Shocked

71 5 0
                                    

*ASHLEY POV*

Suasana sekeliling rumahku sunyi, sudah jam sebelas malam. Papa kayaknya sudah tidur, soalnya lampu kamarnya gelap. Pembantuku gak usah ditanya, pasti sudah melanglang buana di alam mimpi sekarang. Namun masih ada satu mahluk yang belum memejamkan mata dari tadi. Dia lagi sibuk menghitung.

Mahluk itu Aku.

"Empat ratus puluh enam...hhh... Empat ratus enam puluh dua... Empat ratus enam puluh tiga..."

Ya ampun?! Siapa sih yang menciptakan  terapi tidur dengan menghitung? Orang itu sudah gila kali. Bayangin! Aku sudah pegal menghitung dari satu sampai 463, tapi tetap saja mataku gak mau terpejam. Dapat dipastikan mulutku kram sebentar lagi. Heran! Padahal setelah seabrek-abrek hal yang aku alami siang tadi, seharusnya mataku sudah menutup pada hitungan ketiga.

Oke, kalian mesti tahu, kalau sekarang ini aku sedang kebingungan total.

Pertama, Aku belum minta izin ke Papa buat datang ke ulang tahun Kendall lusa malam. Karena kedatangan Tante Amy. di meja kami tadi siang, Aku jadi kehilangan moment bagus untuk menyampaikan permintaanku ke Papa. Padahal dengan berbekal nilai ulangan 100, Aku gak cuma berharap izin Papa agar bisa datang ke ultah Kendall, Aku juga perlu fasilitas antar-jemput Papa. Tapi Tante Amy mengacaukan semuanya sekarang.

Kedua, gara-gara insiden pecel lele, aku jadi benar-benar lupa dengan ulang tahun Kendall. Harry itu memang benar-benar menyebalkan! Kenapa sih dia mesti segengsi itu bayar pecel lele? Pake marah-marah segala ke Aku lagi. Oke, habis itu dia bilang maaf, tapi begitu Papa memanggil, dia langsung mundur menjauh dan melepaskan genggaman tangannya dari tanganku. Iiihh... Memangnya aku penderita AIDS apa? Dan yang paling nyebelin: Harry menghilang begitu saja waktu aku selesai berbicara di telepon tadi siang.

Ketiga, Kendall barusan SMS. ini SMS-nya:

From : Kendall
To : Ashley
Text : Haiii, Ash.. Kamu udah minta izin ke Papa kamu, kan? Aku mau denger jawaban "iya".

Nah! Makin stress lah Aku! Sampai detik ini SMS Kendall belum kubalas. Semoga dia berpikir aku sudah tidur.

Tapiii... di antara semua hal yang gak menyenangkan diatas, Tuhan masih berbaik hati memberikan setitik embun untuk menyejukkan hatiku. Gimana nggak? Luke menelponku tadi siang. Hmm... Coba aku ulangi, Luke MENELPON AKU!!! HOREEE...

Hmm.. Luke itu gebetanku yang sangat keren dan cool. Luke yang jago main basket. Luke yang tangannya dapat menari, menari indah di tuts keyboard. Luke yang cuma beda satu tahun dari Aku. Gak kayak si Harry yang nyebelin tadi. Harry yang berambut keriting. Harry yang gengsinya setinggi langit dan arogan abis..Ehh... Kok jadi ke Harry sih?!

Pokoknya sampai detik ini, Aku masih kueseeel setengah mati sama Harry. Belagu! Norak! Jaim! Sok kaya! Sok berkuasa! Sok pamer! Pokoknya kalau di hitung pakai skala 1-10, nilai Dia minus 2, alias gak ada bagus-bagusnya.

Tapi sekarang timbul masalah baru, besok pulang sekolah, Luke mengajak aku mencari kado buat Kendall, Buat semua cewek yang lagi naksir cowok, seharusnya hal ini sangat menyenangkan. Tapi bagiku, hal ini sangat menyenangkan. Seumur-umur Aku belum pernah jalan berdua cowok selain Papa. Terus terang Aku grogi berat. Aku gak tahu harus pakai baju apa, aku juga gak tahu nanti harus ngomong apa, yang lebih menjengkelkan lagi, gak ad orang yang bisa aku ajak konsultasi soal ini.

Andai Aku punya Mama, Pasti Mama mau ikut pusing memikirkan Aku pakai baju apa. Kalau Aku punya kakak cewek, Aku pasti bisa minta saran kencan darinya. Dan kalau saja bukan mencari kado untuk Kendall, Aku pasti akan melibatkan Dia di acara jalan-jalan di mall ini. Hhh... Puyeeeeeng. Buangeeeet!

"Empat ratus enam puluh empat... Empat ratus enam puluh lima... Empat ratus enam puluh enam..." Aku berhasil tertidur di hitungan 599.

***

"BE MINE" (h.s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang