9 : Maling

3.7K 287 0
                                    

"Kenapa pumpkin?" Tanya Nolan yang duduk disebelahku.

Aku masih tidak menyangka bahwa Lian sekolah disini. Siapa gadis itu? Pacarnya? Temannya? Sahabatnya?

Jadi perjuangan aku sia sia gitu?

Sekolah masih sepi karena masih pagi. Aku menarik Nolan keluar kelas. Karena hanya ada aku dan Nolan dikelas.

Aku duduk didepan kelas menikmati angin pagi karena kelasku bertepatan dengan outdoor.

"Kemarin aku sudah bilang kok ke ayah," ujar seseorang.

Itu Lian! Dengan gadis kacamata itu.

Jadi benar mereka pacaran?

Lian mengacak rambut gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum. Keberadaanku sudah tergantikan ya?

Aku memeluk Nolan erat. Aku tidak sanggup jika harus melihat orang yang aku perjuangkan selama ini malah bersama orang lain.

Saat aku merasa Nolan mengusap punggungku saat itu juga air mataku mengalir. Disaat aku ingin menyerah, kenapa dia datang ke kehidupanku?

"Ada apa pumpkin?" Tanya Nolan mengusap rambutku.

Aku hanya diam dan memeluk erat Nolan. Hingga air mataku berhenti mengalir dan aku melepaskan pelukan itu lalu menyekanya kasar.

Dan disitulah aku melihat, tidak jauh dari tempat dudukku, Lian dan gadis itu sedang bercanda.

Dulu gue pernah merasakan jadi gadis itu, apakah gue ga bisa merasakannya lagi?

Aku menghela nafas kasar.

Lelah.

Kata itu yang sering terucap dibenakku. Lelah memperjuangkan, lelah bertahan. Toh, orang yang diperjuangkan saja tidak peduli.

Aku berdiri lalu berjalan menuju mereka seraya menggenggam tangan Nolan erat.

Aku butuh kepastian.

"Hei," sapaku.

Dan tawa mereka berhenti begitu saja.

"Hei," sapa gadis berkacamata itu.

Aku tersenyum, "kalian pacaran?" Tanyaku pelan.

Mereka saling pandang. Pandangan penuh arti. Aku dapat melihat itu. Aku tersenyum miris lalu tersentak hingga suara seseorang membuatku ingin menonjoknya.

"Kak Autumnnnnn yohooooo!"

Aira.

Kampret.

Aira berlari ke arahku lalu memelukku erat tapi pandangannya berhenti di seseorang.

Lian.

Dia tahu Lian.

Seketika pelukkan Aira dari diriku terlepas. Aku sempat mendengar dia bergumam, "sial."

Aira menatap Lian dan gadis berkacamata itu datar. Lalu dia menarikku pergi, "ayo kak pergi aja."

Akhirnya Aira menyeretku pergi hingga pasangan itu tak lagi terlihat.

"Kenapa sih Ra?" Tanyaku mulai kesal.

Aira menghentikkan langkahnya lalu menatapku tajam, "itu Mason Julian kan?" Desisnya.

Aku mengangguk ragu, "dan dia pacaran?" Tanya Aira tak percaya.

Pacaran? Haha i guess.

"Sepertinya."

"Dasar playboy. Lagian kakak itu bodoh banget sih! Mau aja nunggu Lian yang ew banget. Astaga, dia pernah berjanji kepada kakak dan sekarang dia pacaran?" Tanya Aira tak percaya.

Love for AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang