(Ryo Naruse story)
"Konon, setiap manusia memiliki tujuh kembaran di dunia. Enam yang hidup di sekitar kita dan yang satunya lagi adalah...KEMATIANMU. Jika kau menemukan salah satunya, maka kau semakin dekat dengan kematianmu."Ryo membaca kalimat itu dengan pandangan menerawang, mata dan pikirannya seakan terpaku. Berpikir seakan-akan suatu saat kematian datang padanya. "jika saja aku menemukan kematia nku, apa yang akan kulakukan? Apa reaksiku?" Batinnya dalam hati. Dia pun menutup buku sastra Jerman klasik yang sudah dibacanya selama beberapa hari dan melirik jam tangannya.
"Ahhh...Sudah waktunya ya?" Gumamnya pada diri sendiri. Dia mengambil tas jinjingnya dan bergegas keluar dari ruangannya. Kemudian ia, sejenak menunduk ke arah sekretarisnya dan menitipkan pesan.
"Suzuki-san, jika ada yang datang ingin konsultasi, suruh saja datang esok hari ya." Ucapnya. Sekretarisnya pun tersenyum sembari mengangguk kecil.
"Ahh...Kau pasti akan menemui kakakmu seharian penuh ini ya, Naruse-sensei?" Ucapnya. Ryo tersenyum.
"Ya. Hari ini hari ulang tahunnya. Aku juga akan merayakannya bersama Shiori-san" ucapnya. Sekretaris pria berusia paruh baya itu tertawa jahil.
"Wah wah...semacam pertemuan keluarga ya, sensei?" Selorohnya. Naruse hanya tertawa.
"Sudah...sepertinya aku akan sedikit terlambat. Aku harus membeli bunga dan menjemput Shiori-san. Kasihan jika dia harus menunggu lama. Sampai jumpa besok!" Ucapnya sembari berlalu.~~~
Ryo lalu tiba di toko bunga langganannya dan memarkirkan mobilnya di depan toko dan memasuki toko bunga itu.
"Ah, Naruse-san. Sudah lama tidak pernah kelihatan. Sibuk sekali ya?"
"Sepertinya begitu, mbak!" Ucap Ryo sembari tersenyum . Pelayan toko itu pun mengangguk mengerti.
"Bunga yang biasa, 'kan?" Ucapnya. Ryo mengangguk. Pelayan toko itu mulai menganbil beberapa tangkai bunga daffodil kuning favorit kakaknya dan mulai membungkus bunga itu. Ia menunggu sembari melihat bunga-bunga yang lain. Namun, tiba-tiba saja sesuatu yang berwarna hitam mulai berjatuhan dari atap. Dipungutnyalah salah satu dari benda hitam yang jatuh tersebut.
"Bulu gagak?" Gumamnya bingung. Ia mengerutkan dahi "rasanya toko bunga ini tertutup. Darimana seekor gagak bisa masuk dan terbang bebas seenaknya." Batinnya.
"Ryo Naruse-san. Selamat!"
Ryo terkejut, tiba-tiba saja ada suara menggema yang memanggilnya. Sejenak ia merinding sekaligus heran. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan tepukan di bahunya. Ia menoleh ke belakang.
"Maaf mengejutkanmu. Bunganu sudah siap, Naruse-san." Ucapnya sopan sembari menyodorkan sebuket bunga. Ryo mengambil buket itu dan mulai merogoh dompetnya masih dalam keadaan bingung dan terkejut. Pelayan toko itu mengerutkan dahi saat menatapnya. Ryo mendongak dan menyodorkan uangnya pada pelayan toko dan menatap gadis itu dengan bingung.
"Ada apa, mbak?" Tanyanya.
"Sepertinya kau terlihat bingung. Apakah ada yang mengganggumu, Naruse-san?" Tanyanya sopan. Aku menggeleng.
"Tidak ada. Tapi bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanyanya.
"Tentu saja boleh." Jawabnya sopan.
"Apakah tokomu memelihara burung gagak?" Tanyanya. Pelayan itu tertawa keras.
"Hahahahah...Apakah toko kami semengerikan itu sampai Anda berpikir begitu?" Jawabnya sopan sembari tertawa kecil.
"Tapi tadi bulu-bulunya..." Ucapnya. Namun tiba-tiba terhenti, "kemana bulu-bulu gagak yang tadi?" Batinnya sembari melihat ke bawah.
"Bulu-bulu apa, Naruse-san?" Tanya pelayan toko itu dengan wajah yang kebingungan. Ryo pun tersenyum lalu menggeleng.
"Ahhh...tidak. Mungkin aku hanya terlalu lelah saja, jadi pikiranku tidak fokus. Ngomong-ngomong terima kasih ya, mbak!" Ucapnya lalu membungkuk.
"Sering-sering mampir lagi ya!" Ucap si pelayan toko sembari tersenyum. Ryo pun membalas dengan senyuman kecil dan berlalu.~~~
Ryo masih saja terus-terusan memikirkan peristiwa aneh yang menimpanya di toko bunga itu dan mengemudi dengan tatapan menerawang dan sama sekali dalam keadaan tidak fokus. Apa maksud dari semua itu?
Ia pun lalu menggelengkan kepalanya dan mulai berkonsentrasi. Tiba-tiba saja ada yang menyebrang jalan dengan sangat dekat. Ia pun mengerem mendadak. Nyaris saja dia menabrak orang. Dia pun membuka jendela mobilnya dan melongok keluar.
"Mas, gapapa kan?" Ucapnya dengan nada khawatir. Pejalan kaki itu terlihat kesal.
"Lain kali hati-hati dong, mas! Syukurlah aku tidak apa-apa!" Ucapnya kesal.
"Aduh, maaf ya, mas." Ucapnya sembari menunduk ke arah pejalan kaki itu. Pejalan kaki itu pun berlalu kemudian mengangguk dan berlalu.
"Duh, sial! Hampir saja aku membunuh orang tadi! Fokus, Ryo! Fokus!" Batinnya. Ia pun mulai melanjutkan perjalanannya menuju kafe tempat Shiori bekerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
DOPPLEGANGER
FanficWARNING: THIS IS AN OHNO CENTRIC FIC :) Characters: Shinigami no.413 Ryo Naruse Kouta Fujioka Satoshi Ohno (cameo in the final chapter) Tatsuya Fujiwara (cameo in the final chapter) languange: bahasa POV: author's POV