Chap 2 He loves her

1.3K 103 0
                                    

"Senang bekerja sama dengan anda, Pak Bian."

"Saya juga senang bekerja sama dengan anda, Pak Radit"

Kami saat ini berada di restoran untuk bertemu client. Dan kerjasama telah diresmikan.

"Kita makan disini atau kamu mau cari restoran lain?" Pak Bian bertanya lembut padaku. Sama sekali tidak sesuai image nya maupun gosip-gosip yang beredar di kantor.

"Terserah bapak saja," jawabku bingung.

"Baiklah kita disini saja. Kamu mau pesan apa?" Kami memilih duduk di dekat jendela. "Pelayan?!" panggilnya.

Aku melihat daftar menu yang membuatku bingung, dari bahasanya saja aku tidak mengerti. Apa tidak ada nama yang biasa? Aku mengerutkan kening berfikir. "Aku pesan yang nomor lima," kataku sok tahu. Jika aku menjadi diriku sendiri,mungkin aku langsung bertanya pada pelayan. Tapi tidak jika menjadi Karina, bosnya bisa curiga karena salah satu alasan Karina bisa diterima bekerja karena ia menguasai beberapa bahasa. Perancis salah satunya.

"Kamu yakin?" tanyanya heran.

"Ya, aku suka itu," ucapku semangat. Memangnya apa yang ku pesan?ucapku khawatir.

"Baiklah. Kami tunggu pesanannya." Pelayan itu berlalu setelah ia mengatakan pesanannya. Ia tersenyum melihatku intens.

"Wajah saya ada kotoran ya, Pak?" kataku tak nyaman. Jantungku berdetak kencang saat ditatap sedalam itu oleh pria tampan ini. Aku mengusap wajahku, namun ia masih melihatku dengan matanya yang seksi.

"Kamu cantik." pujinya.

Wajahku seketika merona. "Terima kasih." Aku merasa senang, sampai aku sadar bahwa yang ia puji adalah Karina. Seperti diguyur es, wajahku kembali tenang.

"Bagaimana dengan tunangan kamu? Apa dia marah karena kamu tidak mendapatkan izin cuti?" tanyanya dengan sorot wajah penasaran.

Aku memicing menatapnya. Untuk ukuran bos, ia terlalu perhatian. "Kami baik. Dan dia bukan orang yang pemarah, dia selalu pengertian kepada saya." Aku berakting seperti pacar yang baik. Mas Deo harus mentraktirku makan karena telah memujinya di depan saingannya ini.

Terlihat wajahnya sedang menahan marah. "Itu bagus. Tapi pacar yang terlalu baik terasa membosankan bukan? Lagipula di dunia ini hanya ada dua tipe pria, brengsek atau gay." Ia kembali memasang senyum menggoda.

Apa-apaan dia. Bagaimana bisa ia mengganggu wanita yang sebentar lagi akan menikah? Dan bisa-bisanya Karina tahan menghadapi bos sok playboy seperti ini. Aku tarik ucapanku yang menyukainya. "Well, Pak. Jika begitu di pilihan manakah anda berada? Si brengsek atau si gay? Aku membalas ucapannya dengan berani.

"Kamu bisa membuktikannya sendiri, Karina," godanya lagi sambil mengedipkan mata.

Habis sudah kesabaranku. Aku bangkit berdiri dan mengacungkan jari tengahku padanya. "F*ck you!!" ucapku kasar. "Bisa-bisanya orang terhormat sepertimu menggoda wanita yang akan menikah?" Aku menatapnya tajam. "Jangan-jangan kau menyukai Karina ya?" tunjukku dengan kesal. "Maksudku, kau menyukaiku.." ujarku salah tingkah. Hampir saja ketahuan. Bisa-bisanya aku salah bicara.

Ia menatapku dengan bola mata terkejut dan berubah menjadi sorot mata geli. "Aku tidak pernah tahu kamu bisa bersikap begitu sayang?" Ia menyuruhku duduk kembali. "Kamu salah paham, sayang. Jangan cemburu lagi ya."

Apa yang sedang ia ucapkan sekarang? "Apa yang sedang kau katakan?" tanyaku heran. Semua orang yang melihat kami tadi kembali ke aktifitas masing-masing.

"Tenanglah dulu. Kamu tidak ingin mempermalukan kita berdua disini kan?" Ia mendesah pelan kemudian berkata pelan, " Untuk pertanyaanmu tadi jawabanku adalah ya."

"Maksudnya?" ucapku semakin tidak mengerti.

"Aku memang sangat mencintaimu, Karina." Ia memegang tanganku pelan dan menciumnya. Aku hanya memasang wajah syok.









Dear husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang