A Cripple Girl Named Ludmila Part 2

401 26 0
                                    

Vesna, April, 1940

Danau Senezh, Solnechnogorsk, Uni Soviet

Langit biru yang terlihat jernih dengan deretan awan-awan putih bak kapas, burung-burung mulai berkicau dan saling bersahutan di dahan pohon-pohon di tepi danau Senezh. Sebuah vila 1 lantai berwarna putih tampak berdiri kokoh di tepi danau yang airnya jernih. Di salah satu ruangan di vila itu, lebih tepatnya di dapur, tampak seorang gadis kecil berusia 10 tahun yang berambut ikal kemerahan, gadis kecil itu terlihat sedang asyik memberi makan ikan hias kesayangannya di sebuah toples bening berukuran besar.

Di sampingnya terlihat seorang gadis bertubuh ramping dengan tinggi 172 cm, berusia 20 tahun, bola matanya yang berwarna coklat muda terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerak ikan di dalam toples. Sebuah senyuman tampak tersungging di bibirnya yang berwarna sama dengan buah peach, kini bola mata indah itu melirik gadis kecil di sampingnya, gadis cantik itu berkata.

"Ikanmu sudah besar, sepertinya sudah waktunya untuk digoreng."

"Tidak! ... Afrodita bukan makanan ... Nona Ludmila kau jahat!" bibir mungil gadis kecil itu tampak cemberut, kedua tangannya spontan memeluk toples untuk melindungi ikan hias kesayangannya yang dia beri nama dewi kecantikan Afrodita.

Ludmila tertawa kemudian melanjutkan keisengannya mengganggu gadis kecil itu, "Afrodita terlihat gemuk ... bagiku dia kelihatan lezat di atas piring dengan saus orange dan irisan daun parsley."

"Babushka Nona Ludmila mau makan ikanku!" gadis kecil itu berteriak semakin keras, dia berusaha meminta tolong pada neneknya.

Seorang wanita tua berusia 55 th bernama Darya hanya tersenyum melihat tingkah laku cucu dan nona majikannya, tapi dia tidak melakukan apa-apa untuk melerai keduanya karena kedua tangannya sibuk memecah telur ayam yang kemudian dimasukkan ke dalam wajan yang berisi potongan jamur dan daging asap.

"Nona Ludmila ayo cepat duduk di kursimu, sarapannya sudah siap," perintah Darya pada nona majikannya. "Olya, di teko ada susu hangat, tolong tuangkan ke dalam gelas Nona Ludmila, hati-hati tekonya masih panas, gunakan kain," lanjutnya sambil memandang cucunya yang bernama Olya.

Ludmila dan Olya segera mematuhi perintah Darya, mereka berdua segera meninggalkan ikan hias yang masih asyik berenang di dalam toples.

Krek ... krek ... krek, terdengar bunyi dari penyangga besi di kaki kiri Ludmila setiap kali dia melangkah. Bunyi derit logam yang saling bergesekan pada bagian baut di bagian samping kanan dan kiri lututnya. Bunyinya seperti suara biola yang salah gesek, tapi tidak ada seorangpun yang merasa terganggu. Mungkin karena penyangga besi itu sudah menopang kaki kirinya selama hidupnya.

Perlahan gadis berambut ikal berwarna coklat terang sebahu itu mendekati kursi makan, tangan kanannya bertumpu pada meja sedang tangan kirinya berpegangan pada sandaran kursi makan, baru kemudian dia duduk di kursinya. Bunyi gesekan logam itu terdengar semakin keras ketika gadis itu menekuk lutut kirinya.

Sementara Olya segera mengambil susu segar yang masih hangat kemudian menuangkan susu hangat itu ke dalam gelas milik Ludmila.

"Terima kasih, Sayang," bisiknya pada gadis kecil berusia 10 tahun itu.

Tangan Darya yang gemuk segera mengambil piring kosong yang kemudian dia isi dengan beberapa potong buncis dan wortel yang masih segar. Telur mata sapi setengah matang dengan potongan jamur dan daging asap juga dia tambahkan ke dalam piring, kemudian Darya segera menyajikan piring itu di depan Ludmila.

"Spasibo Nyanyushka," Ludmila mengucapkannya sambil tersenyum kemudian tangannya sibuk mengambil roti gandum yang sudah diolesi dengan mentega.

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang