Chap 5 We close, tonight

1.2K 95 0
                                    

Perhatian part ini mengandung konten dewasa. Dan hanya diperuntukkan bagi pembaca +18 tahun ke atas.

"Kamu gila..!! Aku mau pulang!!" teriakku kesal pada Bian. Ia yang mengatakan akan mengantarku pulang malah menyeretku ke apartemennya. "Lagipula tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Jangan pernah menggangguku lagi, karena dua minggu lagi aku akan menikah."

"Baiklah, kita tidak perlu berbicara kalau begitu." Ia menyeringai kejam dan berjalan ke arahku pelan sambil melepaskan dasi dan kancing kemejanya satu persatu.

"Ma.. Mau apa kamu, Pram? Jangan macam-macam," cegahku takut padanya. Belum pernah aku melihatnya dengan ekspresi wajah seperti ini.

Ia menyambar tubuhku cepat. "Pram?" Sebelah alisnya terangkat. "Rupanya kamu sudah memiliki panggilan sayang buatku? Tidak pernah ada yang memanggilku begitu kecuali keluargaku," bisiknya mesra ditelingaku.

Aku menggigitnya sekuat tenaga dan menginjak kakinya keras, kemudian aku berlari menuju pintu kamar saat ia dengan cepat menangkapku kembali dan melepas pakaianku dengan kasar hingga robek dan memperlihatkan pakaian dalamku. "Kamu malah lebih indah dari bayanganku." Ia bersiul dan melihatku dengan tatapan nakal.

"Berani sekali kamu merusak karyaku!!" geramku padanya. "Kamu memang pria paling brengsek yang pernah aku kenal." Dan juga seksi. Salah fokus!!

Pram menciumku dalam dan membuatku gelagapan kehabisan nafas. Ia kemudian tersenyum memandangku dan kembali menciumku.

"Please, Pram. Jangan seperti ini. Aku mau pulang," isakku mengiba kali ini. Menyesal aku selalu bolos saat les taekwondo saat sekolah. Aku tahu apa yang dia mau dan aku hanya akan melepaskan harta berhargaku buat suamiku nanti.

"Sst....tenanglah." Ia menghapus air mataku dan mengecupnya pelan. "Kamu harus ingat jika aku melakukan ini karena aku sangat mencintaimu. Hingga aku ingin membuatmu bahagia hanya bersamaku." Matanya begitu lembut dan nampak ketulusan disana. Sejenak aku merasa terlena, bagaimana rasanya dicintai sedalam ini. Beruntungnya Karina, ucapku sedih.

Ia memegang daguku dan menatap mataku dalam. "I love you." Pram kembali menciumku lembut dan ku balas dengan setengah mendesah. Ia mengecup leherku dan mengelusnya pelan, membuatku terlena hingga aku tidak sadar jika kami berdua telah polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami. "Lihatlah kesana sayang, kamu sangat cantik." Pram memelukku dari belakang dan menghadap cermin. Terlihatlah wajah kami berdua yang memerah dan dilanda hasrat. Ia mengelus milikku pelan, satu jari dua jari bergerak keras dan membuatku mengerang hebat.

"Praam...." Desahku kembali. Aku tidak pernah mengira ada rasa seperti ini, walaupun teman-teman priaku selalu bercerita tentang malam panas mereka dengan pacar-pacarnya, aku tidak pernah mau mendengarkan dan hanya mendengus jijik hingga aku merasakannya sendiri. Ia menggendongku dan membawaku dengan lembut ke tempat tidur. "Semua akan baik-baik saja," bisiknya dan menatap mataku lembut.

Dan terjadilah. Ia kemudian memasuki tubuhku dengan lembut hingga sakit yang kurasakan berubah menjadi kenikmatan dan membuat Pram menggoyangkan tubuhnya dengan keras. Kami kembali mengerang hebat saat kami sama-sama mencapai pelepasan itu. Ia mengecup bibirku dan mengelus perutku pelan. "Tidurlah, sayang."

....

Baru saja aku akan terlelap, tubuh bagian bawahku kembali terasa sesak dan aku membuka mataku pelan saat kulihat Pram tersenyum padaku dan telah memasuki tubuhku kembali. Ia menggoyangkan tubuhnya keras dan cepat bagai kuda liar yang sedang berlari. "Ternyata aku belum puas dengan tubumu." Aku menyambut ciumannya dengan liar dan membuat ia mendesahkan nama Karina. "Karinaa...!! Kamu sangat nikmat. Aku tidak pernah puas denganmu."

Menyedihkan sekali saat pertama kali kamu melepaskan harta berhargamu dan pria tersebut malah mengerang menyebut nama saudara kembarmu sendiri. Tanpa sadar air mataku mengalir dan dengan cepat aku memunggungi tubuhnya. "Selamat malam," ucapnya lagi dan mengelus perutku sayang.

Aku terjaga saat kurasakan tubuhku terasa berat. Aku menoleh kesamping dan melihat Pram yang masih tertidur dengan pulas memeluk tubuhku erat. Aku harus pergi dari sini, batinku. Aku melepaskan pelukannya dan memakai pakaiannya yang ada di lemari dengan tergesa-gesa. Sebelum pergi aku meninggalkan memo yang kuharap akan membuatnya membenciku.

Pram, aku pulang
Semalam anggap saja hadiah bagimu karena memiliki perasaan lebih padaku. Bagaimana pun kamu berusaha, hanya tunanganku yang aku cintai. Setelah ini jangan pernah menggangguku lagi..









Dear husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang