalah langganan teman minum dan sekaligus mantannya beberapa di antara mereka.
"Carlos, ini kejutan yang menyenangkan sekali, Sayang," kata seorang wanita dari tiga orang yang sedang berkerumun itu, "Ku kira kau sudah menikah!"
Seharusnya, batin Carlos. Jika Rhea tidaj membenciku, aku sudah menikah dengannya mungkin.
"Berikan aku yang biasa," kata Carlos kepada wanita yang lainnya.
"Kau yakin? Aku baru saja mendengar ada yang baru, Los, dan lebih enak dari whiskey yang biasa kau pesan."
"Tidak perlu, aku butuh yang biasa saja, Sayang," jawab Carlos sambil mengecup pipi kanan wanita tadi.
"Baiklah kalau begitu," jawabnya sambil membalas ciuman Carlos tadi pas di bibirnya.
-----
Rhea sudah mulai tenang, dan mereka sampai di Bandung tepat jam delapan malam. David pun membawa Rhea ke klub tempat biasa Carlos datangi.
"Kau yakin Carlos ada di dalam sini?" Tanya Rhea tak yakin.
"Tentu saja. Kau bisa melihat mobil Carlos terparkir jelas disana kan?" David menunjuk sebuah mobil yang biasa dan familier di bagi Rhea. "Iya kan? Cepatlah masuk, dan temui dia."
"Kau?"
"Aku juga ikut ke dalam Rhe. Tenang saja."
Rhea mengangguk. Tempat remang-remang itu benar-benar membuatnya pusing. Apa lagi saat lampu kelap-kelip itu berputar-putar. Di tengah-tengah klub itu, terdapat sebuah bartender, dan Rhea tahu jelas siapa lelaki yang duduk disana.
Tidak, Rhea tidak sedih sama sekali melihat pemandangan itu. Pemandangan dimana Carlos di kerumuni oleh tiga orang wanita dengan pakaian kurang bahan yang sangat ketat. Rhea pun mendekati Carlos, dan mengambil puntung rokok yang di pegangnya di sela-sela jarinya.
"Aku sudah bilang kalau aku tidak suka bau rokok!" Seru Rhea, "Kenapa kau masih saja merokok?!"
Carlos terkejut mendengar suara yang sudah seminggu ini di tunggu-tungguhnya. "Rhea?"
"Astaga, ini kekasih barumu, Carlos?" Tanya wanita yang ada di sebelah kanannya, "Tidak buruk. Aku wanita Carlos juga, ah, dan aku nomor 17, kau sendiri nomor berapa?"
Apa? Nomor? Batin Rhea, wajahnya mengkerut. Sementara Carlos khawatir kalau Rhea akan kabur.
"Iya, aku juga wanitanya, aku nomor 9 untuknya. Sementara dia," wanita itu menunjuk sebelahnya, "Karena masih baru, jadi dia nomor 23. Kau sendiri ada di nomor yang ke berapa untuk Carlos?"
Rhea bukanlah perempuan yang tidak berpendidikan layaknya tiga wanita malam di hadapannya ini. Sehinggs Rhea tesenyum dsn menarik nafas. "Aku tidak tahu aku ada di nomor yang ke berapa untuk Carlos. Tapi yang pasti, aku akan menjadi perempuan terakhir untuknya, meskipun aku harus berada di angka terakhir sekalipun."
Carlos menarik satu sudut bibirnya, "Kalian bertiga bisa tinggalkan kami sebentar?"
"Baiklah," jawab mereka bergantian lalu meninggalkan cap bibir mereka satu-satu si pipi kanan dan kiri Carlos. Detik berikutnya, Carlos menghapus semua cap bibir tersebut lalu memandang Rhea ketika dia sudah selesai menghapus cap bibir itu.
"Ada yang ingin kau katakan?"
Rhea mengangguk, "Tapi bisa kita ke suatu tempat yang lebih sepi?"
Carlos mengangguk. "Kita ke sana," Carlos menunjuk sebuah ruangan yang kedap suara yang sudah di sewa Carlos juga. "Bicaralah sekarang."
Rhea menghela napasnya.
"Pertama, aku ingin memberitahumu kalau ayahmu sudah di operasi, dan aku mau kau meminta maaf padanya atas perlakuanmu," katanya cepat.
"Tapi ke--"
"Stop! Tidak ada penyelaan." Rhea melanjutkannya lagi, "Dua, aku sudah dengar semuanya dari Alex, dan aku pun juga menyukaimu, Los. Sangat menyukai, tidak, aku sangat mencintaimu. Aku tidak peduli sudah berapa banyak wanita yang kau tiduri, dan ajak melakukan kesenangan pribadimu itu, tapi aku akan selalu mencintaimu. Dan terakhir, aku akan kembali ke Perancis lusa nanti. Jadi kurasa hubungan pura-pura kita juga akan berakhir."
Carlos bergeming. "Apa?"
"Iya, kita akhiri semua kebohongan kita, dan kembali ke pekerjaan dan dunia kita masing-masing. Bukankah itu yang kau mau?" Tanya Rhea.
"Tapu Rhe..."
"Los," potongnya, "Aku sudah bilang pada Papa kalau ini semua hanya kebohongan, jadi aku mohon, jangan membuatnya lebih sulit dan membingungkan dari ini lagi, Carlos.."
Air mata Rhea mulai jatuh. Dia tidak sanggup untuk menahannya lagi setelah berhasil mengatakan semua yang harus disampaikannya kepada lelaki yang dicintainya ini.
Carlos memeluk Rhea, tanpa perlawanan, Carlos berhasil memeluknya dengan erat, dan mengecup lembut keningnya.
"Sampai kapan kau akan berada disana?"
"Akhir musim pertandingan, sesuai kontrak."
"Pergilah, Rhe. Aku akan menunggumu," kata Carlos lembut, nyaris seperti bisikan yang sangat indah di telinga Rhea, "Aku akan menunggumu dari sini, dan segera menikahimu setelah kau kembali dari Perancis."
Rhea menengadahkan kepalanya, melihat Carlos lekat-lekat. Tanpa kebohongan dan sorot mata yang tulus.
"Aku sangat mencintaimu, dan aku tidak mungkin membiarkanmu jatuh hati ke laki-laki yang lajn lagi. Mengerti?"
Rhea tersenyum, dia berjinjit sedikit untuk mencapai bibir Carlos, "Je t'aime, Los. Aku mencintaimu."
"I love you even more, Dear," balasnya sambil mengusap puncak kepala Rhea dan mengencupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Drama and The Racer Girl
General FictionCarlos Takamasa, a succesful script writer which had dated so many celebrities and actress. Hates his father very much and does not had any interest in marriage until he met Rhea Andrina, the racer girl, which was famous for her achievement in the c...