Chap 8 Cemburu

1.2K 99 3
                                    

Pagi ini aku menyiapkan nasi goreng seafood untuk sarapan kami. Pram masih tidur saat kutinggalkan tadi setelah malam panas yang kami lalui. Untung saja hari ini hari libur, setidaknya ia tidak akan marah-marah karena aku terlambat membangunkannya.

"Pram...!" Kamar telah kosong saat aku memanggilnya, sepertinya ia sudah berada di kamar mandi. Tiba-tiba saja handphone nya berbunyi menandakan ada pesan masuk.

"Baca gak ya?" tanyaku dalam hati penasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk membukanya.

From : Dena
Mas Pram, Jangan lupa jemput aku di bandara ya jam sebelas. Udah gak sabar ketemu kamu, miss you :)

Apa-apaan wanita ini? Dia tidak tahu kalau Pram sudah menikah. Tapi ini pasti karena Pram yang merayunya. Dasar playboy.

"Kenapa kamu memegang ponselku?" tanya Pram marah. Ia menarik ponsel itu dari tanganku. "Kamu memang tidak punya sopan santun. Sekali lagi ku tegaskan, jangan pernah memegang barang milikku sembarangan!!" Wajah Pram semakin berang menatapku setelah ia memeriksa ponselnya.

Anggap aku gila, tapi bukannya takut aku malah semakin terpesona dengannya. "Benarkah?" Aku mengangkat sebelah alisku menatapnya menggoda. "Benarkah aku tidak boleh memegang milikmu?" Aku sengaja melihat bagian bawahnya dan menjilati bibirku sendiri. Wajah Pram menjadi merah dan menatapku garang.

"Kiaraa...!!" teriaknya saat aku segera menghindarinya sambil tertawa cekikikan.

Pram keluar satu jam setelah insiden tadi. Kurasa ia harus mandi air dingin terlebih dahulu. Dan sekarang kami makan dalam diam karena kelihatannya ia masih marah.

"Aku akan pergi. Kamu tidak perlu menyiapkan makan siang untukku." Ia telah selesai dan bersiap-siap untuk pergi.

"Oke... Aku juga nanti akan pergi. Mungkin aku pulang agak malam." Aku akan pergi bersama Dafam untuk membeli alat untuk motornya di bengkel langgananku dulu.

"Ke butik?" tanyanya santai yang aku balas dengan gelengan.

"Jangan pulang terlalu larut." Tumben dia perhatian. "Jangan kamu pikir aku perduli padamu, aku hanya tidak mau kamu repotkan jika terjadi sesuatu padamu."

"Baik, om." Ia sangat cerewet. "Sebaiknya kamu pergi sekarang. Kamu tidak mau kan pacarmu menunggu lama?" ujarku menggodanya.

Ia hanya mendengus melihatku dan segera pergi.

....

"Makasih ya, mbak. Tadi sungguh seru." Aku dan Dafam menghabiskan waktu seharian untuk bersenang-senang.

"Aku juga menikmatinya. Sudah lama aku tidak ikut balapan lagi." Bersama Dafam aku merasa seperti kembali saat masa-masa aku remaja. "Kalau begitu aku duluan ya." Jam segini sepertinya Pram sudah pulang.

"Aku antar ya mbak?"

"Tidak perlu," gelengku padanya. "Sampai jumpa."

Aku mendengar suara wanita tertawa dari dalam kamar Pram. Aku memutuskan untuk masuk ke kamarku sendiri. Ya, Pram memang memintaku untuk pisah kamar saat awal kami menikah, namun saat aku memberikan penawaran itu padanya, hampir setiap malam aku tidur di kamarnya. Tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk seseorang.

"Ada apa?" Pram berdiri di depan pintu kamarku.

"Tolong siapkan makan malam untukku." Sombong sekali dia.

Aku melihatnya dengan aneh. "Kenapa kamu tidak pesan saja, aku lelah," ucapku kesal. Enak saja dia menyuruhku untuk membuatkannya dan selingkuhannya makan malam.

"Kamu masih istri aku, Kiara," ucapnya keras kepala. "Aku mau kamu yang memasak makan malam untukku."

Ucapannya sungguh membuatku kesal. "Kamu gila ya?! Kamu menyuruh aku masak untuk makan malam kamu dan selingkuhan kamu itu?," teriakku gusar. "Aku tidak sudi!!" Aku membanting pintu kamarku dengan keras dan menguncinya.

"Kamu cemburu ya?" teriaknya. "Kamu tahu kan kalau hubungan kita ini tidak boleh pakai hati?" Ia masih mengetuk pintu kamarku dari luar.

Pria brengsek. Aku tidak dapat menahan tangisanku. Ia ternyata memang hanya sekedar memanfaatkanku saja. Kamu tidak boleh menyerah Kiara, ucapku dalam hati.












Dear husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang