CHAPTER FOUR

51 3 1
                                    

(Ryo Naruse story)

Lima hari menjelang kematian... (Minggu, 25 Agustus 2014)

"Konon, setiap manusia mempunyai tujuh kembaran di dunia ini. Enam diantaranya adalah yang hidup di sekitarmu, dan satunya lagi adalah KEMATIANMU. Jika kau menemukan salah satunya, maka kematian semakin dekat padamu." Ryo membaca kalimat itu secara berulang-ulang dengan perasaan resah. Kemudian, ia membaca lanjutan dari puisi Jerman klasik itu pada bait berikutnya"Hanya ada dua dari mereka yang akan menjadi PEMENANG melawan maut."
Ia menutup bukunya dan memandang keluar jendela. "Kalau dihitung-hitung, sekarang tinggal tersisa lima hari lagi! Apa shinigami bodoh itu bercanda?"

"Daripada memikirkan hal-hal yang tidak perlu, bukankah lebih baik kau menggunakan sisa waktumu dengan hal yang lebih bijaksana lagi, Naruse-san?!"
Ryo terbangun dari lamunannya. Si shinigami cerewet itu lagi.
"Mau apa kau?" Tanyanya. Shinigami itu tampak tak senang dengan reaksinya.
"Aku kan datang kesini baik-baik! Setidaknya sambutlah aku dengan baik!" Jawabnya. Ryo mendecakkan lidah.
"Kalau datang tanpa permisi itu namanya datang secara tidak sopan!" Tukasnya. Shinigami itu mendesah.
"Kau tahu Naruse-san. Waktumu bahkan hanya tersisa lima hari lagi! Kau tak ingin melakukan sesuatu yang spesial sebelum kematianmu? Atau memenuhi keinginanmu yang belum tercapai atau semacamnya?" Tanya shinigami itu. Ryo menatapnya dengan tatapan jengkel.
"Dengar ya, tuan shinigami. Aku sekarang sudah sukses! Semua sudah kucapai dalam hidupku!" Jawabnya. Lalu shinigami itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku bagian dalam jasnya.
"Bagaimana dengan gadis ini? Apa tidak ada yang ingin kau sampaikan padanya?" Tanya shinigami itu sembari memegangi selembar foto. Fotonya dan Shiori. "Aku dengar gadis ini sangat frustasi menunggu lamaran darimu dan kau bahkan tidak ingin menyampaikan apapun padanya? Kau ini memang benar-benar kejam ya!" Lanjut shinigami itu. Ryo menghela napas dengan berat.
"Mana mungkin aku menikahinya jika aku akan mati dalam waktu lima hari dari sekarang! Lagian juga aku tidak ingin terburu-buru. Bukannya aku tidak ingin menikahinya. Hanya saja...aku takut kalau kami akan berubah...itu saja!" Jelasnya. Shinigami itu mendekat padanya.
"Tapi meninggalkannya tanpa kepastian begitu bukanlah hal yang bijaksana!" Jawabnya. Ryo menundukan kepalanya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia lalu memandang shinigami itu.
"Jadi menurutmu apa yang harus kulakukan?" Tanyanya. Shinigami itu tersenyum.
"Untuk seseorang yang spesial harusnya kau mampu memikirkannya sendiri!" Ucap shinigami itu lalu menghilang.
"Hei! Hei! Ah...dasar si bodoh yang tidak bertanggung jawab!" Umpatnya. Dia kembali termenung. "Lima hari lagi! Apakah aku akan jadi bagian dari empat pecundang yang kalah melawan kematian?" Batinnya. Ryo menghela napasnya dengan berat. Lelah.

~~~

(Kouta Fujioka story)

Lima hari sebelum kematian... (Sabtu, 24 Agustus 2014)

Kouta sedang tertidur karena pengaruh obat yang baru saja dikonsumsinya. Perlahan ia membuka matanya. Terjaga. Ia memandangi langit-langit kamar yang berwarna putih. Kepalanya terasa pusing.
"Apa aku mengganggumu, Fujioka-san?"
Kouta menoleh ke samping kirinya.
"Berapa lama lagi waktunya?" Tanya Kouta pada shinigami itu. Shinigami itu pun mengeluarkan jam sakunya dan menunjukkannya pada Kouta.
"Waktumu tersisa lima hari dari sekarang!"
Kouta memandangi langit-langit. "Lima hari ya?" Ucapnya lemah.
"Apakah ada yang kau rencanakan dalam lima hari terakhir hidupmu, Fujioka-san?" Tanya shinigami itu. Kouta tersenyum.
"Hmm...entah kenapa aku jadi ingin menghabiskan waktu bersama keluargaku. Aku rindu rumah!" Jawabnya. Shinigami itu mengangguk.
"Begitu ya? Ada rencana lain?" Tanya shinigami itu lagi.
Kouta berpikir sejenak. "Aku ingin menemui E-chan." Jawabnya. Shinigami itu mengerutkan dahi.
"E-chan?"
Kouta tersenyum. "Aku ingin berterima kasih padanya dan aku...ingin minta maaf karena terlalu banyak mengecewakannya." Lanjut Kouta. Shinigami itu mengangguk paham.
"Jadi, apa yang hendak kau lakukan untuk memenuhinya?" Tanya shinigami itu.
"Jika esok aku benar-benar pulih, aku ingin pulang ke rumah. Berkumpul bersama keluargaku, makan masakan ibu, bermain perahu angsa di danau, mengajak Bon jalan-jalan, dan menemui E-chan. Tapi jika masih begini, maka aku akan pulang lusa. Lagian aku juga sudah bosan di sini!" Jelas Kouta. Shinigami itu tersenyum.
"Kau benar-benar merencanakan sisa harimu dengan baik ya!"
Kouta tersenyum. "Aku ingin membuat sebuah "kematian yang indah"." Jawabnya. Shinigami itu tampak bingung.
"Kematian yang indah? Aku salut! Jarang sekali loh ada manusia sepertimu!" Ucap shinigami itu dengan nada takjub. Kouta tersenyum.
"Karena aku tidak ingin melihat keluargaku meratapi kematianku sebagai suatu kemalangan. Aku ingin mereka mengenangku dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa sedih yang mendalam." Jelas Kouta. Shinigami itu tersenyum.
"Kalau begitu, nikmatilah sisa harimu dengan menyenangkan ya, Fujioka-san!" Ucap shinigami itu lalu menghilang. Kouta kembali memandangi langit-langit kamar dan tersenyum.

~~~

(Naruse Ryo story)

Senin, 26 Agustus 2014, empat hari menjelang kematian...

Ryo membaca berkas-berkas yang ada di mejanya seperti biasa. Tiba-tiba handphonenya berdering. Nama kakaknya terpampang di layar handphonenya. Ia tersenyum lalu mengangkat telepon itu.
"Hi, kak!" Jawabnya.
"Apakah kau sedang sibuk saat ini?" Tanya suara di seberang sana.
"Aku sedang tidak sibuk. Ada apa, kak?" Tanyanya.
"Aku hanya ingin bertemu Ryo saja. Kalau kau tidak sibuk datanglah mengunjungiku! Kau sudah jarang sekali mengunjungiku sekarang ini!"
Ryo tertawa kecil. "Hey, aku bahkan baru saja mengunjungimu beberapa hari yang lalu!" Jawabnya. Suara di seberang sana terkekeh.
"Habisnya aku kangen banget sama Ryo! Datang yah!"
Ryo masih terbahak. "Ya...ya...baiklah. Aku akan melaksanakan segala yang tuan puteri Makiko minta. Nanti siang aku akan ke sana." Jawab Ryo dengan nada bercanda. Suara di seberang sana tertawa lepas.
"Aku tunggu ya. Awas saja kalau kau tidak datang!"
Ryo tertawa. "Iya...iya...sudah dulu ya, kak. Dah!" Jawabnya lalu menutup telepon. Ia lalu mengambil tasnya dan bergegas menuju rumah sakit.
~~~
Sesampainya di rumah sakit, Ryo pun memasuki ruangan kakaknya secara diam-diam, lalu mengejutkannya dari belakang.
"Ah Ryo, kau membuatku jantungan!" Ujar kakaknya. Ryo tertawa terbahak-bahak lalu mengganti bunga lama di vas dengan bunga baru yang dia beli.
"Tuh, ada semangka di kulkas. Sudah dipotong-potong. Tinggal makan saja! Panas-panas begini enaknya makan semangka dingin, kan?" Ujar kakaknya. Ryo menuju kulkas dan mengambil bebarapa potong semangka dan meletakkannya di piring.
"Ahhh, sayang sekali! Semangkanya banyak bijinya. Jadi aku tidak bisa memakannya. Kalau begitu, aku menyuapimu saja, kak!" Jawab Ryo sembari menyuapkan semangka ke mulut kakaknya. Kakaknya tertawa dan kemudian melahap semangka itu.
"Kau masih ingat saja! Padahal waktu itu aku hanya menjahilimu loh!" Ujar kakaknya sembari terkekeh. Ryo menyuapi potongan baru lagi.
"Kau benar-benar jahat! Aku bahkan jadi takut makan semangka sampai sekarang!" Jawab Ryo dengan nada merajuk yang dibuat-buat. Kakaknya terkekeh.
"Habisnya Ryo cengeng sih. Jadinya sangat menyenangkan untuk mengganggumu!" Ucap kakaknya. Ryo tertawa kecil.
Ia menoleh ke arah itu. Tiba-tiba saja pandangan matanya terpaku pada sosok yang baru saja lewat itu. Pemuda itu!
Ryo lalu kemudian meletakkan piring semangka itu dan bergegas berdiri.
"Kak, aku harus pergi sekarang!" Ucap Ryo. Kakaknya terlihat terkejut.
"Eh? Kenapa buru-buru?"
"Klienku mendadak memanggilku." Dustanya. Kakaknya nampak kecewa.
"Kalau begitu hati-hati ya."
Ryo mengangguk dan langsung bergegas mengejar pemuda itu.

Ia berlari menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari pemuda itu. Pandangannya lalu terkunci ke suatu arah. Ah, itu dia!
Ryo lalu bergegas berlari menuju pemuda itu.
"Permisi. Apa kau yang bernama Fujioka-san?" Tanyanya. Pemuda itu menoleh.
"Ya, benar." Ucap pemuda itu. Ryo mebelan ludahnya. Memberanikan diri untuk bicara.
"Bisa kita berbicara sebentar?" Tanya Ryo. Pemuda itu mengangguk.
~~~
Mereka berdua kini berada di taman rumah sakit. Berbincang satu sama lain.
"Jadi, shinigami itu mendatangimu juga?" Tanya si Fujioka itu. Ryo mengangguk lemah.
"Dia bilang waktuku hanya seminggu saja untuk hidup! Yang benar saja si idiot itu!" Ujar Ryi kesal. Pemuda itu hanya tersenyum.
"Apa yang sudah kau rencanakan untuk sisa waktumu?" Tanya pemuda itu. Ryo mengerutkan dahi. Pemuda itu tertawa.
"Hey, Naruse-san. Apa kau tidak ingin meninggalkan sebuah kesan baik sebelum kau meninggal?" Tanya pemuda itu.
"Kesan baik?" Tanya Ryo. Pemuda itu tersenyum.
"Maksudku, agar orang-orang di sekitarmu dapat mengenangmu dengan baik. Apa tak pernah terpikir soal itu?" Tanyanya. Ryo mengerutkan bibirnya.
"Jangankan soal begituan. Mikirin matinya saja tidak pernah!" Pemuda itu tertawa lalu memandangi langit.
"Kau tahu, Naruse-san? Kematian akan tiba kapan saja pada setiap manusia. Mau tidak mau kau harus siap menghadapinya bukan? Apa kau tidak pernah memikirkan untuk memiliki suatu kematian yang indah?" Ujar pemuda itu.
"Kematian yang indah?"
"Hmm..." ucapnya sembari mengangguk. "Kematian yang indah adalah sebuah kematian...dimana semua orang dapat mengenangmu dengan baik dan meratapimu tanpa penyesalan." Lanjutnya. Ryo memandangi pemuda itu lekat.

Kematian yang indah? Apakah itu...benar-benar ada?

DOPPLEGANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang