Dini hari, 22 Juli 1941, 250 km dari perbatasan Moskow. Tentara Jerman mengirimkan ratusan pesawat tempur dan pembom untuk membumihanguskan Moskow. Tapi kali ini pasukan Uni Soviet sudah siap akan serangan itu, mereka menyiapkan ratusan Dushka, senjata berat anti pesawat pembom. Ribuan balon udara raksasa berisi gas helium diterbangkan setinggi 1000 meter - 2000 meter untuk menghalangi pesawat pembom yang lewat, balon-balon udara itu berfungsi sebagai ranjau, sedikit saja percikan api maka balon udara itu akan terbakar.
Terdengar bunyi sirine menggaung di penjuru Moskow, warga sipil diperintahkan segera bersembunyi di bunker. Wajah-wajah penuh ketakutan dan kepanikan terlihat di wajah penduduk Moskow. Ludmila dan semua penghuni rumahnya juga bersembunyi di ruang bawah tanah, mereka semua saling berpelukan untuk saling menguatkan. Sementara pasukan Uni Soviet bersiap di tempat perlindungan mereka masing-masing.
Tumpukan karung-karung pasir adalah satu-satunya perisai mereka dari ratusan pesawat pembom milik tentara Jerman yang mulai mendekati langit Moskow.
Yuriy mengarahkan pandangannya menuju langit, kedua tangannya memegang teropong, "Arahkan Dushka 700 ke arah jam 1! Tunggu perintahku sebelum menembak!" perintah Yuriy pada rekan satu timnya, Maxim dan Sasha yang bertugas menjatuhkan pesawat-pesawat pembom milik Jerman yang mulai terlihat mendekati langit Moskow.
Maxim bertugas menembakkan Dskh 1938 (Dushka), senjata mesin caliber 12,7 x 109 mm yang memiliki panjang 1625 mm dan panjang larasnya 1070 mm dengan berat badan senjata 34 kg sedangkan berat keseluruhan senjata termasuk alas, tripod dan perisai seberat 157 kg. Dengan badan Maxim yang besar dan kekar, dia bisa menahan hentakan Dushka yang cukup kuat ketika memuntahkan pelurunya.
Sementara Sasha bertugas mengurai amunisinya, memastikan tidak ada peluru yang macet ketika ditembakkan dan senjata mereka tidak kekurangan amunisi.
Hitler mengirimkan 100 pesawat tempur Henschel Hs 129 B-1 dan 32 pesawat pembom Blohm & Voss BV 142 V1 untuk menghancurkan pertahanan perbatasan Moskow, masing-masing pesawat pembom itu bermuatan bom seberat 250 kg. Yuriy melihat dari kejauhan pesawat-pesawat itu mulai berdatangan, dia bersiap-menghadapi serangan itu.
Sebuah pesawat tempur yang bertugas mengawal pesawat pembom tampak mendekati tempatnya bersembunyi. Pesawat berwarna abu-abu itu bermanuver ke arah kanan menghindari jebakan balon udara. Pesawat itu mulai mendekat.
"Tahan tembakanmu!" perintah Yuriy pada Maxim.
Mareka bertiga menahan nafasnya dan tampak tegang menunggu pesawat tempur itu masuk jarak tembak. Dan ketika pesawat itu berada pada jarak tembak, Yuriy berteriak.
"TEMBAAAKKK!!!"
Seketika itu juga senjata berat itu memuntahkan pelurunya untuk menghadang peluru yang ditembakkan oleh pesawat tempur berlambang swastika itu. Tembakan Maxim terlihat mengenai sayap pesawat itu hingga sayap pesawat itu patah, terbakar dan mulai mengepulkan asap.
Pilot yang mengemudikannya tidak mampu lagi menguasai pesawatnya kemudian pesawat itu menabrak balon udara yang ada di depannya. Api dari pesawat dan gas helium dari balon udara itu kini berpadu hingga membuat ledakan dahsyat di udara. Hingga akhirnya puing pesawat itu jatuh menghantam tanah sebelum sempat memasuki Moskow.
"MEREKA DATANG LAGI!!! ARAHKAN SENJATA 600 KE ARAH JAM 11!!!" Yuriy kembali berteriak.
Lengan Maxim yang kekar terlihat memutar senjata berat itu dan mengarahkannya ke pesawat yang kembali datang. Otot tangan dan lehernya terlihat jelas ketika dia berusaha menahan tiap hentakan Dushka.
Pesawat itu kembali mendekat sambil menembakkan peluru-pelurunya, Maxim membalas serangan itu dengan rentetan tembakan. Tapi tiba-tiba Yuriy melihat ada pesawat lagi yang datang dari arah belakang pesawat musuh yang sedang dihadangnya dan pesawat tempur itu juga menembakkan senjatanya ke arah tumpukan karung pasir tempat mereka bertiga berlindung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Ficción histórica“PUTRI JENDERAL YANG CACAT” Ludmila Khrushcheva menghabiskan hidupnya untuk membenci ayahnya yang membuangnya dan menyebabkan kematian ibunya Ketika sebuah cinta dari seorang prajurit bernama Yuriy menyapa hatinya Ludmila hanya membisu, hatinya diam...